kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Laba mengalir dari usaha wastafel portabel di tengah pandemi Covid-19


Jumat, 04 September 2020 / 15:58 WIB
Laba mengalir dari usaha wastafel portabel di tengah pandemi Covid-19
Proses perakitan wastafel drum portabel produksi Wastafel Premium.


Reporter: Ratih Waseso | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Penerapan protokol kesehatan mulai dari memakai masker, jaga jarak dan mencuci tangan jadi kewajiban yang dilakukan di masa pandemi Covid-19. Kebutuhan akan pernik protokol kesehatan rupanya juga menjadi peluang usaha tersendiri di tengah pandemi ini.

Jika sebelumnya KONTAN sudah membahas mengenai tren usaha masker kain, disinfektan dan pernik protokol kesehatan lainnya. Kini ada lagi tren usaha yang datang dari penerapan protokol kesehatan, yaitu wastafel portabel. Setiap tempat usaha atau perkantoran kini pasti ditemukan wastafel atau tempat cuci tangan.

Peluang usaha wastafel dibaca oleh Sesarius Egi Budiman dengan brand Wastafel Premium. Berawal dari sempat tertipu ketika akan membeli wastafel drum portabel membuat Egi berinisiatif membuat sendiri wastafel drum berbekal pengalaman usaha sebelumnya.

"Saya memang usaha kerajinan di kayu dan besi namanya Infinitude, itu buat event kayak mainan interaktive dan lainnya. Tapi karena pandemi ini turun permintaan. Usaha wastafel drum baru dua bulan lalu. Karena kena tipu dan temen udah nitip ya udah kita coba buat sendiri. Dari sana saya jual di Tokopedia dan Instagram," jelas Egi kepada KONTAN.

Baca Juga: Bantu tangani Covid-19, Pertamina sudah salurkan dana hingga Rp 1,4 triliun

Produk wastafel drum portabel buatan Egi dibandrol Rp 1,3 juta hinga Rp 2 juta diluar biaya pengiriman. Wastafel drum portabel buatan Egi dilengkapi pedal jadi pengguna tak perlu menggunakan tangan untuk menyalakan keran, kemudian ada tempat sabun, dan ember penampung.

Berlokasi di Legok, Tangerang, Banten, Wastafel Premium memiliki tiga orang yang bekerja dibagian produksi. Dua bulan berjalan, sudah ada 121 pesanan di Wastafel Premium. Wastafel Premium sudah melayani pesanan dari pelanggan di Jabodetabek, Banten, Bandung, Semarang, Klaten, dan Palembang.

"Waiting list ini ada 12 wastafel, kita sistem pre order itu seminggu maksimal. Kita sistemnya produksi perbatch buat 20 wastafel," imbuhnya.

Egi menyebut, omzet yang dapat dikantongi dari usaha produksi wastafel drum portabel ialah Rp 60 juta perbulan. Namun Egi mengungkap margin yang Ia ambil terbilang kecil, sayang detil margin yang didapatkan tidak disampaikan.

Bahan baku drum sendiri disebut Egi belum menemui kendala. Menurutnya kendala yang cukup serius ialah, adanya oknum tak bertanggung jawab yang melakukan penipuan berjualan wastafel portabel di sosial media.

"Ada penipu dengan ambil gambar kami, dia jual murah dan jualnya lewat instagram. Itu kenapa kita sarankan customer untuk pesan lewat e-commerce agar aman. Soalnya disana ada rekening bersama kan," kata Egi.

Baca Juga: Pegadaian luncurkan produk gadai tanpa bunga, plafon maksimal Rp 1 juta

Ke depan Egi ingin mengembangkan usahanya untuk memperkaya model dari wastafel drum portabel.

Sebelum Egi, ada pemain di usaha wastafel drum portabel yaitu Agung Setiawan pemilik D'Tong Art asal Bandung, Jawa Barat. Agung sudah merintis usaha D'Tong Art sejak 2011 yang memiliki spesialisasi produksi furniture drum.

Berbeda dengan produk furniture drum yang mengalami penurunan dibanding sebelumnya, sejak pandemi, permintaan akan wastafel drum portabel diakui Agung meningkat. Jika dahulu sebulan hanya ada satu permintaan wastafel drum portabel, kini rata-rata ada 50 pesanan. Harga wastafel portabel buatan D'Tong Art dibandrol mulai dari Rp 450.000 - Rp 6 juta.

"Wastafel omzet sebulan rata-rata pesenan 50 sebulan, range harga yang banyak beli di harga Rp 1 juta - Rp 3 juta," ungkap Agung.

Model wastafel portabel di D'Tong Art disebut Agung beragam, mulai yang terbuat dari ember hingga drum yang dilengkapi pedal pijakan kaki, hingga ada wastafel yang sudah terpasang tangki air diatasnya.

"Yang mahal Rp 6 juta itu ada tangki air besar, lalu ada empat muka wastafel, jadi depan, belakang, kanan, kiri ada keran dan wastafelnya," imbuhnya.

Untuk pengerjaan wastafel portabel di D'Tong Art dipegang oleh empat orang. Selama ini Agung sudah mampu melayani pesanan wastafel portabel di Pulau Jawa hingga Nusa Tenggara Timur (NTT).

Untuk tantangan usaha, Agung menilai dengan munculnya usaha sejenis, maka timbul persaingan harga dari tiap produsen. Namun tantangan lain yang lebih serius adalah adanya oknum penipu terutama di sosial media. Sama seperti Egi, Agung menceritakan bahwa ada penipu di instagram yang menggunakan nama brandnya dan menawarkan wastafel drum portabel dengan harga sangat murah.

"Instagram kami itu @d.tongart, ada penipu mengatasnamakan kami. Tapi saya sarankan untuk customer membeli di kami melalui Tokopedia karena lebih aman dengan rekening bersama," ungkap Agung.

Satu lagi pelaku usaha wastafel drum, yaitu Galuh Rahma Wati pemilik Galuh Creatives. Sebelumnya Galuh fokus memproduksi furniture kursi dan meja dari drum/kaleng sejak 2017. Ia mulai membuat wastafel drum portabel pada tahun 2018, dan kini sejak pandemi permintaan wastafel drum alami peningkatan.

"Sekarang kursi udah menurun penjualan, dan wastafel mulai Maret meningkat. Wastafel itu naik sekitar tiga kali lipat dari biasanya, sebulan dulu maksimal 5 wastafel. Setelah pandemi rata-rata diatas 10, terbanyak itu kemaren bulan Juni ada pesenan 39 wastafel drum," tutur Galuh.

Baca Juga: Pulihkan kegiatan bisnis UMKM di daerah, ini yang dilakukan Eximbank

Harga yang dibandrol untuk produk wastafel drum buatan Galuh mulai dari Rp 1,1juta hingga Rp 2,7 juta. Hampir sama seperti wastafel drum buatan Egi dan Agung, wastafel drum buatan Galuh juga dilengkapi pedal pijakan kaki, ember penampung, tempat air, dan tempat sabun. Sedangkan untuk harga termahal disebut Galuh sudah dilengkapi sensor touchless.

"Perbulan omzet rata-rata sehari masuk transaksi Rp 1 juta jadi, sebulan Rp 30 juta rata-rata," kata Dia.

Kini Galuh Creatives memiliki empat orang karyawan. Rencananya Galuh ingin mendaftarkan legalitas usahanya agar dapat mengikuti program pengadaan barang/jasa di BUMN oleh UMKM yang kini gencar disosialisasikan oleh Pemerintah.

"Ini sedang urus legal usaha, bulan ini bisa selesai semoga. Semoga nanti bisa ikut pengadaan barang di BUMN, kalau ikut itu katakan ada pesanan dari BUMN perbankan se Indonesia aja kan lumayan, jadi kita juga bisa nambah lapangan pekerjaan buat mereka yang terdampak pandemi," jelas Galuh.

Sama seperti Egi dan Agung, Galuh memanfaatkan sosial media dan e-commerce untuk mempromosikan dan menjual produk usahanya. Ia juga memajang produk jualannya di cafe miliknya yang terletak di lokasi yang sama dengan tempat produksi wastafel portabel yaitu di Tangerang, Banten.

Selanjutnya: 10 penemuan baru di Afrika untuk membantu penanganan corona

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Terpopuler
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×