Reporter: Izzatul Mazidah | Editor: Havid Vebri
Indonesia kaya akan berbagai macam jajanan kue tradisional yang enak dan lezat. Nah, belakangan banyak kue tradisional yang dimodifikasi bentuk maupun rasanya, sehingga pamornya kembali terangkat. Salah satunya adalah kue cubit.
Adalah tiga sahabat asal Bogor bernama Ajeng Yuliani Pratiwi, Anggunia Fitri, dan Widasari Ayu yang kembali mengangkat pamor kue cubit. Mereka terinspirasi menggeluti usaha ini karena kangen dengan jajanan masa kecil, terutama kue cubit. "Dulu zaman kami sekolah kue ini gampang ditemukan," kata Ajeng kepada KONTAN.
Dari situ, mereka lalu mendapat ide untuk mengangkat kembali eksistensi kue cubit ke tengah-tengah masyarakat. Ajeng dan kawan-kawan mulai merintis usaha ini sejak pertengahan tahun lalu dengan mengusung brand Kue Cubit Bitten.
Saat ini Kue Cubit Bitten sudah memiliki dua cabang di Bogor dan Tebet, Jakarta Selatan. Menyesuaikan dengan perkembangan zaman, mereka pun melakukan modifikasi kue cubit, terutama dari segi rasa. Antara lain original, greentea, red velvet, Taro, dan bubblegum. Menurut Ajeng, yang paling digemari adalah rasa greentea dan red velvet.
Selain itu, tersedia juga aneka taburan lezat, seperti ovomaltine, nutella, milo, toblerone, keju, kitkat, dan oreo. "Ada juga seasonal topping setiap bulannya, topping tambahan khusus bulan ini adalah marshmallow," kata Ajeng.
Menurut Ajeng, proses pembuatan kue cubit ini sangat sederhana. Sama seperti kue cubit pada umumnya, pembuatannya juga dilakukan dengan mencampur adonan.
Tetapi, harus teliti dalam pengukuran setiap bahan. "Karena kalau takarannya salah sangat berpengaruh," jelasnya.
Berkat modifikasi itu, kue cubit bikinannya banyak digemari para remaja hingga orang dewasa. Mayoritas konsumennya berasal dari Bogor, Depok, Jakarta, dan Bandung.
Bermodal awal Rp 5 juta, kini Kue Cubit Bitten bisa menjual hingga 125 porsi per hari. Dengan harga jual mulai Rp 8.000–Rp 13.000 per porsi, Kue Cubit Bitten bisa meraup omzet Rp 28 juta per bulan.
Pemain lainnya adalah Maria Yenas Mulyasari asal Solo, Jawa Tengah. Ia baru menekuni usaha sekitar satu bulan lalu. Ide usaha ini diperolehnya setelah mendapat kabar dari temannya bahwa kue cubit kini sedang naik daun di media online. "Saya lalu tertarik dan akhirnya mengikuti tren ini," katanya.
Ia memulai usaha ini dengan modal Rp 400.000. Lewat toko online, kue cubit buatannya juga populer di dunia maya. Dalam sehari ia menjual sekitar 30 porsi. Dengan harga jual Rp 4.000–Rp 13.000 per porsi, ia bisa mengantongi omzet sebesar Rp 7 juta per bulan.
Kini, Yenas mempromosikan kue cubitnnya via Instagram, Path, BBM, pameran. Selain itu, tentu dari mulut ke mulut sehingga menjadikannya kue cubitnya semakin dikenal.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News