Reporter: Avanty Nurdiana | Editor: Tri Adi
Hampir semua anak perempuan punya impian menjadi putri kerajaan. Karena itu, butik gaun anak berkarakter putri raja kebanjiran peminat. Masih terbuka kesempatan untuk ikut menikmati gurih rezeki bisnis garmen model anyar ini.
Banyak orang tua menginginkan anak perempuan cantik dan manis seperti putri kerajaan (princess). Selain bisa menarik perhatian dan pujian dari banyak orang, tampilan seperti putri itu juga menimbulkan rasa bangga orang tua terhadap anaknya. Meski biaya mengubah penampilan seperti putri tidak murah, demi kebahagiaan anak dan kebanggaannya, mereka rela mengeluarkan biaya besar.
Wajar saja, duplikat baju putri raja banyak peminat. Sayangnya, membuat baju bergaya putri raja – khususnya pola Eropa – tidak mudah. Desain, bahan baku, dan potongan bajunya berbeda dengan baju sehari-hari. Bahan baku baju putri tentu juga lebih mewah agar sesuai tema kostum tersebut.
Biasanya, butik baju putri raja menawarkan berbagai macam karakter, seperti Snow White, Cinderella, dan banyak lagi. Target pasar butik pakaian putri tidak hanya anak-anak tapi juga remaja belasan tahun. Tapi, lantaran orang tua yang membayar, faktor selera orang tua juga ikut menentukan. “Kalau pas Halloween banyak pesanan,” tutur Feny Liana, pemilik toko Athalia Princess di Surabaya.
Harga jual pakaian putri juga terbilang cukup mahal dibandingkan pakaian kasual. Jenis bahan baku tertentu dan desain pakaian ini terbilang cukup rumit. Butik waralaba dan Little Princess Castle misalnya, menawarkan pakaian dengan harga Rp 300.000–Rp 3 juta per potong, tergantung tingkat kerumitan pakaian dan bahan yang digunakan. Di butik Athalia Princess, harga jualnya tak jauh beda. “Antara Rp 350.000 sampai Rp 1 juta per baju,” kata Feny.
Meski membidik segmen tertentu, bisnis ini menghasilkan keuntungan cukup besar. Butik Little Princess Castle mampu meraup margin keuntungan 70% sampai 100% dari jual produk. Deni Nova, Manajer Butik Little Princess Castle, bilang, rata-rata mitra penjualnya bisa meraup pendapatan Rp 25 juta–Rp 50 juta per bulan.
Sedangkan Feny mengaku hanya mengambil margin keuntungan bersih sebesar 50% per potong baju. “Saya tidak mengambil laba terlalu besar dari harga jual,” kata dia. Dengan penjualan rata-rata 30 potong baju per bulan, omzet usahanya sekitar Rp 20 juta per bulan.
Selain menjual baju, Athalia Princess juga menawarkan jasa pemotretan menggunakan baju princess. Dengan tarif Rp 50.000 untuk empat pose, biaya produksinya hanya 10% dari tarif yang dipatok.
Bisnis ini sebenarnya sama saja dengan bisnis berjualan pakaian pada umumnya. Hanya saja, lantaran jenis pakaian yang dipasarkan berbeda, Anda harus menanganinya secara khusus. Ayo kita tengok beberapa poin penting kalau Anda ingin menjajal peruntungan di bisnis ini.
• Menjahit pakaian sendiri
Jika ingin terjun ke bisnis ini, Anda harus bisa memproduksi baju sendiri. Setidaknya, Anda punya gambaran desain yang diinginkan. Karena itu, selain tahu teknik dasar menjahit, yang lebih penting dari itu adalah membuat pola baju berdasarkan daya imajinasi Anda. Tanpa kemampuan ini Anda akan kesulitan memproduksi baju sesuai kebutuhan pasar yang Anda bidik. “Saya sudah mempunyai kemampuan menjahit dari SMP. Saya hanya belajar mengobras,” aku Feny.
Jika waktu dan kemampuan menjahit terbatas, Anda bisa memanfaatkan para penjahit untuk mengerjakan pola dan desain yang telah Anda buat. Hanya saja, dibandingkan menjahit pakaian sendiri, menggunakan jasa penjahit otomatis juga menambah ongkos produksi. Anda harus merelakan margin laba terpangkas.
• Modal dan lokasi usaha
Jika memutuskan menjahit pakaian sendiri, Anda harus menyediakan peralatan menjahit. Berdasarkan pengalaman Feny, untuk menghasilkan sekitar 40 unit pakaian per bulan, Anda membutuhkan sekitar tiga unit mesin jahit, satu mesin obras, serta beberapa peralatan pendukung lain.
Sebagai gambaran, beberapa tahun lalu Feny menghabiskan modal sekitar Rp 5 juta memulai bisnis ini dengan dua mesin jahit dan satu mesin obras. Tapi, dengan harga mesin jahit yang semakin mahal, jika membuka usaha itu sekarang, modal yang Anda butuhkan lebih besar.
Selain modal produksi, Anda masih harus menyiapkan modal untuk membuat gerai dan mengisi dengan stok produk. Tentu, hal ini membutuhkan dana yang tak kalah banyak. Anda harus menyiapkan perlengkapan gerai dan stok barang yang akan dijual.
Pada tahun 2001 Feny mengaku membutuhkan dana ratusan juta untuk memulai bisnis ini. Modal tersebut digunakan untuk persiapan gerai dan stok barang sebagai pajangan atau displai. Dia menduga, kini kebutuhan memulai bisnis ini antara Rp 120 juta–Rp 150 juta.
Agar usaha mencapai target pasar, Anda harus mencari lokasi gerai yang strategis. Misalnya, di ruko dekat perumahan, atau kawasan komersial. Tampilan gerai juga harus menarik bagi orang tua dan anak-anak supaya bisa menarik mereka menghampiri gerai Anda.
• Tenaga kerja
Ada dua jenis pekerja yang harus Anda saat membuka bisnis ini. Pertama, penjahit yang bekerja di rumah atau di pabrik dan kedua, penjaga butik. Feny bilang, tiga penjahit dan dua penjaga gerai sudah cukup untuk menjalankan bisnis ini. Tapi, karena mempunyai dua gerai di Pakuwon Trade Centre dan Royal Plaza, saat ini dia mempekerjakan total tujuh orang karyawan.
Feny sering memasang iklan untuk memasarkan produk. Ia juga sering tampil di media supaya produknya semakin dikenal khalayak. Untuk mendukung penjualan sehingga bisa menjangkau pasar lebih luas, ia juga membuka sebuah situs toko online. “Ternyata banyak orang yang membeli baju dari saya dengan tujuan untuk dijual kembali,” tutur dia.
Menurut pengalaman Feny, jika berjalan dengan lancar, dalam 1 tahun–2 tahun, modal bisnis ini langsung balik.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News