kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Laba pangkas rambut kian rapi


Minggu, 14 Oktober 2018 / 06:30 WIB
Laba pangkas rambut kian rapi


Reporter: Denisa Kusuma, Elisabeth Adventa, Tri Sulistiowati, Venny Suryanto | Editor: Johana K.

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tren pria modis, yang tidak cuma dari tampilan fashion, tapi juga potongan rambut kini makin marak. Kondisi tersebut membuat bisnis pangkas rambut bagi kaum adam yang biasa disebut barbershop mulai bangkit kembali sejak lima tahun yang lalu. 

Kebangkitan bisnis barbershop ini juga menarik minat banyak pelaku usaha untuk terjun mengail untung di situ. Kini, keberadaan barbershop sangat menjamur, baik di kota besar maupun di kota kecil. Salah satu penyebab adalah karena ada beberapa pelaku usaha yang juga menawarkan kemitraan. 
 
Banyaknya pelaku usaha barbershop yang menawarkan kemitraan tentu menimbulkan adanya persaingan yang cukup ketat. Untuk mengetahuinya, review waralaba kali ini bakal mengupas kembali tiga tawaran kemitraan waralaba barbershop yang pernah KONTAN ulas minimal dalam jangka waktu satu tahun yang lalu. Berikut ulasannya.   
 
Ndasmu Barbershop
 
Usaha besutan Evta Yulianto mengalami perkembangan cukup baik. Pasalnya, dalam waktu sekitar setahun jumlah gerai mitra yang dibuka sudah ada 61 unit dan gerai pribadinya sudah ada tujuh. Seluruh gerai tersebar diberbagai kota di kawasan Pulau Jawa dan Bali.  
 
Saat diulas KONTAN tahun lalu, jumlah mitra baru ada lima yang tersebar di Mojokerto, Bojonegoro, Cirebon, Balikpapan, Tuban, dan Porong. Sejak April 2018 lalu, Evta menambah satu paket kemitraan baru dengan investasi senilai Rp 19,5 juta yang disertai biaya royalti sebesar 8% dari omzet per bulan. 
 
Dia mengaku paket ini disiapkan untuk calon mitra dengan modal pas-pasan tapi ingin membuka usaha. Lainnya, sekitar sebulan yang lalu Evta menaikkan harga paket kemitraan dari Rp 30 juta sampai Rp 99 juta menjadi Rp 35 juta sampai Rp 104 juta. "Ini karena harga peralatan naik. Kebetulan seluruh barber tools yang saya gunakan impor, saat dollar naik jadinya mahal," katanya pada KONTAN. 
 
Di sisi lain, dia tidak mengeluhkan adanya kendala dalam menjalankan roda bisnisnya. Alasannya, karena sudah mempunyai tim di setiap bagian. Selain itu, sudah ada sistem membuatnya lebih mudah melakukan kontrol dan menjalankan bisnis tersebut. 
 
Ditambah lagi, adanya pusat pelatihan pribadi membuatnya lebih mudah untuk melakukan training kepada karyawan dan menjamin mitra tidak akan kehilangan sumber daya manusia. 
 
Dengan semua fasilitas yang ada tersebut, bila tidak ada kendala, pada bulan ini juga, Evta bersama dengan timnya bakal membuka kembali  gerai milik mitra di Malang dan Pasuruan, Jawa Timur.  

Toekang Tjoekoer

Pelaku usaha selanjutnya adalah Toekang Tjoekoer Barbershop asal Pemalang, Jawa Tengah. Berdiri pada awal tahun 2015 lalu, Toekang Tjoekoer Barbershop menawarkan kemitraan pada tahun 2017.
 
Saat KONTAN ulas, September 2017 lalu, sudah ada dua mitra yang bergabung, lokasinya ada di Purwokerto dan Tegal. Kini, bisnis barbershop besutan Anggit Anjar tersebut belum menambah gerai lagi. 
 
Salon khusus laki-laki yang kian menjamur, ternyata tengah mengubah pemikiran Anggit untuk berputar haluan dengan diberhentikan sementara penawaran kemitraan label Toekang Tjoekoer Barbershop. Alasannya, Ia tengah fokus kepada
sekolah barbershop yang dinamakan Squad Barber Courses. 
 
Tujuannya adalah untuk menciptakan sumber daya manusia khususnya pada bidang tenaga kerja barbershop agar tercipta penata rambut pria yang berkualitas, punya karakter. "Buka cabang barbershop itu sebenarnya mudah, yang sulit itu adalah tenaga kerja karena banyak sekali yang masuk keluar sebagai karyawan barbershop dan ini merugikan,” kata Anjar.
 
Terkait fokusnya untuk menyediakan sumber daya manusia tersebut, Anjar menjelaskan telah menyediakan dua kelas kursus sekolah barbershop. Yang pertama, kelas reguler dibanderol seharga Rp 2,5 juta per bulan. Calon tenaga kerja sudah mendapatkan fasilitas tempat tinggal, makan, dan materi pengajaran.
 
Selain itu, ada juga kelas beasiswa yang disediakan Anjar. Kelas beasiswa ini lebih fokus pada penyediaan tenaga kerja yang diperuntukkan bagi barbershop lain yang sedang membutuhkan tenaga kerja. Adapun kursus barbershop milik Anjar tersebut dinamai Squad Barber Course.
 
Tempat kursus ini rupanya juga siap membantu bisnis barbershop lainnya yang sedang kesulitan mengembangkan bisnis pangkas rambut. Caranya adalah dengan memberikan panduan, materi, termasuk karyawan. Tarifnya adalah Rp 1,9 juta per bulan  di wilayah Jawa Tengah, Rp 2 juta per bulan di Jawa Barat dan di Jakarta dipatok Rp 2,2 juta per bulan.
 
Ia berharap dengan mengubah haluan bisnis sebagai pengelola sekolah barbershop, bisa  mengurangi tingkat pengangguran yang ada di Pemalang dan sekitarnya. Salah satu upaya adalah rencana untuk menambah kuota tenaga kerja yang tadinya hanya 5 peserta per bulan, sekarang akan menjadi 7 peserta sampai 10 peserta. "Ini fokus kami ketimbang membuka cabang barbershop," timpalnya. 

Five-O Barbershop

Usaha cukur rambut lainnya adalah Five-O Barbershop milik Romi Cahaya asal Temanggung, Jawa Barat yang berdiri sejak awal tahun 2013 lalu dan membuka kemitraan awal tahun 2017. Kini bisnis gerai pangkas tersebut masih  bertahan dan mengalami perkembangan. 
 
Saat diulas KONTAN, Januari 2018 lalu, Five-O Barbershop baru memiliki empat gerai. Tiga gerai milik pusat di Temanggung dan satu gerai milik mitra di Yogyakarta. Rommy mengatakan, kini Five-O Barbershop telah memiliki 13 outlet yang tersebar di sekitar Temanggung, Semarang, Parakan, Magelang, dan Yogyakarta. 
 
Ia menawarkan paket kemitraan dengan harga Rp 60 juta dan Rp 80 juta untuk calon mitra yang ingin renovasi. Ia proyeksi mitra dapat mengantongi omzet Rp 30 juta – Rp 40 juta per bulan. Romi menjalankan sistem bagi hasil, yaitu 40% untuk manajemen dan 60% untuk mitra. 
 
Dalam 1,5 tahun, mitra diperkirakan sudah dapat balik modal. Calon mitra yang tertarik harus menyediakan tempat dengan luas minimal 40  m². Karyawan pun akan dipasok pihak pusat. 
 
Meski masih tumbuh, Romi menyebut bila kendala dalam bisnis masih seputar soal lokasi usaha yang pas. Sebab terkadang, konsumen rada berat mengeluarkan biaya pangkas rambut Rp 20.000 saja. 
 
Untuk mengatasi kendala tersebut, sejak awal menjalin kemitraan, Romi memberikan syarat bahwa daerah minimal berada di Kabupaten agar pangsa pasar tercapai. Sedangkan, untuk mengatasi masalah sepi pelanggan solusi yang Romi lakukan adalah dengan memberikan promo tertentu, platinum member, paket anak dan bapak, menyebarkan brosur, dan promosi melalui sosial media.
 
Lewat strategi tersebut, Five-O Barbershop masih menarik perhatian mitra. Ia menargetkan sampai akhir tahun ini bakal mengajarkan tiga gerai lagi di  Semarang, Salatiga, dan Magelang. Sedangkan pihaknya masih belum ada rencana ekspansi ke luar Jawa karena kesulitan untuk memasok tenaga pencukur. 
 
Hingga kini, Five-O punya  27 pegawai. Adapun persentase keuntungan saat ini jika dibandingkan dengan tahun 2017 sudah mencapai 200%. Ini berkat layanan baru seperti head massage, toning, atau towel warmer.                   

Harus bisa membuat kurikulum pelatihan

Pengamat waralaba Djoko Kurniawan menilai bisnis barbershop sebenarnya masih bisa berjalan dan memiliki prospek yang baik jika dikelola dengan benar melalui strategi yang jelas. Jika sebuah bisnis hanya asal buka dan tidak dikelola dengan benar, sudah pasti akan berujung tutup. 
 
Djoko mengungkapkan kembali tiga kelemahan pebisnis UMKM lokal. Pertama, tidak mengerti cara mengelola SDM. Kedua, belum paham konsep marketing secara benar, dan ketiga, tidak punya pencatatan keuangan yang rapi. 
 
Tiga masalah tersebut sering kali ditemui para pelaku UMKM. Jadi, jika masalah itu selesai maka bisnis akan aman dan bisa langgeng. Djoko kembali lagi menegaskan, menjadi seorang pebisnis harus terus mau belajar, karena inilah penyakit terbesar untuk pebisnis. 
 
Terkait kendala kurangnya tenaga ahli yang menimpa kemitraan bisnis barbershop, Djoko menyarankan agar pelaku usaha membuat program pelatihan. "Tidak muluk-muluk untuk buka  pusat pelatihan yang besar, tapi yang penting adalah membuat kurikulum training," tuturnya kepada KONTAN. 
 
Dengan membuat kurikulum pelatihan yang benar, para pebisnis pangkas rambut pria seharusnya tidak perlu khawatir lagi bila suatu saat ditinggal pekerjanya,
 
Hal lain yang tidak boleh dilupakan adalah strategi pemasaran. Sebab pemain di bisnis ini makin banyak. Untuk itu harus dibuat program  pemasaran yang kreatif supaya menarik minat konsumen. Caranya dengan membuat ragam paket layanan. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Mastering Financial Analysis Training for First-Time Sales Supervisor/Manager 1-day Program

[X]
×