Reporter: Dharmesta | Editor: Tri Adi
Hawa yang panas akan terasa segar setelah meneguk semangkuk es teler. Biarpun makin banyak varian minuman yang dijual di pinggir jalan, penikmat es teler tak pernah berkurang.
Syafa Yusuf pun menangkap peluang ini. Lantaran bosan menjadi pegawai di sebuah bank, Syafa yang sering disapa Keken itu lalu memilih berjualan es teler. Selain masih ada peluang, ia ingin membuktikan kelezatan resep es teler ala Makassar yang menjadi warisan keluarganya.
Keken mulai membuka gerai pertamanya bulan Maret 2010. Ia memberi nama usahanya Es Teler Asoy. Selang empat bulan kemudian, Keken berani menawarkan kemitraan. Kini, ia telah memiliki 81 mitra yang tersebar di Pulau Jawa, Sumatra, Kalimantan, hingga Papua.
Ada beberapa menu yang tersedia di gerai Es Teler Asoy. Di antaranya, es teler, es pisang ijo, es buah, aneka jus, dan es palu butung. Harga jual beraneka minuman ini berkisar antara Rp 5.000 sampai Rp 7.000.
Untuk konsep kemitraan, Keken menawarkan tiga paket kemitraan. Yakni, paket booth seharga Rp 8 juta, paket foodcourt seharga Rp 15 juta, dan paket mini cafe Rp 30 juta.
Selain menjual minuman, Keken juga memberi peluang jika mitra ingin menjual makanan. Sebagai contoh, mitra paket booth bisa menjual burger. Adapun mitra paket foodcourt bisa menjual makanan ringan, seperti roti bakar; dan mitra mini cafe bisa menjual makanan berat, seperti mi ayam bakso atau ayam goreng/bakar.
Setelah menandatangani perjanjian kemitraan, Keken pun akan memberikan pelatihan dan peralatan lengkap untuk mitra. Mitra mini cafe akan mendapatkan dua tenda, satu payung besar, empat meja, dan 12 kursi.
Selain itu, mitra juga akan memperoleh suplai bahan baku awal, berupa biang gula sebanyak 21 saset, dua botol sirop 600 mililiter, dan 300 gelas plastik plus sendok. "Setiap saset biang gula sudah dicampur dengan bumbu rahasia dan bisa untuk 28 gelas," kata Keken. Sementara itu, satu botol sirop bisa dipakai untuk 50 gelas.
Bila stok tersebut habis, mitra wajib membeli bahan baku ke pusat. Keken mematok harga Rp 5.000 untuk satu saset biang gula, Rp 13.000 untuk satu botol sirop, dan Rp 450 untuk satu gelas plastik plus sendok.
Keken membebaskan mitra untuk membeli buah-buahan yang menjadi bahan baku es teler. Ia juga sudah memberi panduan memilih buah yang baik. "Kalau saya yang menyuplai, buahnya sudah tidak segar lagi, padahal mitra saya sudah sampai Papua," ujar Keken.
Salah satu mitra Es Teler Asoy, Firman Nusantara, mengaku puas dengan kuatnya dukungan dari pihak manajemen. Menurut Firman yang membuka gerainya di Bogor, pihak manajemen selalu memantau jalannya usaha, bahan baku, dan juga pengembangan menu makanan.
Awalnya, Firman hanya menjual minuman saja. "Tapi, untuk paket mini resto, berjualan minuman saja rugi, karena itu saya menjual makanan berdasarkan resep yang diberikan oleh Es Teler Asoy," ujar Firman.
Di hari biasa, Firman bisa menjual 30 gelas es teler. Secara keseluruhan, ia pun meraup omzet Rp 200.000 hingga Rp 300.000 per hari.
Sedangkan di akhir minggu, omzetnya meningkat menjadi Rp 400.000 sampai Rp 500.000. Dari omzet ini, penjualan minuman menyumbang kontribusi Rp 420.000 dari hasil penjualan maksimal 60 gelas.
Firman yang membuka gerainya di kawasan wisata ini memang tak menemui banyak pesaing penjual minuman. "Yang ketat penjualan makanan," ujarnya.
Es Teler Asoy
Pulo Gadung Trade
Center Lt 2 Foodcourt,
Jakarta Timur,
Telepon (021) 56173988
HP: 087997563988
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News