Reporter: Fahriyadi | Editor: Tri Adi
Berbisnis bunga kering ternyata sangat menguntungkan. Kalau kreatif, omzet puluhan juta bisa berada di tangan. Keuntungan bisnis ini pun menggiurkan karena bahan baku murah dan melimpah. Tak percaya, simak saja pengalaman Yulianti dan Nana, di bawah ini.
Bunga identik dengan keindahan. Itulah sebabnya, kita sering menggunakan bunga untuk mempercantik halaman, bahkan ruangan.
Tentu, untuk hiasannya ruangan, tak harus menggunakan bunga segar. Bunga kering pun bisa jadi penghias yang tak kalah cantiknya. Apalagi, kalau bunga kering itu dibuat dari bahan alami seperti kulit jagung dan kulit lontar, serta menggunakan pewarna alami.
Menggunakan bunga kering sebagai penghias memang banyak untungnya. Selain bunga tak cepat layu, soal warna bisa dipesan sesuai keinginan atau custom.
Salah satu pembuat bunga kering itu adalah Yulianti di Bandung, Jawa Barat. Pemilik Yuli Galeri ini sudah memproduksi bunga kering sejak 2009 lalu.
Menurut Yulianti, pesanan bunga kering terus meningkat dari tahun ke tahun. Kini, Yulianti tak hanya menerima pesanan dari Bandung saja. "Pesanan datang dari berbagai kota di Jawa dan Sumatra," ujar Yulianti.
Pemesan itu kebanyakan dari kalangan perhotelan atau perkantoran. Dan, "Pesanan bakal melonjak kalau mendekati Lebaran atau musim pernikahan," tambah Yulianti,
Yulianti menjual bunga kering mulai Rp 2.000 hingga Rp 12.000 per tangkai. Selain itu, ia juga menjual bunga kering berikut potnya. Untuk ukuran bunga di dalam pot kecil, Yulianti melepas di harga Rp 15.000 saja. Tapi yang ukuran jumbo, harganya bisa mencapai Rp 500.000.
Dari berjualan bunga kering ini, perempuan berusia 23 tahun bisa menangguk omzet hingga Rp 25 juta per bulan. Padahal, ia berjualan bunga itu hanya lewat internet atau kadang-kadang melalui ajang pameran.
Yulianti mengungkapkan, hambatan dari bisnis ini hanya kala musim hujan tiba. Di musim ini, ia mengaku kerepotan untuk mengeringkan bahan baku bunga.
Pemain lain dari bisnis ini adalah Nana, pemilik Jiro Production di Yogyakarta. Nana mengaku mulai berbisnis bunga kering sejak 2006 lalu. Namun Jiro Production sendiri sudah ada sejak 1996, tetapi ketika itu fokus memproduksi suvenir promosi dan pernikahan.
Nana mengatakan, dia menekuni bisnis bunga kering karena potensi pasarnya bagus. Maklum, bisnis ini belum banyak saingan. Lebih menyenangkan lagi, bahan baku juga melimpah dengan harga murah pula.
Lihat saja, Nana membeli bahan baku kulit jagung dan kulit lontar itu hanya Rp 10.000 per karung ukuran 50 kg. Dari bahan baku sebanyak itu, Nana bisa menghasilkan 10.000 tangkai bunga kering. "Biasanya bunga kering ini dilekatkan pada suvenir pernikahan dan dekorasi pelaminan," tandas perempuan 42 tahun ini.
Selama menekuni bisnis bunga kering ini, Nana telah berhasil membuat 10 jenis bunga kering, seperti mawar, melati, bunga matahari, anggrek. Dengan harga jual mulai dari Rp 1.000 - Rp 5.000 per tangkainya, Nana mengaku bisa meraup omzet minimal Rp 30 juta per bulan.
Nana mengakui, karena bisnis ini menguntungkan, tak heran kalau banyak pemain baru yang bermunculan. "Kami tak merasa tersaingi atau terganggu dengan hadirnya kompetitor lain," pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News