Reporter: Marantina | Editor: Tri Adi
Kopi. Siapa yang tidak mengenal minuman dengan aroma khas dan berwarna hitam itu? Sekarang, menyeruput kopi sudah jadi bagian dari gaya hidup. Kopi tidak lagi sekadar jadi senjata untuk melawan kantuk, tapi sudah jadi ritual wajib bagi banyak orang. Rasanya ada yang kurang bila melewatkan hari tanpa minuman pahit itu.
Tren ngopi pun sudah merasuk ke semua kalangan, baik tua maupun muda. Anggapan bahwa minum kopi hanya jadi kebiasaan pria dewasa perlahan meluntur. Bahkan, penikmat kopi semakin jeli dengan kualitas dan citarasa kopi.
Kenikmatan kopi ternyata dipengaruhi oleh banyak hal. Yang paling utama tentu kualitas green bean alias biji kopi mentah dari petani. Namun itu bukan satu-satunya faktor yang menentukan kualitas kopi. Pasalnya, ada beberapa proses yang harus dilalui hingga biji kopi bisa disesap lidah Anda dalam bentuk minuman.
Salah satu proses yang paling penting ialah memasak biji kopi atau roasting. Melalui proses ini, terjadi proses kimia yang menghasilkan intisari biji kopi yang berwarna cokelat. Biasanya, bobot biji kopi pun berkurang sampai dengan 20% setelah dimasak.
Meskipun proses ini menggunakan mesin sangrai yang biasa disebut mesin roasting, bukan berarti semua orang bisa menyangrai biji kopi. Pasalnya, dibutuhkan keahlian khusus untuk memasak kopi. Seorang roaster bisa diibaratkan koki yang mengolah biji kopi hingga layak untuk diseduh.
Nah, kebanyakan kedai kopi hanya menyeduh dan menyajikan kopi untuk konsumen. Mereka membeli roasted bean atau biji kopi matang dari pemasok. Beda halnya dengan Tanamera Coffee yang menyangrai sendiri biji kopi sebelum dijual dan disajikan pada pelanggan.
Awalnya, Tanamera Coffee berniat jadi pemasok biji kopi matang dengan kualitas premium untuk hotel, restoran, maupun kedai kopi. Misi utama perusahaan kopi ini ialah menyajikan kopi yang dihasilkan dari proses roasting berkualitas dan mengangkat derajat kopi nusantara.
Usaha ini dimulai dari kecintaan Dini Criddle dan suaminya terhadap kopi. Pasangan yang juga suka traveling ini sering mendapati bahwa kopi yang enak di luar negeri itu berasal dari Indonesia. Namun, mereka merasa apresiasi terhadap kopi nusantara masih minim. “Makanya, kami mau memberikan pengalaman sesungguhnya dari ngopi sekaligus memperkenalkan kopi Indonesia agar lebih diapresiasi,” ujar Dini.
Ia menjelaskan, kopi yang rasanya sedap dan aromanya pekat itu ditentukan oleh kualitas biji kopi. Makanya, Tanamera hanya menggunakan biji kopi dengan kualitas premium. “Biji kopi itu punya porsi 60%, sementara 20% ditentukan oleh proses roasting, dan sisanya oleh keahlian barista dan kualitas air yang digunakan,” sebutnya.
Hingga kini, Tanamera memasok biji kopi matang untuk lebih dari 300 klien. Yang memesan biji kopi dari Tanamera pun tak terbatas di Jakarta. Kliennya merambah ke kota-kota besar lain, seperti Surabaya, Bali, Medan, Pekanbaru, hingga Makassar. Bahkan, ada beberapa orang Indonesia yang memesan biji kopi racikan Tanamera ke luar negeri.
Dini mengatakan, potensi usaha untuk produk biji kopi sangrai ini sangat cemerlang. Banyak sekali klien yang membutuhkan, baik ritel maupun korporasi. Buktinya, ia masih kewalahan memenuhi permintaan produk. “Saya senang karena respons konsumen sangat bagus terhadap produk Tanamera walaupun usia kami belum sampai dua tahun,” katanya.
Kualitas biji kopi sangrai yang dihasilkan Tanamera bukan saja diakui di dalam negeri. Baru-baru ini, Tanamera mengikuti kompetisi International Coffee Award di Australia. Pada ajang tersebut, Tanamera meraih penghargaan Champion International Roaster. Ini memantapkan usaha kopi yang dimulai sejak November 2013 ini.
Saat ini, Tanamera memiliki total 13 varian produk yang terdiri dari dua kategori, yaitu 11 varian biji kopi single origin dan dua varian blends. Berbagai jenis produk ini lantas dikemas dalam ukuran 250 gram dan satu kilogram. Harga biji kopi sangrai Tanamera berkisar Rp 105.000–Rp 130.000 per kemasan 250 gram. Sementara, produk kemasan satu kilogram dibanderol dengan kisaran harga Rp 265.000–Rp 310.000.
Biji kopi yang digunakan di Tanamera berasal dari berbagai daerah di Indonesia. Produk biji kopi matang yang bisa dibeli dari perusahaan kopi ini, antara lain Flores Bajawa, Toraja, Malabar Honey, Malabar Natural, Malabar Fully Washed, Papua Wamena, Mandheling, dan Bali Kintamani. Produk biji kopi campuran ialah premium blend dan espresso blend. Namun Tanamera juga menerima pesanan untuk produk customize sesuai dengan permintaan klien. Dini bilang, dulu ia menargetkan korporasi sebagai pasar produk Tanamera. Namun ternyata banyak orang yang ingin mencoba bahkan ketagihan dengan produk biji kopi Tanamera. Dus, Dini pun mengemas produknya untuk bisa dinikmati konsumen ritel.
Saban bulan, penjualan produk biji kopi masak di Tanamera mencapai 1,5 ton untuk pembeli korporasi. Sementara itu, pembelian ritel lebih dari 150 kg per bulan. Dini mengatakan, dari usahanya, ia bisa mengantongi omzet di atas Rp 200 juta dengan laba bersih sekitar Rp 30 juta–Rp 35 juta per bulan.
Potensi yang besar dari bisnis ini membuat Dini berekspansi dengan mendirikan cabang Tanamera di kawasan Serpong. Dini mengatakan, luas tempat di Serpong mencapai 150 meter persegi sehingga bisa dijadikan tempat produksi sekaligus kafe. Gerai baru itu sudah beroperasi sejak Juni lalu.
Mesin Impor
Anda juga ingin menggeluti usaha ini? Modal miliaran rupiah digelontorkan Dini untuk membangun perusahaan kopi Tanamera. Pasalnya, ia tak hanya memproduksi biji kopi yang matang, tapi juga mendirikan kafe untuk pecinta kopi Tanamera.
Pada awal usaha, ia merogoh kocek hingga Rp 5 miliar untuk merintis Tanamera Coffee. Sebagian besar modal itu ia belanjakan untuk mesin sangrai kopi atau roaster. Untuk menghasilkan kualitas biji kopi sempurna, ia menggunakan roaster merek Giesen yang didatangkan dari Belanda.
Pertama kali, ia membeli roaster dengan kapasitas 15 kg. Harga mesin ini sekitar Rp 800 juta. Kemudian, untuk menambah kapasitas produksi, Dini juga membeli roaster berkapasitas 60 kg seharga Rp 1,5 miliar. “Investasi terbesar ada pada mesin,” ujarnya.
Selain itu, ia juga membeli mesin kopi lainnya, seperti grinder atau penggiling biji kopi dan mesin espresso. Semua mesin ini diimpor demi mengejar kualitas tinggi. Belum lagi untuk bahan baku, terutama biji kopi mentah biasanya dipesan dalam jumlah banyak. Total investasi yang dikeluarkannya hingga saat ini mencapai US$ 1 juta. Target Dini, dalam lima tahun, modal tersebut sudah kembali.
Adapun pengeluaran rutin dalam usaha ini meliputi pembelian bahan baku, terutama biji kopi mentah, membayar gaji karyawan, biaya operasional, dan biaya marketing. “Sekitar 50% dari total pengeluaran merupakan pembelian biji kopi,” sebut Dini.
Tim yang kuat
Ketika ditanya, jurus khusus sehingga usahanya berkembang pesat, Dini mengatakan salah satunya ialah memiliki tim yang kuat. Artinya, timnya memang sudah diseleksi dan memiliki keahlian dalam bidangnya masing-masing. Sejauh ini, total karyawan Tanamera Coffee mencapai 65 orang, antara lain terdiri dari tim roaster, marketing, dan barista.
Awalnya, Dini sempat bekerja sama dengan roaster asal Australia sebelum akhirnya mengajak John Lee bergabung di timnya sebagai roaster. Dini mengatakan, pria berkebangsaan Korea itu memiliki pengalaman panjang sebagai roaster. “John juga sudah mengunjungi 150 perkebunan kopi di seluruh Indonesia sehingga dia paham kualitas kopi nusantara,” ujarnya.
Selain memasak biji kopi dengan menggunakan mesin roasting, John juga punya peranan penting dalam menyeleksi biji kopi. Menariknya, seleksi ini dilakukan secara manual. Jadi, sebelum disangrai, ia dan staf roasting menyingkirkan biji kopi yang tidak sesuai standar Tanamera. Biji kopi yang dibeli memang merupakan kualitas premium, tapi roaster harus jeli memilih biji kopi yang jelek. Surya, salah satu staf roasting, menuturkan, terkadang ada biji kopi berjamur yang ikut dalam kemasan ketika dibeli. Bayangkan saja bila tak ada seleksi, tentu saja kopi bisa berbahaya bagi tubuh ketika dikonsumsi terus-menerus.
Meskipun proses roasting dilakukan dengan mesin, roaster tetap harus memperhatikan beberapa hal, seperti temperatur serta lama proses memasak di dalam mesin. Itu semua dilakukan untuk mempertahankan konsistensi rasa dan aroma biji kopi Tanamera.
Di samping itu, Dini juga menyeleksi dengan baik tim barista yang ada di Tanamera. Menurutnya, saat ini banyak anak muda yang tertarik belajar untuk jadi barista. Namun, yang paling penting bukan saja keahlian tapi kecintaan terhadap kopi sehingga barista tak cuma menyajikan kopi tapi juga memastikan kualitas kopi tetap terjaga sampai ke lidah konsumen.
Nah, yang juga membesarkan usaha Tanamera Coffee ialah tim marketing yang rajin mengikuti pameran untuk mengenalkan Tanamera. “Produk yang berkualitas jadi kunci utama, tapi saya juga terus berinovasi sehingga orang terus tertarik dengan Tanamera Coffee,” ujarnya.
Tertarik mencoba?
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News