Reporter: Tri Sulistiowati | Editor: Havid Vebri
JAKARTA. Merayakan Idul Fitri di kampung halaman sudah menjadi tradisi masyarakat Indonesia. Sebelum kembali ke ibu kota untuk melanjutkan aktivitas, oleh-oleh khas kota setempat pun mulai banyak diburu.
Tak terkecuali mereka yang mudik ke Kota Malang, Jawa Timur. Selain terkenal dengan berbagai kudapan khasnya, produk lain seperti batik juga banyak diburu para pemudik.
Salah satu produk batik terkenal di kota ini adalah batik celaket. Asal tahu saja batik ini sudah diproduksi sejak tahun 1997 oleh Hanan Jalil. Cara produksinya pun masih tradisional dan hanya membuat batik tulis dan cap.
Tidak seperti kain batik lainnya, motif yang dibuat berbeda dan menarik, yaitu menggunakan motif ikon Kota Malang seperti tugu, apel dan juga singa. Sedangkan untuk warnanya juga selalu tampak modern dengan mengikuti tren fesyen. Untuk tahun ini, warna-warna yang banyak digunakan adalah hijau, tosca dan juga pastel.
Pada setiap momen spesial seperti Lebaran selalu dibuatkan desain batik baru. Nah, menyambut Lebaran tahun ini, Hanan banyak membuat batik dengan motif apel, teratai dan tugu. Ada pun pilihan warnanya dominan biru dan hitam.
Lainnya baju batik siap pakai juga diproduksi untuk memudahkan konsumen yang ingin menggunakannya langsung. Selain kain dan dan busana jadi, ia juga turut memproduksi tas dan sepatu batik. Dengan demikian, konsumen semakin memiliki banyak pilihan.
Hanan mengaku, saat momen arus balik Lebaran merupakan masa panen baginya. " Penjualan meningkat sekitar 20% dari hari biasanya," katanya pada KONTAN, Minggu (2/7).
Menurutnya, meski penjualan meningkat tapi nilainya masih lebih kecil bila dibandingkan dengan momen yang sama tahun lalu. Menurut pria 51 tahun ini, kondisi ini dipengaruhi kondisi ekonomi yang kurang bagus.
Selain itu, Lebaran kali ini bersamaan dengan tahun ajaran baru, sehingga banyak orang menunda membeli produk yang belum terlalu dibutuhkan.
Hanan membanderol batik produksinya mulai harga Rp 150.000 sampai dengan Rp 350.000 ke atas. Harga kain batik disesuaikan dengan kerumitan desain dan masa produksinya. Kebanyakan konsumennya berasal dari luar kota, seperti Jakarta, Kalimantan, dan juga wilayah Indonesia bagian Timur.
Dalam sebulan, dia dapat mengantongi omzet puluhan hingga ratusan juta rupiah. Sayangnya, dia enggan menyebutkan porsi keuntungan bersih yang didapatkannya.
Untuk memenuhi seluruh permintaan konsumen di momen Lebaran ini, proses produksi pun sudah mulai digenjot sejak dua bulan sebelum Lebaran, dengan dibantu sekitar 50 karyawan.
Untuk memproses satu lembar kain batik tulis, dibutuhkan waktu sekitar satu minggu. Waktu tersebut sudah termasuk tahap pewarnaan dan finishing.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News