kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Legit martabak kurang menggigit


Minggu, 02 Desember 2018 / 06:30 WIB
Legit martabak kurang menggigit


Reporter: Denisa Kusuma, Sugeng Adji Soenarso, Tri Sulistiowati, Venny Suryanto | Editor: Johana K.

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Martabak adalah salah satu kudapan manis yang sangat populer di lidah masyarakat. Camilan ini juga punya dua versi, yakni martabak manis dan martabak asin yang juga sering disebut martabak telur.   

Kedua jenis martabak itu juga punya banyak varian rasa. Khususnya, martabak manis yang juga mendapat sentuhan kekinian lewat beberapa rasanya. Sebut saja, rasa red velvet, green tea, Nutella, Ovomaltine dan lainnya.

Lantaran banyak penggemarnya, penjaja martabak juga bertebaran. Meski begitu, kondisi ini tak menciutkan nyali mereka yang tetap ingin membuka gerai martabak.  Tak heran, bisnis kemitraan martabak juga terus berkembang.

Lantas, bagaimana kondisi bisnis kemitraan martabak tahun ini? Berikut ulasan beberapa pemainnya. Yakni,  Martabak Apin, Martabak Queen dan Martabak Mamime.  

Martabak Apin

Diki Rusnandar mendirikan gerai Martabak Apin sejak 2016 di Cirebon, Jawa Barat. Saat itu, dia juga langsung menawarkan kemitraan gerai martabaknya.

Setahun lalu, saat Kontan mengulas bisnis kemitraan ini, sudah ada tujuh gerai Martabak Apin. Kini, sudah berkembang menjadi 10 gerai. Tiga diantaranya adalah milik pusat. Semua gerai pusat ini ada di Cirebon.

Dua tahun menjalani bisnis ini, Diki menyebutkan, perkembangan bisnis martabak ini sangat tergantung dari daerah lokasi gerai. Diki bilang, perkembangan usahanya di Cirebon tak semoncer kota-kota lainnya.

Di kota udang ini, penjualan martabaknya justru mengempis. Sementara di kota-kota lainnya, penjualan martabak terus mengembang.

Ada empat paket kemitraan Martabak Apin. Mulai dari gerai biasa senilai Rp 30 juta, lalu paket mini baru dengan harga Rp 75 juta, Martabak Apin menengah Rp 150 juta, dan paket Martabak Apin premium Rp 250 juta.

Diki bilang, rata-rata omzet yang bisa dikantongi oleh setiap gerai berkisar Rp 90 juta–Rp 150 juta. Proyeksi modal mitra akan kembali dalam waktu 5-6 bulan.

Hanya, salah satu kendala dalam menjalankan bisnis kemitraan martabak ini adalah tak semua mitra paham soal bisnis. Sebab, menurut Diki, bisnis memiliki fase naik dan turun dengan sendirinya.

Diki pun mengatasi persoalan itu dengan gencar melakukan promosi. Biasanya, ia promosi dengan ikut pameran di pusat-pusat belanja, beriklan melalui media sosial seperti Facebook dan Instagram, hingga mengundang media untuk meliput.

Selain itu, Diki juga menerapkan evaluasi terhadap menu-menunya. Jika ada menu yang tak terlalu laris di pasaran, dengan segera ia akan menggantinya dengan yang baru.

Menu baru yang kini menjadi andalan martabak Apin adalah martabak telor sambel bini edan, martabak gulung, martabak durian, dan martabak jagung susu keju. Harga untuk setiap martabak berkisar Rp 45.000 – Rp 60.000.

Untuk target di tahun ini, Diki berharap akan ada kenaikan penjualan sebesar 10%– 20% di seluruh gerai mitra. Pusat juga akan mendorong melalui strategi pemasaran dan kebijakan yang harus diikuti oleh mitra. 

Martabak Queen

Martabak Queen memutuskan berhenti sejenak untuk menawarkan kemitraan yang telah dilakukan sejak awal 2017 silam. Hal tersebut lantaran, pemilik ingin membenahi manajemen usahanya terlebih dahulu.

Fariz, pemilik usaha Martabak Queen pun menjelaskan, bahwa dalam skema bisnis kemitraan penting untuk memperhatikan kinerja para mitranya. Oleh sebab itu, ia memilih untuk menutup kemitraannya saat ini dan fokus memberikan pelatihan-pelatihan kepada mitranya. "Saya memutuskan untuk menutup dulu tawaran kemitraan sejak enam bulan yang lalu," terang Fariz.

Menurutnya, kurang kuatnya sistem bisnis yang diterapkannya juga membuatnya mengambil keputusan tersebut. "Soal supply, pembinaan, packaging itu yang sedang kami rapikan," ujarnya.

Fariz belum menyebutkan kapan akan membuka kembali tawaran kemitraan gerainya. Namun, hingga saat ini Martabak Queen sudah memiliki lima mitra yang tersebar di daerah Tangerang.

Fariz menjelaskan, untuk mitra yang sudah bergabung tetap menjalankan persyaratan kemitraan yang telah ditetapkan, yaitu biaya royalti sebesar 2,5%. Adapun, biaya tersebut dialokasikan sebagai biaya marketing dan pengiriman bahan baku.  

Mitra diwajibkan untuk membeli bahan baku seperti adonan premix dan beberapa topping, seperti Nutella dan Toblerone yang pusat impor. Fariz memperkirakan, biaya bahan baku mengambil porsi 55% dari omzet.

Untuk produknya sendiri, Martabak Queen masih menjajakan martabak manis dan telur dengan total 30 varian rasa atau topping. Varian martabak telur mozzarella menjadi menu andalan Martabak Queen.

Hingga saat ini, Fariz masih menetapkan harga jual yang sama untuk tiap gerai Martabak Queen. Harga Martabak Quen dibanderol mulai dari Rp 30.000 sampai dengan Rp 125.000. "Harga tidak naik, tidak juga turun," pungkasnya.  

Martabak Mamine

Usaha besutan Venny Junafiah nampak berjalan mulus. Pasalnya, jumlah gerai milik mitra terus bertambah menjadi 15 unit. Gerai mitra ini tersebar di Medan, Jakarta, Tangerang, Pontianak dan Sinjai di Sulawesi Selatan.

Sebelumnya, saat diulas Kontan pada Juli 2017 lalu, jumlah gerai mitra baru ada tiga yang semuanya tersebar di Medan. Maklum, saat itu tawaran kemitraannya baru dibuka sekitar Juni di tahun yang sama.

Berjalan satu tahun, belum ada perubahan yang dilakukan. Harga produknya masih dibanderol sama dari tahun sebelumnya yaitu Rp 4.000 sampai Rp 8.000 per porsi martabak mini dan Rp 15.000 per paket (isi enam potong martabak ukuran mini).

Sedangkan, untuk varian menunya terus ditambah. Tujuannya agar konsumen tidak bosan dan tetap mau kembali mencoba menu-menu baru. Sampai sekarang ada lebih dari 30 macam topping untuk martabak mininya. Venny pun bakal meluncurkan varian menu baru dalam waktu dekat, meski kini masih enggan menyebutkan menu barunya.

Paket kemitraan Martabak Mamine masih dibanderol sama yaitu mulai dari Rp 18 juta untuk kerjasama tanpa booth dan  Rp 25 juta untuk paket menggunakan booth.

Mitra wajib mengambil bahan baku utama berupa bumbu resep dan kemasan dari pusat. Dalam satu bulan, mitra ditargetkan pembelian minimal bumbu resep sebanyak 40 bungkus.

Berdasarkan perhitungannya, waktu balik modal yang dibutuhkan mitra hanya sekitar tiga bulan. Dengan catatan, dalam sehari total omzet yang dikantongi sekitar Rp 700.000. Bila dikalkulasi, dalam sebulan total penjualannya mencapai Rp 21 juta. Dikurangi biaya operasional dan bahan baku, porsi keuntungan bersih yang didapatkan mitra masih sekitar 45% dari omzet.

Venny bilang, belum menemui kendala bisnis. Sebab, dalam pengamatannya, bisnis kemitraan ini masih terkontrol.

Ke depan dia menargetkan bisa menjaring lebih banyak mitra di luar kota. Alasannya, persebaran mitra di sekitar kota Medan sudah jenuh. Dia mengaku sengaja membatasi jumlah mitra di setiap kota untuk menjaga persaingan antar sesama mitra.        

Selain produk dan rasa, lokasi juga penting

Meski menjadi kudapan populer, tak semua bisnis kemitraan martabak berjalan manis.  Pengamat Usaha dari Proverb Consulting, Erwin Halim menilai, peluang maupun potensi kemitraan martabak masih cukup bagus. Namun, persaingan cukup ketat karena banyak sekali pemainnya.  

Erwin pun menyarankan, pemilik bisnis agar tak hanya memperhatikan soal rasa dan produk saja, melainkan juga dalam penentuan lokasi. Pemilihan lokasi harus diperhatikan betul-betul, baik dari strategisnya maupun persaingan dengan pebisnis kuliner lain. "Pencapaian target omzet tiap gerai sangat erat kaitannya dengan lokasi dan promosinya," terangnya.  

Contoh promosinya berupa  flash sale atau buy one get one bagi para pelanggannya agar lebih menarik lagi. "Hanya perlu diberi periode waktu, misalnya flash sale dalam 1 hari sampai jam sekian," tambahnya.

Tak hanya memperhatikan varian rasa, lokasi strategis dan promosi, ia juga menyarankan pemilik bisnis untuk menggunakan layanan antar secara online untuk memberikan kemudahan bagi para pelanggannya.

Erwin menekankan, persaingan yang ketat dalam usaha martabak ini memang perlu diakali dengan strategi yang tepat. Apalagi, dalam bisnis ini seringkali didapati karyawan yang sering keluar masuk.

Maka, perlu diperhatikan soal peracikan bahan baku. Sebisa mungkin, resep tidak diberikan ke karyawan.  "Ini salah satu cara menyiasati karyawan yang keluar masuk sehingga mereka tidak bisa mencuri resep sehingga tidak masalah kalau mereka keluar sesukanya," ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Mastering Financial Analysis Training for First-Time Sales Supervisor/Manager 1-day Program

[X]
×