kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Lewat daring, Narman angkat produk Suku Baduy


Sabtu, 05 Mei 2018 / 12:00 WIB
Lewat daring, Narman angkat produk Suku Baduy


Reporter: Tri Sulistiowati | Editor: Johana K.

KONTAN.CO.ID - Menembus pasar merupakan masalah yang lazim dihadapi oleh setiap perajin. Hal ini juga dirasakan juga oleh warga suku Baduy dalam memasarkan produk kerajinannya.  

Permasalahan tersebut mendorong Narman Nasinah untuk membantu mereka. Asal tahu saja, Narman merupakan warga Baduy luar yang tinggal di Desa Kanekes, Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak, Banten.  

Narman juga seorang perajin. Dia pun mencari solusi untuk menjual kerajinannya lewat teknologi. Awal 2016, Nraman pun mulai menggunakan akun Instagram  Baduy Craft, sebagai gerai daringnya.

Tak hanya menjual hasil kerajinannya, laki-laki 26 tahun ini juga menampung karya warga Baduy lainnya. Kini ada 25 perajin yang bergabung dengannya.

Produk yang dijual pun beraneka ragam, mulai dari aksesoris gelang, kalung, tas, sampai dengan kain tenun. Harganya dibanderol mulai dari Rp 40.000 sampai Rp 1 juta per item.

Narman pun terus membuka diri pada pengetahuan digital. Ia belajar secara otodidak tentang cara menaikkan jumlah follower dan melakukan kampanye untuk mengundang perhatian netizen.  

Tak hanya pada satu media saja, selang setahun dia mulai memasarkan produk-produk Baduy Craft melalui marketplace lokal seperti Tokopedia, Bukalapak, dan lainnya.

Hasilnya pun cukup baik, kini tanpa harus jalan jauh, bahkan hingga Jakarta,  produk mereka telah diserap oleh pasar. Konsumennya pun tersebar di Jabodetabek, Lampung, Riau, hingga Kalimantan.

Selain membantu pemasaran, Narman juga membantu pengadaan bahan baku para perajin. Para perajin tak perlu mengelurkan modal membeli kain dan bahan produksi lainnya. Kemudian, dia menerapkan sistem bagi hasil, untuk setiap produk yang terjual.

Meski berhasil menemukan pasar, kini kendala yang dihadapi Narman adalah  sulitnya akses jaringan internet di sekitar tempat tinggalnya. Untuk menemukan sinyal yang bagus, dia harus berjalan sekitar 2 km.  

Selain itu, untuk pengiriman dia juga harus menempuh jarak 12 km, karena di sekitar tempat tinggalnya belum tersedia jasa logistik.  

Lainnya adalah masalah keterbatasan modal, sehingga dia tidak dapat sulit mendapatkan bahan baku yang berkualitas. "Saat ini saya hanya bisa mendapatkan benang sisa produksi pabrik untuk para penenun," katanya.

Asal tahu saja, untuk membeli benang dengan harga murah lansung dari pabrik, konsumen harus melakukan pemesanan benang dalam jumlah besar. Dia berharap kedepan warga Baduy mampu berkarya tanpa meninggalkan adat-istiadat yang telah terbangun. Serta mampu mencukupi kebutuhan rumah tangga.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Mastering Financial Analysis Training for First-Time Sales Supervisor/Manager 1-day Program

[X]
×