kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.199   95,00   0,58%
  • IDX 6.984   6,63   0,09%
  • KOMPAS100 1.040   -1,32   -0,13%
  • LQ45 817   -1,41   -0,17%
  • ISSI 212   -0,19   -0,09%
  • IDX30 416   -1,10   -0,26%
  • IDXHIDIV20 502   -1,67   -0,33%
  • IDX80 119   -0,13   -0,11%
  • IDXV30 124   -0,51   -0,41%
  • IDXQ30 139   -0,27   -0,19%

Lewat fesyen bidik turis lokal hingga mancanegara


Kamis, 13 November 2014 / 15:21 WIB
Lewat fesyen bidik turis lokal hingga mancanegara
ILUSTRASI. Tak selamanya sayuran itu menyehatkan. Ada juga beberapa jenis sayuran bikin berat badan naik


Reporter: Cindy Silviana Sukma | Editor: Havid Vebri

Menonton fashion show atau peragaan busana kini bisa di ruang publik yang bebas dan terbuka. Tengok saja, beberapa pertunjukan fesyen di jalan kian yang marak digelar di berbagai daerah.

Salah satunya yang cukup terkenal adalah Jember Fashion Carnival (JFC) yang digagas oleh Dynand Fariz sejak tahun 2003, bertepatan degan Hari Ulang Tahun (HUT) Kota Jember, Jawa Timur. Hingga saat ini, parade busana ini rutin diselenggarakan setiap tahunnya di Jember.

Dengan  kostum-kostum yang atraktif, tema yang unik, dan melibatkan banyak desainer dan relawan, parade busana ini mampu mengundang antusiasme para penonton, baik warga Jember, turis lokal hingga wisatawan internasional.

David Susilo, Research and Development JFC, mengatakan, JFC ingin memadukan dua konsep, yakni fesyen dan karnaval. "Selama ini fesyen tersekat-sekat dengan ruang dan batas. Kami ingin menjadikan fesyen sebagai ruang publik yang terbuka," tuturnya.

Maka itu, agar menarik, fesyen ini dikemas dalam bentuk karnaval. Melalui karnaval, JFC ingin mencoba menampilkan sebuah tren fesyen yang bisa menjadi sorotan publik sekaligus mengangkat citra Jember.

Sayangnya, kata dia, Jember bukan seperti daerah lain yang memiliki kearifan lokal. Sebab, kota ini didominasi warga pendatang, sehingga tema-tema diangkat dari isu yang sedang menjadi tren saat itu. "Tema-tema yang diangkat selalu mengandung filosofi, inspirasi yang ada di lingkungan," ujarnya.

Konsep yang sama juga diadakan di Kota Solo, Jawa Tengah dengan mengusung nama Solo Batik Carnival (SBC). Menurut Ian Prasetio, Ketua II SBC, pendirian SBC terinspirasi dari JFC yang mengangkat Jember sebagai kota karnaval.

"Saat Pak Jokowi menjadi Walikota Solo, beliau bertemu Dyanand Fariz dan ingin Solo bisa terkenal dan menjadi mercusuar seluruh dunia karena batik," tuturnya.

Maka terbentuklah SBC pada tahun 2008, dengan dukungan Solo Center Point Foundation sebagai yayasan yang turut mendanai program ini. SBC diadakan setiap tahun, tepatnya di bulan Juni dengan tema yang berbeda. Misalnya mengangkat tema legenda, topeng, atau memayu hayuning bawono (dari bumi untuk bumi).

Meski terinspirasi dengan JFC, Solo Batik Carnival ini menyuguhkan tampilan yang berbeda. "Sebelum karnaval, kami sajikan dengan cerita dan pertunjukan. Supaya penonton tak jenuh," ujarnya.

Adapun, batik Solo menjadi kostum utama dalam karnival ini.  Baik di Jember maupun Solo, acara pertunjukan fesyen di jalan ini sama-sama melibatkan ratusan orang dan relawan untuk berkolaborasi menyuguhkan karnival di tengah publik.

Mereka ada yang dari mahasiswa seni, desainer muda, anak-anak hingga masyarakat awam yang berkreasi dan memperagakan kostum buatannya sendiri. 

(Bersambung)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×