Reporter: Rivi Yulianti, Handoyo | Editor: Tri Adi
Bulu ayam ternyata tidak hanya dimanfaatkan sebagai kemoceng. Di tangan pelukis kreatif, bahan baku ini bisa menjadi lukisan. Omzetnya bisa Rp 15 juta per bulan.
Lukisan cat, itu sudah biasa. Lukisan bulu? Pastinya menarik karena masih tergolong langka. Masih sedikit pelukis yang memakai bulu untuk lukisan.
Salah satunya Susmiadi, pelukis bulu dari Sanggar Seni Kreatif di Jember, Jawa Timur. Ia telah puluhan tahun membuat lukisan cat. Karena jenuh, dia mencari bahan lain untuk melukis. "Saat itu, terlintas ide menggunakan bulu ayam," ujarnya. Mulai 2008, Susmiadi pun memakai bulu ayam untuk bahan lukisan.
Proses produksinya memakan waktu lebih lama dibandingkan lukisan cat. Jika lukisan cat hanya butuh waktu maksimal tiga hari, lukisan bulu perlu tempo 10 hingga 15 hari. "Lantaran butuh ketelitian ekstra untuk mengerjakannya," kata Susmiadi.
Pertama, buat sketsa lukisan di atas kanvas. Kedua, sketsa lalu ditempeli bulu ayam dengan lem super. "Bagian bulu yang digunakan hanya ujungnya yang halus," imbuhnya.
Warna-warni yang tercipta asli berasal dari bulu ayam tanpa penggunaan cat. Susmiadi lebih suka melukis hewan berbulu, seperti kucing atau kelinci. Sebab, lukisan dari bulu-bulu ayam lebih terlihat alami.
Selain langka dan unik, menurut Susmiadi, harga lukisan bulu ayam lebih murah dari lukisan cat. Pasalnya, harga bahan bakunya jauh lebih murah. "Harga bulu ayam paling hanya 10% dari harga cat," ungkap Susmiadi.
Susmiadi menjual lukisan mulai harga Rp 1,5 juta untuk ukuran 50 x 65 cm hingga Rp 5 juta untuk lukisan besar berukuran 1 x 1,6 m. Dengan harga jual sebesar itu, Susmiadi bisa mencetak omzet Rp 10 juta hingga Rp 15 juta per bulan.
Susmiadi memasarkan produknya melalui internet dan menitipkan di galeri temannya di Bali. Galeri itu sering kedatangan turis asing yang membeli produknya dua atau tiga bulan sekali, meski pembelian tidak dalam jumlah besar. "Turis yang pernah beli lukisan bulu saya berasal dari Finlandia, Australia, Irlandia, dan Jepang," tutur dia.
Rudy Masudy, pelukis asal Jember, sudah mengembangkan lukisan dengan menggunakan bulu ayam empat tahun lalu. Kesulitannya selama ini, pasokan bulu ayam sebagai bahan utama lukisan yang sulit dicari. "Terkadang untuk mencari bahan baku atau bulu yang sesuai dengan warna yang dibutuhkan dengan objek, sangat sulit didapatkan," kata Rudy. Makanya, kadang ia malah membeli dan menyembelih sendiri ayam untuk bahan baku lukisan.
Bulu yang dipakai hanya ayam kampung. "Dulu pernah mencoba menggunakan bulu ayam potong, tapi hasilnya jelek," ungkap Rudy.
Rudy memperkirakan, satu lukisan sedang berukuran 1 x 1 m bisa menghabiskan sekitar 1.000 helai bulu ayam. Ongkosnya, mulai Rp 500.000 sampai Rp 1 juta. Namun, "Itu pun tergantung objek lukisannya," tambahnya.
Rudy tidak memakai semua bulu ayam. Ia biasanya menggunakan bulu-bulu di bagian ekor, leher, dan sayap. Dia mengungkapkan, dari 100 bulu yang ia beli, biasanya yang digunakan hanya 20 hingga 40 helai saja.
Rudy menjual lukisan mulai Rp 2 juta untuk ukuran kecil, Rp 3 juta untuk ukuran sedang, dan Rp 7 juta untuk ukuran besar. Ia pun membedakan harga untuk lukisan dengan objek gambar berupa hewan dan pemandangan, serta objek foto lukisan wajah orang. Lukisan dengan objek foto harganya bisa dua kali lipat dari lukisan objek gambar.
Untuk menyelesaikan satu lukisan kecil, Rudy membutuhkan waktu sekitar 10 hari. Adapun untuk lukisan berukuran sedang dan besar masing-masing perlu waktu sampai 15 hari dan 20 hari.
Dari penjualan lukisan-lukisan bulu ayamnya, Rudy bisa mengantongi omzet Rp 10 juta per bulan. Selama ini, ia mempromosikan lukisannya lewat media internet dan penjualan langsung di Jember. Dari internet, Rudy sudah mendapatkan peminat lukisan bulu ayamnya mulai dari Jakarta, Bali, hingga Makassar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News