Reporter: Jane Aprilyani | Editor: Havid Vebri
JAKARTA. Bertekad ingin mengubah nasib dan kondisi ekonomi keluarganya, Lusi Kristiani membuat kerajinan dari limbah kemasan plastik. Ide awalnya bermula saat dia melihat banyaknya sampah yang tercecer di jalan.
Lusi yang hanya ibu rumahtangga ini pun terdorong untuk berbuat sesuatu supaya sampah tak merusak pemandangan. Selain itu, ia memang ingin mengisi waktu luangnya di sela-sela mengurus keempat anaknya untuk sebuah kegiatan produktif. “Karena saya butuh pekerjaan dan lihat sampah berserakan, saya terpikir memanfaatkannya. Tapi, saya tak mau mengeluarkan modal besar untuk mengawali usaha ini,” terang Lusi.
Tepat pada 2010, Lusi pun mencoba membuat tas dari kemasan plastik. Tak disangka, tas yang dia buat diminati oleh beberapa rekan. Dari situlah, Lusi melihat adanya peluang. Lantas, dia pun mulai menawarkan tas berbahan kemasan plastik ini lewat media sosial.
“Di media sosial itu saya mulai jualan dan banyak permintaan,” ungkapnya. Kini, hampir semua bahan limbah seperti plastik dan kemasan botol, dan lainnya dibuat menjadi barang.
Produk daur ulang yang dijual pun beragam. Antara lain tas, tempat tissue, bunga, dompet, tempat pensil, penjepit rambut, kostum, dan lainnya. Harga yang dibanderol mulai Rp 100.000 hingga jutaan rupiah.
Untuk mendaur ulang menjadi produk bernilai ekonomi, Lusi mendapat pasokan sampah plastik dan kemasan dari dua bank sampah di Surabaya yang menjalin kerjasama dengannya. Setiap tiga bulan sekali, bank sampah tersebut memasok sekitar 5 kilogram (kg) hingga 10 kg sampah. Bersama sang suami dan anak-anak, Lusi mengerjakan proses daur ulang sampah.
Semua produk hasil karya daur ulang ini, Lusi pasarkan melalui media sosial. Seperti Instagram, Facebook dan juga pelapak Olx.
Tidak hanya konsumen di Indonesia, Lusi juga pernah mendapat pesanan dari konsumen di Hongkong, Malaysia dan Singapura. Dalam sebulan, dia bisa mengantongi omzet Rp 3 juta sampai Rp 4 juta. Bila pesanan sedang ramai, omzet bisa melonjak hingga Rp 10 juta.
Menjalani usaha daur ulang selama tujuh tahun, Lusi mengaku tidak menemui banyak kendala. Hanya saja peminat produk daur ulang tidak banyak. Sebab, hampir sebagian masyarakat tidak tahu akan manfaat barang daur ulang.
Ke depan, ia terus memasarkan produk kreatifitas daur ulang serta berinovasi dengan bahan limbah sampah lainnya Ia pun menerima orang-orang yang inign belajar membuat produk daur ulang. “Supaya tidak banyak pengangguran dan membuka kesempatan bekerja siapa pun yang ingin belajar kerajinan daur ulang,” tuturnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News