Reporter: Venny Suryanto | Editor: Markus Sumartomjon
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Teknologi digital memang bertujuan memudahkan para pengguna. Termasuk juga para ibu rumah tangga atau siapa saja yang memerlukan bahan baku untuk memasak, tapi malas untuk belanja di pasar atau toko kelontong.
Menjawab kebutuhan ini, beberapa start up mulai menawarkan sarana membeli bahan baku atau keperluan memasak secara online. Misalnya Tumbas.in.
Meski baru beroperasi pertengahan 2017, Tumbas.in mengklaim sudah mendapat respon positif masyarakat. Menurut Bayu Mahendra Saubig, Chief Executive Officer Tumbas.in, aplikasi sudah memiliki pengguna atau konsumen aktif sekitar 3.000 orang. Adapun jumlah pengunduh aplikasi Tumbas.in, yang tertera di situs yang bersangkutan adalah mencapai 8.629 unduhan.
Bayu mengakui, Tumbas.in menyasar segmen ibu rumah tangga maupun wanita karier yang rada malas belanja langsung ke pasar tradisional. Tumbas.in sendiri menyediakan ragam produk dan bahan makanan untuk kegiatan masak-memasak. Seperti sayuran, bumbu, daging, ikan, dan yang lainnya.
Jadi jika ada konsumen yang ingin belanja barang produk pasar, bisa lewat aplikasi Tumbas.in. Setelah memilih produk, barang akan terkirim oleh kurir yang sudah bermitra dengan aplikasi tersebut pada H+1. Pembayaran pun bisa lewat transfer, atau bayar di tempat alias cash on delivery (COD), juga lewat fitur pembayaran Artoku.
Namun, untuk sementara waktu, Tumbas.in ini baru bisa digunakan oleh para ibu rumah tangga atau wanita karier yang ada di kota Semarang Jawa Tengah. Untuk bisa merealisasikan, aplikasi ini sudah menggandeng dua pasar tradisional dan 100 pedagang besar. Sedangkan kurir sudah menggaet tiga perusahaan.
Bayu menceritakan, pertumbuhan Tumbas.in relatif positif. Dalam sebulan, Bayu klaim ada sekitar 400 pemesanan dengan harga mulai dari Rp 5.000 per ikat sayuran. Tumbas.in pun mendapat 20% komisi dari setiap transaksi yang terjadi.
Melihat hasil tersebut, Tumbas.in ada rencana pengembangan pasar yang lebih luas. Tahun ini, perusahaan rintisan tersebut bersiap ekspansi ke kota Solo. Sayang, Bayu belum mau memperinci waktu persis ekspansi ke Solo ini.
Selain Solo, ia pastikan aplikasi ini bakal terus berkembang ke kota-kota lainnya. "Dalam lima tahun ke depan, semoga kami bisa beroperasi ke kota lainnya, seperti Yogyakarta, Surabaya, hingga ke Bekasi Jawa Barat dan Tangerang Banten," katanya.
Untuk bisa merealisasikan target tersebut, Tumbas.in berupaya bisa menggaet hingga 10.000 pengguna aktif pada tahun ini. Ia mengaku kini tengah mencari pendanaan untuk bisa merealisasikan target bisnis tersebut. Maklum, untuk mengembangkan start up tersebut, Bayu masih mengandalkan pendanaan sendiri.
Selain Tumbas.in, ada La Lettuce yang berman di bisnis yang sama. La Lettuce memanfaatkan teknologi digital untuk bisa memasarkan produk sayuran organik yang mereka tanam. Maklum, produk sayuran organik memang lebih mahal dari produk sayur biasanya.
Adapun harga produk sayuran berikut buah organik di La Lettuce berkisar antara Rp 10.000 sampai Rp 25.000 per item.
Pudji Santoso, Chief Executive Officer La Lettecu, bilang, start up yang ia rintis sudah beroperasi sejak 2015. Ia membuat apliasi ini untuk memudahkan jualan sayuran organik. Maklum, start up ini punya lokasi penanaman 15 sayur organik, seperti selada, bayam hijau dan merah, kalian, selada merah, kangkung dan dua jenis buah Lokasinya di Kota Bunga, Puncak Jawa Barat. Lantas, hasilnya dikirim ke kantor La Lettuce di Jakarta Barat untuk didistribusikan ke konsumen di Jabodetabek.
Pudji mengklaim, saban bulan, bisa menjual hingga 6.000 pak. "Tidak ada minimal pembelian, dan bisa dijangkau lewat Gojek atau Grab," katanya.
Selain di jual langsung ke konsumen, start up ini juga sudah bermitra dengan 10 pebisnis yang bakal menjual kembali produk tersebut ke pasar modern. Tanpa merinci target bisnis, Pudji tahun ini akan tambah aplikasi mobile karena layanan La Lettuce masih lewat situs.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News