kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.462.000   9.000   0,37%
  • USD/IDR 16.663   -15,00   -0,09%
  • IDX 8.660   40,02   0,46%
  • KOMPAS100 1.192   10,20   0,86%
  • LQ45 848   1,27   0,15%
  • ISSI 313   2,80   0,90%
  • IDX30 434   0,50   0,12%
  • IDXHIDIV20 501   -0,35   -0,07%
  • IDX80 134   1,11   0,84%
  • IDXV30 138   1,59   1,16%
  • IDXQ30 138   -0,09   -0,07%

Manggis saburai labanya amat manis (1)


Jumat, 27 Januari 2012 / 14:45 WIB
Manggis saburai labanya amat manis (1)
ILUSTRASI. Kapal induk AS USS Gerald R. Ford tengah melangsungkan uji coba bangunan puilder pada 8 April 2017.


Reporter: Muhammad Yazid | Editor: Tri Adi

Kabupaten Tanggamus, Provinsi Lampung, merupakan daerah penghasil manggis saburai. Pembudidaya manggis di daerah itu bisa memanen hingga 300 ton per tahun. Saat ini, buah yang menjadi andalan masyarakat Tanggamus ini sudah menjelajah pasar ekspor mulai dari Taiwan, Australia, hingga Timur Tengah.

Provinsi Lampung kini telah menjadi salah satu penghasil manggis saburai. Tanaman buah hortikultura nan manis dipusatkan di Kabupaten Tanggamus dengan luas lahan 172 hektare (ha). Sekitar 300 warga menjadi pembudidaya buah yang juga dikenal sebagai buahnya para dewa.

Saat ini, manggis saburai telah mendapatkan sertifikasi prima 3 untuk pengelolaan mutu buah yang dikeluarkan Otoritas Kompetensi Ketahanan Pangan Daerah (OKKPD). Artinya, buah ini sudah layak untuk diekspor.

Salah satu pembudidaya manggis saburai adalah Zubaidi. Pria asal Kecamatan Kotaagung Timur, Tanggamus, Provinsi Lampung, ini mengelola perkebunan manggis seluas 1 hektare (ha), di kebun miliknya. Di sana, terdapat sekitar 100 pohon manggis yang sebagian besar berumur di atas 30 tahun. "Tapi ada yang muda, sekitar tujuh tahun," ujar pria kelahiran 1960 itu.

Menurutnya, buah hasil produksi yang dihasilkan pohon manggis tergantung usia pohon, besar kecilnya batang pohon, serta musim. Umumnya, pohon dengan usia muda dapat memproduksi manggis saburai sebanyak 30 kilogram (kg) per pohon. Adapun pohon berusia di atas 25 tahun mampu memproduksi buah hingga 1 kuintal buah.

Zubaidi menuturkan, manggis adalah pohon musiman. Biasanya, masa panen jatuh pada bulan Juli saban panen. Ketika panen tiba, buah manggis Zubaidi bisa mencapai 4 ton. "Tahun 2011 lalu, musim kemarau sangat panjang, sehingga saya dapat menghasilkan hingga 5 ton manggis," ujarnya. Musim kemarau adalah masa terbaik bagi manggis untuk berbuah.

Setelah panen, petani buah manggis saburai menjual kepada pengepul atau koperasi setempat dengan harga sekitar Rp 4.200 hingga Rp 5.000 per kg. Dari hasil menjual manggis pada panen raya tahun lalu, Zubaidi bisa mendapatkan omzet Rp 100 juta dengan laba bersih mencapai Rp 20 juta. "Itu sudah dipotong untuk pengeluaran, biaya jasa pemetikan, pupuk, dan perawatan pohon," ujar dia.

Joko Prabowo, Kepala Unit Pelaksana Teknis Pertanian Kabupaten Tanggamus mengatakan, bukan saja buah manggis yang bisa dijual petani, mereka sejatinya bisa menjual bibit manggis. Harganya berkisar Rp 10.000 hingga Rp 30.000 per batang. Harga tergantung jumlah daun yang telah tumbuh pada batang bibitnya. "Biasanya kalau batang daunnya ada empat buah, harganya sekitar Rp 30.000," ungkapnya.

Joko bilang, buah manggis merupakan perkebunan buah dengan investasi jangka panjang. Petani baru dapat memetik hasil produksinya setelah bibit yang ditanam melewati usia sekitar enam tahun. Makanya, pembudidaya manggis menunggu masa buah dengan bercocok tanam padi. "Baru setelah enam tahun, mereka bisa memetik hasilnya," ujar dia.

Beda manggis biasa dan saburai dengan manggis tampak dari warna kulitnya. Jika manggis kebanyakan berwarna keunguan, manggis saburai cenderung cokelat. Rasanya pun khas, yaitu rasa manis masam dengan daging yang tebal.

(Bersambung)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Mitigasi, Tips, dan Kertas Kerja SPT Tahunan PPh Coretax Orang Pribadi dan Badan Supply Chain Management on Practical Inventory Management (SCMPIM)

[X]
×