Reporter: Anastasia Lilin Y | Editor: Tri Adi
Mencicipi waffle di sore hari sambil menyeruput segelas minuman hangat atau dingin, memang bukan hal lumrah di negeri ini. Kebiasaan seperti itu biasa ditemui di Eropa Barat atau Belgia, negara asal camilan manis ini.
Kendati merupakan jajanan khas negeri seberang, hal ini tidak mengurungkan niat sejumlah pelaku usaha di Indonesia terjun ke bisnis waffle. Salah satunya Ferry Kurnia, di Bandung, Jawa Barat.
Melalui bendera usaha CV Tiga Bintang Sejati, Ferry memproduksi sekaligus menjual waffle dengan merek dagang Indowaffle. "Di sini belum banyak pemainnya," kata Adi Pratama, Staf Marketing dan Kemitraan Indowaffle, sembari menjelaskan alasannya terjun ke bisnis ini.
Demi menarik minat pembeli, Indowaffle membanderol waffle dengan harga yang terjangkau. Untuk waffle seukuran bungkus rokok, harganya berkisar Rp 2.000-Rp 5.000.
Dengan harga segitu, pelanggan bisa memilih satu dari 12 rasa waffle yang disediakan. Di antaranya, stroberi, blueberry, cokelat, vanila, lemon, dan jeruk. Untuk menambah rasa lezat, pelanggan bisa membubuhi aneka topping sesuai selera.
Harga yang terjangkau dan beragam variasi rasa membuat Indowaffle mudah diterima pasar. Guna memperluas jaringan pemasaran, sejak Maret 2010 Indowaffle menawarkan paket kemitraan (business opportunity) kepada masyarakat yang berminat.
Tawaran kerjasama usaha ini mendapat sambutan bagus dari pasar. Saat ini gerai mitra Indowaffle telah mencapai 27 unit yang tersebar di sejumlah daerah. Antara lain, di Jakarta, Bogor, Bekasi, Bandung, Yogyakarta, Surabaya, Lampung dan Pekanbaru.
Adi mengklaim, jumlah gerai itu merupakan perhitungan lama alias belum diperbaharui. "Sekarang kemungkinan hampir 50 gerai," katanya.
Saat ini, Indowaffle hanya menjadi pemasok resep dan bahan baku kepada mitra bisnisnya. Untuk bahan berupa tepung waffle, Indowaffle memasok sekitar 1 ton per bulan. "Omzet dari penjualan tepung saja bisa mencapai Rp 40 juta per bulan," imbuh Adi.
Biaya pemakaian merek
Indowaffle menawarkan tiga paket kerjasama. Pertama, Paket Gerobak Statis dengan investasi awal Rp 7 juta. Kedua, Paket Gerobak Becak Rp 9 juta. Ketiga, Paket Display senilai Rp 13,5 juta. Setiap paket tersebut dibedakan dari peralatan yang didapat oleh pihak mitra.
Namun, setiap paket tetap dibebankan pungutan biaya pemakaian merek Indowaffle sebesar 15% per tahun. Biaya itu diambil dari total investasi awal yang dipilih. Contohnya, jika mengambil Paket Gerobak, mitra wajib membayar 15% dari Rp 7 juta atau Rp 1,05 juta per tahun.
Selain menawarkan paket kemitraan, Indowaffle memberikan tawaran berupa pembukaan cabang Indowaffle, atau yang disebut Master Mitra. Total investasi Master Mitra mencapai Rp 75 juta.
Pemilik cabang akan mendapatkan berbagai keistimewaan. Di antaranya, menguasai satu wilayah kota, mendapat cuilan komisi 15% tiap kali menjaring mitra, dan mendapat diskon harga 20% atas penjualan bahan baku dari pusat.
Lutfi Ibrahim, salah seorang master atau pemilik cabang Indowaffle di Jakarta Selatan, yang bergabung sejak tiga bulan lalu telah berhasil menjaring 10 mitra. Dia sendiri mengoperasikan lima gerobak waffle.
Omzetnya dari bisnis ini berkisar Rp 20 juta- Rp 25 juta per bulan. "Margin sekitar 35%," kata Lutfi.
CV Tiga Bintang Sejati
Taman Holis Indah F3 No. 4 Bandung
Telp. 022-6070481
SIMULASI KEMITRAAN USAHA INDOWAFFLE
Paket Gerobak Becak di Jakarta
Investasi Awal
Gerai (booth) dan peralatan Rp 9.000.000
Total Investasi Awal Rp 9.000.000
Total Modal Awal Rp 9.000.000
Pendapatan harian (150 x Rp 2.000) Rp 300.000
Total pendapatan bulanan (30 hari) Rp 9.000.000
Pengeluaran per bulan
- Bahan baku (45%) Rp 4.050.000
- Gaji 1 karyawan Rp 1.500.000
- Uang kebersihan Rp 50.000
- Pemakaian merek Rp 112.500
Total pengeluaran bulanan Rp 5.712.500
Laba bersih per bulan Rp 3.287.500
Balik Modal Rp 9 Juta Rp 3,29=2,7 bulan =sekitar 3 bulan
Sumber: Indowaffle & Riset KONTAN
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News