Reporter: Tri Sulistiowati, Pratama Guitarra | Editor: Havid Vebri
Ikan mujair merupakan ikan yang hidup di air tawar. Kendati aslinya dari perairan Afrika, ikan ini sangat populer di Indonesia. Selain indukan, mujair anakan juga laku keras di pasaran.
Salah satu pembudidaya ikan mujair adalah Fendi Munarman di Cinere, Depok, Jawa Barat. Mulai menekuni usaha budidaya sejak 2007, Fendi fokus memasarkan anakan mujair.
Ia menjual anak ikan mujair mulai dari ukuran 1 centimeter (cm), 3 cm, 3 cm- 5 cm, 5 cm dan 8 cm. Harganya dibanderol Rp 38.000 per kilogram (kg) dengan minimal pembelian 5 kg.
Selain buat bibit, permintaan anakan mujair juga banyak buat konsumsi. Kebanyakan konsumennya pedagang ikan di pasar. Dalam sehari ia bisa menerima pesanan dari tiga sampai lima pedagang. "Sekali memesan bisa puluhan kilogram," ujarnya.
Fendi memiliki dua kolam budidaya mujair berukuran lima meter persegi. Dua kolam itu dibagi satu khusus untuk indukan dan satunya lagi untuk anakan. Di kolam indukan, Fendi menyebar sekitar ratusan ekor mujair dewasa. Mujair dewasa ini sudah bisa menghasilkan anak ketika berusia lima bulan. "Siklus panennya setiap lima bulan sekali," ujarnya.
Satu ekor mujair dewasa bisa melahirkan ratusan anak. "Dengan begitu satu kolam bisa menghasilkan 4.000 kg anak mujair sekali panen," jelasnya. Dengan hasil panen sebanyak itu, ia bisa meraup omzet berkisar antara Rp 150 juta-Rp 170 juta sekali panen.
Di bandingkan mujair dewasa, menjual bibit atau anakan mujair lebih menguntungkan. Soalnya, tidak perlu biaya perawatan karena langsung dipasarkan.
Fendy sendiri langsung memasarkan anakan mujair ketika usianya baru tiga hari. Ukurannya ketika itu sudah mencapai 1 cm-3 cm. "Jadi biaya perawatannya hampir tidak ada," ujarnya.
Pembudidaya lainnya ada Dinda Sefionita di Malang, Jawa Timur. Ia memulai bisnis ikan Mujair sejak tahun 2010. Ia memilih ikan bergenus Oreochromis ini karena mudah dibudidayakan dan tidak terlalu membutuhkan perhatian ekstra.
Untuk menyalurkan hasil panennya, Dinda menjualnya secara langsung kepada pembeli melalui media online seperti Kaskus dan lainnya. Bisnis yang dikembangkan Dinda terbilang sukses dengan pelanggan yang cukup banyak.
Setiap panen, ia rutin memasok pelanggan ke sejumlah kota, seperti Pontianak, Bali, Kalimantan, Situbondo dan Kediri. Ia membanderol anakan mujair seharga Rp 40.000 per kg.
"Dari situ saya bisa mendapatkan omzet antara Rp 150 juta sampai Rp 200 juta sekali panen. Laba bersihnya 75%-80% dari omzet," ujar mahasiswi Jurusan Perikanan Universitas Brawijaya Malang ini.
(Bersambung)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News