Reporter: Pratama Guitarra, Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Havid Vebri
Siapa tak kenal dengan timun atau mentimun (Cucumis sativus). Hampir semua orang pasti pernah mengonsumsinya, baik sebagai lalap maupun sayur. Maklumlah, sebagai sayuran, mentimun termasuk murah meriah dan mudah didapat sepanjang musim.
Mentimun masih termasuk dalam keluarga Cucurbitaceae atau labu-labuan seperti halnya semangka dan melon. Tanaman ini tumbuh merambat dan memiliki kandungan air yang banyak dengan rasa netral atau tawar, sehingga berkhasiat bagi kesehatan tubuh. Antara lain pemasok cairan tubuh, menyehatkan pencernaan, sebagai mineral yang baik, mengurangi racun dalam tubuh dan lain-lain. Selain untuk dikonsumsi, mentimun bisa diolah sebagai bahan kosmetik yang bisa mempercantik kulit.
Melihat banyaknya manfaat dari mentimun, tak heran bila permintaan sayuran ini selalu tinggi. Salah satunya mentimun Jepang. Salah satu pembudidaya timun ini adalah Eko Wiyono di Jawa Tengah. Ia sudah membudidayakan mentimun jepang sejak 1990-an di lahan seluas satu hektare. Dia bilang, budidaya tanaman ini memang tidak membutuhkan modal besar. Salah satunya, harga bibitnya murah.
Bibit mentimun pandu berharga Rp 13.000 per 20 gram sedang harga bibit mentimun unggul orion berkisar Rp 23.000 per 23 gram. Di tambah pengadaan pupuk dan lain-lain, total biayanya hanya Rp 3 juta. "Sementara omzet per dua bulan mencapai Rp 18 juta- Rp 45 juta," ujarnya.
Sementara Yudi, pembina petani mentimun yang juga pengumpul di Purworejo dan Sleman berceritera masa produksi mentimun Jepang berkisar antara 1,5 bulan hingga 2,5 bulan.
Saat ini, Yudi membina sembilan petani dengan luas lahan rata-rata 1.000 meter per petani. Kegiatan itu sudah dilakukan sejak 2011. "Namun yang aktif membudidayakan mentimun hanya lima orang," ujarnya.
Yudi menjelaskan, budidaya mentimun tidak dilakukan sekaligus di seluruh lahan. Misalnya, di tahap pertama ditanam setengah dari lahan tersebut dan sisanya dua minggu kemudian. Dengan demikian panen bisa dilakukan secara bergilir.
Dari 1.000 meter lahan, petani bisa menghasilkan 3 ton mentimun. Mentimun dijual ke Yudi dengan harga Rp 3.000 per kilogram (kg). "Lalu saya jual ke supermarket dan ke pasar ," ujar Yudi.
Yudi mengakui peluang budidaya timun jepang masih bagus. Dari kebun seluas 1.000 m2, petani bisa meraih omzet Rp 9 juta dalam 2,5 bulan, sementara modal yang dikeluarkan tidak besar.
Ia menjelaskan, modal tanam untuk lahan 1.000 m2 hanya sekitar Rp 1 juta. Biaya itu buat pembelian bibit, pupuk dan herbisida. "Bibit dibeli dengan harga Rp 35.000 per pack, itu cukup untuk lahan 500 meter.
(Bersambung)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News