Reporter: Ratih Waseso | Editor: Markus Sumartomjon
KONTAN.CO.ID -JAKARTA. Memesan kopi biasanya dilakukan via aplikasi ojek online atau datang langsung ke kedai kopi. Namun ada satu cara lagi untuk menikmati kopi ala barista yakni lewat lewat kopi keliling besutan Jago Coffee.
Ini adalah sebuah gerobak listrik (e-bike) roda tiga berwarna putih yang secara keliling menjajakan beberapa jenis kopi ala kedai kopi ke para konsumen. Jadi kopi ini agak berbeda dengan kopi keliling yang biasanya menyajikan kopi kemasan.
Menurut Yoshua Tanu, Chief Executive Officer Jago Coffee usaha ini sudah berjalan sejak November 2019. Saat ini sudah ada 8 Jagopreneur, sebutan penjaja Jago Coffee yang tersebar di sejumlah kawasan di daerah Kuningan serta Sudirman Central Business District (SCBD) DKI Jakarta.
Baca Juga: Bisnis Kedai Kopi Masih Terasa Nikmat
"Kami bukan franchise dan akan memfasilitasi Jagopreneur dengan peralatan dan bahan untuk jualan serta e-bike Jago," kata Yoshua kepada KONTAN di Jago Depot, kawasan Kuningan, Jakarta, Senin (9/3).
Baca Juga: Kopi Kangen dan Khong Guan Group bersinergi di menu anyar
Untuk yang tertarik menjadi Jagopreneur cukup mengirimkan data ke jagocoffee.com atau di instagram Jago Coffee. Kandidat yang terpilih akan menjalani pelatihan selama lima hari berisi ilmu melayani konsumen, membuat kopi dan cara menggaet pasar.
Selain punya keunikan di e-bike, Jago Coffee juga menyajikan kopi berkualitas dan semua kopi adalah jenis arabika asal Indonesia. Ada Aceh Gayo, Bali, Mandailing dan Ciwidey. Begitu juga bahan susu yang diklaim susu segar, dan gula aren orisinal. "Total kalori di produk kami cuma 57 kalori," klaimnya.
Saat ini baru dua jenis kopi di Jago Coffee yaitu es kopi susu dan kopi hitam dengan harga Rp 18.000 per cup. Dan satu haru, Jagopreneur rata-rata bisa menjual 30 cup sampai 40 cup.
Setelah aplikasi Jagopreneur beroperasi pada dua sampai tiga minggu nanti, pihak Jago Coffee bakal mengambil 15% dari hasil penjualan Jagoprenuer. "Harga kami murah karena tidak ada biaya listrik, sewa tempat dan biaya lainnya," tuturnya.
Untuk membangun Jago Coffe, Yoshua merogoh kocek hingga Rp 3 miliar. Biaya terbesar untuk membuat e-bike, Maklum untuk membuat e-bike Jago Coffee butuh biaya Rp 45 juta.
Saat aplikasi terebut berjalan, konsumen nanti bisa memantau pergerakan dari Jago Coffee. Saat memesannya, maka si aplikasi bakal memanggil lokasi Jago Coffee yang paling dekat. Adapun pergerakan dari Jago Coffee tersebut bisa konsumen lihat secara real time.
Setelah itu, konsumen tinggal memesannya via aplikasi. Lantas Jagoprenuer akan mengantarnya atau konsumen bisa ambil di lokasi. "Sebanyak 80% konsumen masih repeat order. Kami juga bisa dipanggil sesuai permintaan," katanya.
Hingga akhir bulan ini Jago Coffee menargetkan ada 25 Jagopreneur yang aktif berjalan. Jika semua berjalan baik, ia pun menargetkan bisa ada 50 Jagoprenuer hingga akhir tahun ini yang sudah berjalan. Caranya dengan memperluas wilayah pasar. Untuk sementara masih sekitar Jakarta, terutama Jakarta Selatan. Baru setelah itu bisa merambah ke kota besar lainnya di luar Jakarta. Targetnya adalah menyasar Bandung dan Yogyakarta.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News