Reporter: Fahriyadi | Editor: Tri Adi
Merintis bisnis sejak bulan Mei 2008, Maya Donna kini sukses membesarkan usaha pembuatan roti dengan merek My Bakery. Sukses yang diraihnya itu tidak datang begitu saja.
Berbekal modal awal Rp 20 juta, ia nekat mendirikan usaha pembuatan roti di bawah bendera usaha bernama CV Adya Pratama. Padahal, kata Maya, untuk membuka pabrik roti modern minimal membutuhkan modal Rp 300 juta. "Sementara modal saya tak sampai sepersepuluhnya, tapi saya bertekad membesarkan bisnis ini," ujarnya.
Karena keterbatasan modal itu, perjuangan Maya membesarkan usaha pembuatan roti itu tidak semudah membuat adonan roti. Maka, ia memutar otak demi memajukan bisnisnya.
Untuk memenuhi kebutuhan bahan baku, misalnya, ia berusaha mendekati para penyuplai bahan baku roti. Sementara di bidang pemasaran, ia getol mendatangi pemilik toko kue dan warung untuk menitipkan roti buatannya. "Untungnya memang masih minim tapi lumayan," ujar Maya.
Selain itu, ia juga melibatkan sahabat-sahabatnya untuk ikut memasarkan roti tersebut. Dengan menaruh kepercayaan penuh kepada para sahabatnya, ia menerapkan sistem ambil dan setor.
Di luar dugaan, seorang sahabat mengkhianati kepercayaannya itu. Menurut Maya, pernah seorang temannya membawa kabur hasil keuntungan dari penjualan roti selama 2009-2010 senilai Rp 200 juta.
Awalnya, temannya itu menjanjikan hasil penjualan roti diputar dalam produk investasi valuta asing (valas). Makanya, hasil penjualan roti itu tidak pernah disetor.
Karena sudah percaya dan selalu berpikir positif, ia pun mengiyakan saja permintaan tersebut. Sampai akhirnya ia kehilangan kontak dengan temannya. Karena perbuatannya, kini temannya itu mendekam di tahanan. "Ternyata penipuan itu bukan ke saya saja, tapi juga banyak orang," ucapnya.
Awalnya, ia cukup terpukul dengan kejadian itu. Sebab, nilai uang yang dibawa kabur temannya itu cukup besar. Pasca-kejadian itu, ia berusaha bangkit dari keterpurukan.
Ia pun mulai melakukan pembenahan di bidang pemasaran. Untuk mencegah terjadinya peristiwa serupa, ia kini menyeleksi sahabat yang diajaknya bermitra.
Adapun di bidang produksi, ia menambah peralatan dan mesin pembuat roti. Awalnya, alat yang dipakai serba tradisional, kini sudah serba modern.
Tempat usahanya juga lebih memadai. Dulu, produksi dilakukan di rumah kontrakan 4x5 meter. Kini, produksi roti menempati rumah berukuran 8x10 meter. "Semua saya beli dari hasil mengumpulkan keuntungan roti," ujarnya.
(Bersambung)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News