Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Rizki Caturini
Sentra penjualan emas di Jalan Somba Opu, Makassar, Sulawesi Selatan ini sudah berdiri sejak lebih dari 40 tahun silam. Oleh sebab itu tempat ini sudah begitu dikenal hingga ke berbagai daerah sekitar Makassar sebagai pusat penjualan emas yang berkualitas..
Menurut Karsono (56 tahun), salah satu pemilik toko emas di sentra ini mengatakan, pengunjung selalu ramai menyambangi tempat ini setiap hari. Tidak hanya oleh orang lokal tetapi sebagai besar pengunjung dari luar kota yang hendak berburu buah tangan.
Maklum saja, sentra ini menyatu dengan pusat penjualan oleh-oleh dan kerajinan tangan. Pengunjung makin membeludak ketika musim liburan tiba, seperti libur Lebaran. Selain wisatawan lokal, turis asing juga banyak yang datang ke tempat ini.
Kendati pengunjung ramai pada hari-hari tersebut, Namun Karsono bilang, itu tidak menjamin pembelian emas juga akan meningkat. Pasalnya, tidak sedikit pengunjung menyambangi sentra ini untuk membeli oleh-oleh makanan ataupun kerajinan tangan. "Kalau untuk pembeli emas tidak tetap kadang kalau hari libur pun bisa sepi, hari biasa malah ramai," kata dia.
Sementara untuk pasokan emas yang diperjualbelikan di sentra ini sebagian besar berasal dari daerah-daerah di Sulawesi Selatan. "Sekitar 70% merupakan emas lokal dari Sulawesi Selatan," kata Heri, pemilik toko emas lainnya.
Menurut Heri, untuk pembuatan perhiasan baik berupa cincin, gelang, kalung, anting dan lain-lain, biasanya para pemilik toko memesan kepada perajin atau tukang emas. Ia bilang, di Sulawesi Selatan banyak perajin emas dan perak salah satunya di Tarakan dan Borong.
Sementara sebagian lainnya ia produksi sendiri. Perhiasan produksi para perajin biasanya dijual para pemilik toko dengan harga berbeda-beda tergantung jumlah karat dan juga model perhiasan tersebut.
Lantaran jumlah kios perhiasan di sentra ini lumayan banyak, tingkat persaingan usaha pun menjadi sengit. Karsono bilang, persaingan usaha sangat tinggi di sini. Ia menyatakan, jika harga jual berbeda Rp 2.000 saja dengan pedagang emas lainnya maka pembeli bisa beralih.
Kendati demikian, Karsono mengaku tidak ingin menghadapi persaingan dengan menurunkan harga jauh lebih rendah dari pedagang lain. Untuk mendapatkan pelanggan, cukup dengan memberikan pelayanan yang memuaskan dan berusaha ramah. "Sebab untuk berbicara kualitas barang, di tiap toko sama saja, karena emas di sini sudah memiliki standar," kata Karsono.
Selain masalah persaingan, kondisi berbisnis di sentra ini relatif kondusif. Tidak ada pungutan liar yang membebani para penjual. Mereka hanya membayar tagihan pajak saja melalui ketua asosiasi penjual emas di sentra ini.
Jika ada aturan baru perpajakan, petugas pajak tinggal menjelaskan pada ketua asosiasi dan disosialisasikan ke para anggota. Namun saat ini mereka sedang mencari ketua asosiasi baru karena yang lama sudah harus pensiun. n
(Selesai)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News