Reporter: Noor Muhammad Falih | Editor: Dupla Kartini
Jika berbicara soal sentra penjualan emas dan perhiasan di Jakarta, mungkin orang akan menunjuk Cikini Gold Center. Tetapi sebelum ada Cikini Gold Center, sebenarnya kawasan Melawai, tepatnya Melawai Plaza sudah ada lebih dulu. Kawasan itu lebih dulu menjadi sentra modern emas dan perhiasan.
Sentra Melawai Plaza berdiri sejak 1983 silam, dan kala itu menjadi satu-satunya pusat modern penjualan emas di Jakarta. Lokasinya mudah dijangkau. Jika berkendara dari perempatan Jalan Panglima Polim menuju Jalan Raya Melawai, posisi Melawai Plaza di sebelah kiri.
Saat ini, ada sekitar 100 kios jualan emas dan perhiasan di sana. Konon, sebelumnya jumlah kiosnya justra lebih banyak, mencapai sekitar 200 kios hingga di lantai empat dan terisi seluruhnya. Kini, para pedagang hanya menempati lantai dasar dan lantai satu. Lainnya sudah tutup.
Ketika KONTAN menyambangi lokasi tersebut pada awal pekan ini, pengunjung realtif sepi, hanya terlihat belasan pengunjung lalu lalang disana. Mereka menjadi incaran para pedagang yang setia menjaga kios-kios mereka. Rata-rata kios emas dan perhiasan buka mulai pukul 10.00 pagi hingga 20.30 malam.
Beragam perhiasan emas ditawarkan di sentra ini, seperti giwang, gelang dan kalung, serta emas batangan dengan berat minimal 5 gram.
Pengelola Melawai Plaza dari PT Metro Realty, Ismail menuturkan, umumnya para pedagang emas di Melawai Plaza saat ini memiliki kos sendiri, bukan kontrak.
Ismail bercerita, jumlah pedagang emas dan perhiasan di Melawai Plaza mulai menyusut tahun 2005, lantaran mulai maraknya pembangunan pusat perbelanjaan di Jakarta. "Kami kalah saing dengan pusat belanja lain. Apalagi hingga kini belum ada rencana revitalisasi gedung," ujarnya.
Meski begitu, para pedagang mengaku, Melawai Plaza masih memiliki daya tarik. Pemilik Toko Mas Singgalang Azwirman menyebut, lokasi yang strategis masih menjadi alasan Melawai Plaza tetap dikunjungi konsumen.
Selain itu tingkat kemurnian emas di sentra ini yang mencapai 75%, juga menarik bagi pelanggan. “Rata-rata, kami jual yang 75%, sama seperti di Cikini," klaimnya.
Azwirman bilang, salah satu pertimbangan ia berdagang di sana karena memiliki kios sendiri dan sudah punya pelanggan tetap. Omzet Azwirman tiap bulan, masih bisa Rp 1,5 miliar. "Keuntungan sekitar 10%," ungkapnya.
Edward Valentino, pemilik toko emas Tiara Gold & Jewellery juga mengaku sentra tersebut masih bagus. Tiap bulan ia masih bisa menjual emas batangan plus perhiasan berkisar 4-5 kilogram. Jika, rata-rata satu gram Rp 550.000, maka omzet perbulan bisa Rp 2,2 miliar. “Tapi harga emas kan naik-turun setiap hari. Jadi, agak sulit memastikan omzet. Apalagi, kami juga beli emas dari pelanggan. Jadi ada uang masuk dan keluar," katanya.
Harga jual emas batangan alias logam mulia dipatok lebih mahal sekitar Rp 5.000 sampai Rp 10.000 per gram lebih tinggi dari harga PT Antam. Kata Azwirman, sekitar 30% penjualan emas di sini berupa logam mulia. "Mereka beli logam mulia ke sini karena tidak mau ribet antri di Antam," imbuhnya. (Bersambung)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News