Reporter: Raymond Reynaldi, Rizki Caturini, Wahyu Tri Rahmawati | Editor: Tri Adi
Sepatu sudah menjadi kebutuhan setiap orang, baik kaum wanita maupun pria. Namun, tidak semua kalangan bisa menikmati sepatu sesuai selera fesyennya. Kondisi ini menjadi peluang bisnis bagi produsen sepatu custom. Pelanggan bisa memesan sepatu sesuai dengan keinginan dan selera.
Sifat import minded, sepertinya belum sepenuhnya hilang dari kebiasaan masyarakat di negeri ini. Dari kalangan anak-anak hingga dewasa, dari masyarakat kelas bawah hingga atas, semua masih terhipnotis oleh berbagai produk yang datang dari luar negeri.
Tidak terkecuali untuk kebutuhan sandang, semisal sepatu. Para kaum berada rela merogoh kocek dalam hanya untuk mendapatkan model sepatu impor sesuai dengan selera fesyen yang dianutnya.
Lalu, bagaimana dengan masyarakat yang bermodal pas-pasan? Mereka juga tak mau ketinggalan. Dengan dana terbatas, mereka bisa mendapatkan sepatu sesuai seleranya di pasaran lokal.
Tak perlu heran, saat ini sudah banyak produsen lokal yang mampu mendesain dan memproduksi sepatu dengan model eksklusif ala luar negeri. Karena mengikuti selera konsumennya, para produsen sepatu ini menamai produknya sepatu custom.
Seorang pembuat sepatu custom adalah Gingin Ginanjar, yang telah menekuni usaha ini sejak tahun 2008. Melalui toko online Raxu-shoes.com, Gingin menawarkan koleksi sepatu custom trendi yang sedang digandrungi anak muda masa kini. Dia juga menyediakan jasa pemesanan desain lain jenis sepatu.
Harga menjadi salah satu alasan para anak muda yang ingin tampil trendi tapi berkantong tipis untuk melirik sepatu ini. Model-model sepatu custom tak jauh beda dari model sepatu impor dengan harga yang lebih tinggi.
Gingin memakai bahan baku kulit sapi untuk sepatu buatannya. Sepatunya itu merupakan buatan tangan, dengan aplikasi tambahan seperti rajutan untuk hiasan pinggiran sol sepatu.
Pemain lainnya adalah Agit Bambang Suswanto. Dia menjalankan roda usahanya lewat toko online Amblefootwear.com. Pria asal Bandung ini juga menjual sepatu dengan sistem titip jual di delapan toko yang tersebar di Bandung, Jakarta dan Surabaya. Tapi, dia tidak melayani pemesanan model sepatu seperti Gingin.
Pasar yang dibidik laki-laki berstatus mahasiswa itu adalah kelas menengah atas. Sehingga, harga jualnya pun tinggi. Mulai dari Rp 450.000-Rp 1,5 juta per pasang.
Dalam dua bulan terakhir, Agit mulai memasarkan sepatu buatannya ke Australia dan Malaysia. Jumlahnya sekitar 30 pasang per bulan. Tapi untuk pasar di dalam negeri, ia sudah bisa menjual 300 pasang sepatu per bulan. "Omzetnya mencapai Rp 120 juta per bulan," katanya
Sejak tiga bulan lalu, Gingin berhasil mendapat pesanan sebanyak 30 pasang sepatu per bulan dari Australia. Untuk pasar ekspor, dia membanderol sepatunya sekitar Rp 360.000-Rp 390.000 per pasang.
Sedangkan harga jual sepatu di pasar lokal Rp 235.000-Rp 295.000 per pasang. "Tergantung dari model dan banyaknya bahan kulit yang dipakai," katanya.
Gingin bisa meraih margin hingga 50% dari penjualan setiap pasang sepatu. Jika ditotal, dia bisa meraih omzet minimal Rp 35 juta per bulan. Margin yang didapat Gingin telah disesuaikan dengan ongkos produksi. Maklum, proses pembuatan sepatu memakan waktu dua hingga tiga pekan sejak awal pemesanan.
Bagi pembeli grosir yang memesan minimal satu lusin sepatu dengan model yang sama, Gingin akan memberikan potongan 5% dari harga eceran. "Pelangan kami dari berbagai daerah di Indonesia, seperti Aceh dan Makassar," imbuhnya.
Fandy Akhmadi, pemilik gerai sepatu custom online berbendera Double D tak mau kalah. Dia bilang, usaha yang baru dirintis sejak dua bulan lalu ini mendapatkan respon pasar yang cukup positif. Tiap bulan, dia mampu memproduksi sekitar 50 pasang sepatu custom.
Omzetnya dari bisnis ini rata-rata Rp 16 juta per bulan. Dari omzet tersebut, Fandy meraup margin bersih antara Rp 30.000-Rp 40.000 per pasang. Dia menjual sepatu dengan harga Rp 200.000 sampai Rp 245.000 per pasang.
Besarnya omzet Fandy dari bisnis sepatu custom bisa dimaklumi. Jaringan pemasarannya cukup luas berkat sistem penjualan melalui internet. Selain Bandung, kota asalnya, Fandy melayani pemesanan dari Jakarta, Riau, Bangka, hingga Papua.
Untuk pasar, Double D memang bersaing ketat dengan produsen sepatu custom lain di Cibaduyut, Bandung. Namun, kata Fandy, Double D punya dua keunggulan: harga lebih murah dan waktu produksi lebih singkat sekitar dua sampai satu pekan. "Semakin rumit pengerjaannya atau semakin besar ukurannya, maka waktu produksi jadi lebih lama," ujarnya.
Sepatu koleksi Double D menggunakan bahan berkualitas asli. Misalnya, bahan suede, jins, dan full up, serta jenis kulit yang lebih halus.
Menurut Fandy, sejak tiga pekan menjelang Lebaran ini, Double D kebanjiran order sepatu custom. "Omzet saya meningkat 40%," tuturnya.
Prospek bisnis sepatu custom juga dicium Sebastian Reza, pemilik Seba Shoes. Saat ini, dia mengoleksi puluhan model sepatu. Sebagian besar bahan bakunya berasal dari kulit sapi. Namun, ada juga sepatu-sepatu dengan bahan suede.
Selain menawarkan desain yang sudah ada, Sebastian juga menerima order untuk custom design. Seba Shoes menerima dua tipe custom. Pertama, dari desain yang sudah ada diganti warna, atau jenis kulitnya. Kedua, pelanggan bisa membawa model sepatu sendiri. "Kalau memang bisa dibuat, kami akan terima," kata Sebastian.
Selama ini, pasar yang dibidik Seba Shoes adalah konsumen menengah atas. Harga jual sepatu Seba Shoes mulai dari Rp 450.000 hingga Rp 850.000 per pasang. "Setiap bulan, kami bisa menjual sekitar 500 pasang sepatu," kata Sebastian.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News