kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.347.000 0,15%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Melihat bisnis bakpia made in Surabaya (bagian 2)


Sabtu, 22 Juni 2019 / 10:10 WIB
Melihat bisnis bakpia made in Surabaya (bagian 2)


Reporter: Elisabeth Adventa | Editor: Markus Sumartomjon

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Siapa sangka di kota buaya ternyata memiliki sentra pembuatan bakpia. Di sentra itu, ada sejumlah penduduk yang menggantungkan nasib sebagai pembuat makanan tradisional khas kota Yogyakarta tersebut.

Namun, meski sudah lebih dari 10 tahun berdiri, sentra produksi bakpia yang berlokasi di Jalan Pandegiling, Surabaya ini tidak menunjukkan perkembangan yang signifikan. Jika melihat dari segi jumlah perajin atau produsen bakpia tidak bertambah, malah cenderung ada pengurangan. Padahal potensi pasar bakpia di ibukota Jawa Timur itu masih terbilang sangat luas.

Sumiarni atau yang akrab disapa Anik, salah satu perajin bakpia Pandegiling sekaligus pemilik Bakpia Pangli mengatakan jumlah perajin bakpia saat ini sudah berkurang banyak jika dibandingkan dengan saat awal sentra ini berdiri. "Dulu waktu awal-awal ada sekitar 25 orang yang bikin bakpia. Lama-lama berkurang, mungkin banyak yang tidak telaten, karena bikin bakpia juga enggak gampang," tuturnya kepada KONTAN.

Hal senada juga diungkapkan Sugiarti, perajin bakpia Pandegiling lainnya. Menurut dia, usaha bakpia di Pandegiling ini banyak dijalankan oleh warga yang berusia di atas 40 tahun.

Sebab, anak muda di wilayah ini lebih tertarik untuk bekerja di luar industri jajanan tersebut. "Pasti nanti ada saatnya usaha kami ada yang meneruskan. Yakni yang muda-muda. Mungkin belum sekarang. Mereka biar mencari pengalaman terlebih dahulu di luar," harapnya.

Jumlah perajin yang makin berkurang membawa kekhawatiran jika sentra bakpia Pandegiling ini tidak bisa terus eksis. Tak hanya anak muda yang enggan meneruskan usaha bakpia tersebut, Menurut Anik para ibu yang ada di sekitar Pandegiling juga kurang tekun menjalankan usaha bakpia tersebut.

Kondisi tersebut terjadi bukanlah tanpa alasan. Pasalnya, membuat bakpia memakan waktu cukup lama dan memerlukan ketelatenan dalam membuat adonannya, terutama adonan isian. Anik cukup beruntung karena ia dibantu oleh suaminya, Imam Soepiie dalam membuat adonan isian.

Untuk membuat isian bakpia sebanyak 200 biji sampai 300 biji saja, ia sampai harus membagi pekerjaan dalam tiga kloter. Pekerjaan dimulai pada pagi hari hingga malam hari. Yakni pada pukul 09.00 sampai siang hari, lantas dari siang hari ke sore hari dan kloter terakhir mulai sore hari sampai malam hari. "Jadi saya mencicil menjadi tiga kloter," terangnya sambil menyebut satu kloter untuk waktu tiga jam sampai empat jam.

Meski jumlah perajin bakpia terus berkurang dan menyisakan tujuh perajin saja, Imam dan Anik mengakui jika potensi bakpia khas Surabaya masih luas. Pelanggan Bakpia Pangli tak hanya dari Surabaya saja. Beberapa pelanggan dari luar kota seperti Malang, Sidoarjo, Jakarta, Bogor dan Makassar juga kerap memesan saat libur ke Surabaya.

Saban hari, Anik memproduksi sekitar 200 bakpia. Dan biasanya langsung tandas terjual, maksimal tiga hari saja. Jumlah itu diluar pesanan yang juga ia terima. "Biasanya untuk hajatan yang bisa mencapai 100 kotak– 200 kotak isi 2.000 bakpia," ucapnya.

(Bersambung)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP) Negosiasi & Mediasi Penagihan yang Efektif Guna Menangani Kredit / Piutang Macet

[X]
×