kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Melihat dari dekat rendang asli racikan Emak Padang (bagian 2)


Sabtu, 27 Juli 2019 / 10:35 WIB
Melihat dari dekat rendang asli racikan Emak Padang (bagian 2)


Reporter: Venny Suryanto | Editor: Markus Sumartomjon

KONTAN.CO.ID - PADANG. Produsen rendang di Kampung Jao, Padang Barat, Sumatra Barat tidak cuma menjajakan produk mereka di sekitar sentra. Mereka mulai ekspansi penjualan untuk menjangkau pasar di daerah lainnya, agar bisnis makin mekar.

Ambil contoh Fadwiko Budi Harti Ningsih, peracik rendang dengan label Randang Subana-Bana. Selain menjajakan produk rendang kemasan ke sekitar Kampung Jao, ia juga kerap memasarkan rendang produksinya hingga ke daerah lain.

Jualan ke daerah lain ini diantaranya adalah hasil pemasaran yang ia lakukan di beberapa marketplace. Meskipun, "Penjualan online masih belum maksimal," katanya kepada KONTAN.

Selain online, Ningsih juga menjajakan Randang Subana-Bana ke acara bazar. Dan hasilnya ia klaim sangat positif. Rata-rata dalam sehari ia bisa membawa pulang duit hingga Rp 40 juta saat ikut bazar.

Sayangnya, ia tidak merinci jumlah rendang yang terjual saat bazar. Dalam kondisi normal, biasanya ia bisa menjajakan hingga 180 kilogram rendang selama satu bulan. Ia optimistis penjualan rendangnya terus meningkat. Apalagi dirinya sudah memanfaatkan teknologi digital untuk pemasaran.

Harapan Ningsih, pasar rendang buatannya sudah bisa menjangkau daerah di luar Sumatra Barat, khususnya Jakarta dan sekitar (Jabodetabek). Ia bahkan mengklaim sudah merambah pasar luar negeri, seperti Singapura dan Arab Saudi.

Saat pasar meluas, Ningsih optimistis penjualan rendangnya bakal berlipat-lipat tahun depan dari sekarang ini dengan target penjualan hingga 2,5 ton per bulannya.

Tak mau kalah, Ida Nursanti pemilik Randang Siti Nurbayah juga sudah merambah ke penjualan online. Produk rendang bikinannya sudah ia pasarkan ke marketplace, seperti Bukalapak, Shopee, dan Blanja.com. Sama seperti Ningsih, hasil penjualan online masih belum terlalu banyak ketimbang penjualan secara offline.

Ia memasok rendang ke sejumlah toko oleh-oleh di Padang hingga ke gerai yang di toko bandara, seperti di Bandara Internasional Minangkabau. "Permintaan banyak penjualan langsung ketimbang online, dengan perbandingan 70 : 30," katanya kepada KONTAN.

Meski belum optimal, Ida melihat potensi mendongkrak penjualan rendang hasil buatannya masih terbuka lebar. Ia pun tidak mau kalah dengan Ningsih dan mematok target tahun depan bisa menjual hingga tiga ton rendang per bulannya.

Salah satu upaya untuk bisa mencapai target tersebut adalah dengan memperluas pasar. Tak cuma ke luar Padang dan Sumatra Barat, tapi juga hingga luar negeri. Seperti ke Malaysia, Qatar hingga Norwegia.

Ia mengakui tidak mudah untuk menembus pasar ekspor. Sebab pembeli di luar negeri ingin daya tahan rendang bisa lebih lama.

Sebagai gambaran, saat ini daya tahan produk rendang racikannya maksimal bisa tiga bulan. Padahal untuk bisa menembus pasar ekspor produk makanan ini harus bisa tahan sampai satu tahun lamanya. "Kami harus tingkatkan dari sisi produksi dan teknologi," kata Ida yang juga meracik ricebowl rendang untuk pasar turis dan anak sekolah.

(Selesai)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×