Reporter: Elisabeth Adventa | Editor: Johana K.
KONTAN.CO.ID - Salah satu kriya perhiasan Indonesia yang cukup kesohor adalah mutiara. Perhiasan mutiara Indonesia banyak diambil dari Lombok, Nusa Tenggara Barat. Belum banyak masyarakat yang tau bahwa kilau mutiara asal Lombok ini mampu memikat banyak penggemar perhiasan, dari dalam maupun konsumen dari luar negeri.
Tak heran jika banderol harganya pun cukup fantastis. Namun, tingginya harga tak mengurangi minat konsumen. Bahkan, dalam sebuah pameran yang belum lama digelar di Jakarta Convention Center (JCC) Jakarta, Fathony, pemilik Fathony Mutiara asal Mataram pun sampai kehabisan stok. "Alhamdulillah, penjualan ramai dan meningkat dua kali lipat dibanding tahun lalu," ujarnya. Dalam sekali pameran, dia pun bisa mengantongi omzet puluhan juta.
Fathony Mutiara menjual berbagai bentuk perhiasan dari mutiara air tawar dan air laut. Ia juga menjual butir-butir mutiara dengan harga Rp 200.000 per gram. Asal tahu saja, berat satu butir bisa lebih dari satu gram.
Kalung mutiara dibanderol Rp 850.000–Rp 2 juta per buah, bross mulai Rp 1 juta–Rp 1,6 juta, gelang mulai Rp 250.000–Rp 750.000 dan cincin mulai Rp 200.000–Rp 500.000 per buah. Harga mutiara laut sedikit lebih mahal ketimbang mutiara air tawar, karena proses budidayanya lebih lama dan hasilnya lebih berkilau.
Namun, justru yang paling diminati adalah mutiara air tawar. "Terutama yang bentuknya runcing-runcing seperti ini. Jadi bentuknya tidak bulat saja, ada lonjong dan agak runcing. Tinggal satu ini stoknya," ujar Fathony sambil menunjukkan kalung best seller.
Hal serupa juga dilontarkan oleh Dani, seorang penjaga stan Dennis Mutiara. Ia mengatakan, selama pameran peminat perhiasan mutiara memang banyak. "Lumayan banyak dan ada beberapa jenis yang stoknya sudah habis, tapi masih banyak yang menanyakan," tuturnya.
Sama seperti Fathony Mutiara, Dennis Mutiara juga menjual perhiasan mutiara laut dan mutiara air tawar. Bentuknya pun beragam, model kalung, bros, cincin, gelang yang dijual juga berbeda satu sama lain, tergantung kreasinya.
Dani menjelaskan, perhiasan yang harganya paling mahal adalah kalung mutiara laut model klasik. Banderol perhiasan jenis ini mencapai Rp 6,5 juta per buah. Sedangkan kalung mutiara lainnya dibanderol pada kisaran Rp 1,2 juta–Rp 1,7 juta.
"Yang paling laris ini, kami menyebutnya kalung mutiara beras. Mutiaranya kecil-kecil seperti beras. Kalung ini dari jenisnya mutiara air tawar," ungkapnya.
Sedangkan untuk gelang, cincin dan bros dijual di kisaran Rp 350.000–Rp 2 juta. Dani bilang, selama dua hari pameran, Dennis Mutiara juga mengantongi omzet hingga puluhan juta. "Ya lumayan dibanding kalau tidak ada pameran. Tapi akhirnya banyak stok yang kosong juga jadinya dan kami tidak bawa lebih," ujarnya.
Impor mutiara dari China karena lebih bagus dan murah
Meski harga yang dibanderol lumayan tinggi, tak mengurangi minat akan mutiara. Sebab, harga tersebut sebanding dengan proses pembuatan mutiara yang eksklusif.
Maklum, butuh ketelatenan dan waktu lama. Apalagi, "Budidaya mutiara ini tergolong lama. Mutiara tawar sekitar lima bulan, mutiara luat hanya setahun sekali," kata Fathony, pemilik Fathony Mutiara.
Namun, saat ini banyak pengusaha kekurangan bahan baku. Minimnya pasokan ini disebabkan oleh teknologi budidaya mutiara yang masih konvensional. "Negara kita tak punya teknologi budidaya mutiara agar bisa produksi cepat. Ada teknologi dari Jepang, tapi mesinnya sudah tua," terangnya.
Persoalan tersebut juga kerap muncul pada budidaya mutiara air laut. Sedangkan, untuk budidaya mutiara air tawar, ironisnya hanya segelintir petani mutiara Lombok yang membudidayakan. Teknik budidaya mutiara air tawar dirasa lebih rumit dibanding budidaya mutiara air laut.
Fathony bilang, kerumitan budidaya mutiara air tawar ada pada proses pembentukan mutiaranya. Butuh stimulus berupa nukleus (inti mutiara) lebih banyak dibanding dengan budidaya mutiara air laut.
Pembentukan mutiara laut melalui proses alami dan sempurna. Konsekuensinya, perlu waktu lama. "Nah, kalau di air tawar, nukleusnya harus banyak agar bisa cepat dipanen. Nukleus untuk kerang mutiara air laut juga butuh, tapi lebih efisien," tuturnya.
Untuk mengatasi masalah pasokan, Fathony akhirnya mengimpor mutiara air tawar dari Tiongkok. Selain lebih bagus, harganya lebih terjangkau dan ketersediaan mutiara lebih terjamin. Dibanding memikirkan sulit dan borosnya membudidayakan kerang mutiara air tawar, ia memilih impor.
Hal serupa juga diungkapkan oleh Dani, penjaga stan Dennis Mutiara. Ia mengakui bahwa semua bahan baku mutiara air tawar kreasi Dennis Mutiara didapatkan dari China. "Yang asli kami budidayakan sendiri itu mutiara air laut. Kalau air tawar sepertinya hampir semua impor dari China," ujarnya.
Dalam penilaian Dhani, mengimpor mutiara air tawar asal China lebih menghemat biaya produksi. Waktunya juga lebih efisien. Begitu sampai di Indonesia, mutiara tersebut akan dilebur dan diolah kembali menjadi berbagai bentuk.
Ada pula yang diberi sedikit pewarna agar memperbanyak ragam warna mutiara. Mutiara air tawar biasanya dilebur, kemudian dicetak ulang. Diberi warna juga. "Karena warna asli mutiara adalah putih, putih tulang kekuningan, krem dan merah muda. Sementara, selera pembeli juga ingin yang warna gelap juga," kata Dhani.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News