kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45927,11   -0,53   -0.06%
  • EMAS1.320.000 -0,38%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Melihat penghasil mi sohun legendaris di Klaten (bagian 3)


Sabtu, 06 Juli 2019 / 13:00 WIB
Melihat penghasil mi sohun legendaris di Klaten (bagian 3)


Reporter: Ratih Waseso | Editor: Markus Sumartomjon

KONTAN.CO.ID - KLATEN. MI sohun asal Desa Manjung, Ngawen, Klaten Jawa Tengah sudah dikenal luas tak cuma di sekitar Klaten saja tapi juga di beberapa kota di Jawa Tengah, Jawa Timur hingga luar Jawa. Para pembuat mi sohun di Manjung pun kerap mengirim mi khas Tiongkok tersebut ke sejumlah daerah.

Dedy Mustafa, salah satu pembuat mi sohun di desa tersebut kerap kali memasok mi sohun ke sejumlah daerah seperti ke Yogyakarta, Jember, Banyuwangi, Situbondo, Semarang, hingga Pulau Dewata. "Dalam satu minggu bisa mengirim dua kali pengiriman," katanya kepada KONTAN awal Juni.

Saat ini Dedy mempunyai tiga pabrik pembuatan mi sohun yang semuanya berada di Manjung. Satu pabrik miliknya rata-rata bisa memproduksi sekitar 230 kg sampai 300 kg bahan baku mi sohun yakni pati aren. Sayang, Dedy tidak memerinci jumlah produksi dari masing-masing pabrik itu. Dari ketiga pabrik inilah Dedy memasarkan mi sohun dengan beragam merek. Ada cap Kapal, cap Kakap, cap Angsa serta cap Onta.

Pemain lain, Kusmanto hanya mengandalkan pemasaran di sekitar Klaten dan Solo saja. Karena biasanya para pengepul atau disebut juga bakulan, langsung datang ke pabriknya. Dari si pengepul inilah mi sohun racikannya di sebar luaskan ke Klaten dan sekitarnya. Tapi ada juga para pengepul mi sohun yang menjual kembali mi sohun buatannya ke sejumlah daerah lain di luar Klaten, seperti Semarang dan Pati.

Pemakaian jalur pengepul ini memang tidak terjadi begitu saja. Sebelum memutuskan memproduksi mi sohun, Kusmanto pada awalnya memang berprofesi sebagai tengkulak atau pengepul mi sohun. "Saya mencoba ambil mi sohun dari saudara dan Alhamdulillah, sekarang sudah punya pabrik mi sohun sendiri," tuturnya senang kepada KONTAN.

Dalam sehari, ia mampu memproduksi hingga 200 kilogram bahan baku sohun. Dalam proses produksi di pabriknya, Kusmanto dibantu oleh anggota keluarga sehingga bisa mengemas antara 50 kilogram sampai 60 kilogram mi sohun sehari.

Ia menjual mi sohun ke para pengepul dalam ukuran perbal. Satu bal sekitar 6 kilogram yang dia jual dengan harga Rp 100.000. Namun ada juga pengepul yang pilih mengambil per kilogram, yang ia hargai lebih mahal yakni sebesar Rp 15.000 per kilogram.

Sedangkan Dedy Mustafa justru menghargai mi sohun buatannya sedikit lebih mahal dari Kusmanto. Rata-rata sekitar Rp 16.000 per kg.

Meski harga rata-rata mi sohun dari para pengrajin relatif sama, baik Dedy maupun Kusmanto tidak merasa ada kendala dalam memasarkan mi sohun. Persaingan bisnis di antara pembuat mi sohun sendiri tidak terjadi di Desa Manjung. "Sebab kami tergabung dalam koperasi," kata Dedy.

Justru persoalan yang kerap kali datang adalah kurangnya tenaga kerja yang kadang tidak sebanding dengan pesanan yang mereka terima. Faktor inilah yang membuat Dedy tidak jadi menjalin kerjasama dengan investor besar dari luar negeri, karena untuk memenuhi pasar dalam negeri saja terkadang tidak terpenuhi.

Untuk terus maju, Kelapa Desa Manjung, Waliyono berencana membuat standardisasi pembuatan mi sohun di Desa Manjung.

(Selesai)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Terpopuler
Kontan Academy
EVolution Seminar Trik & Tips yang Aman Menggunakan Pihak Ketiga (Agency, Debt Collector & Advokat) dalam Penagihan Kredit / Piutang Macet

[X]
×