kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Melipir ke sentra pengolahan kerang hijau tertua di ibukota (3)


Sabtu, 02 Juni 2018 / 15:50 WIB
Melipir ke sentra pengolahan kerang hijau tertua di ibukota (3)


Reporter: Elisabeth Adventa | Editor: Johana K.

KONTAN.CO.ID - Kegiatan mengolah kerang hijau di Muara Angke, Penjaringan, Jakarta Utara sudah ada sejak tahun 1990-an. Sebagian besar penduduk pesisir di utara Jakarta, khususnya di Muara Angke, menggantungkan hidupnya pada olahan hasil laut. Bau amis dan becek sudah menjadi kawan sehari-hari bagi para pekerja di sentra pengolahan kerang hijau Muara Angke.

Tandi, salah satu pemilik usaha pengolahan kerang hijau Muara Angke menuturkan, kegiatan tempat pengolahan kerang hijau miliknya aktif sejak hari masih gelap. Dua kapal milik Tandi harus sudah siap mencari tangkapan sedari subuh dan harus kembali antara pukul 8 - 9 pagi. Setelah hasil tangkapan kerang hijau masuk, para perebus dan pengupas kerang harus sudah siap bekerja.

Semua harus dikerjakan tepat waktu agar bisa sampai ke konsumen tepat waktu. "Maksimal jam 8 malam sudah harus siap diangkut ke pelelangan. Kalau lewat, kami bakal kelewatan banyak pelanggan," kata Tandi.

Ia pun mengutarakan, di tempat pelelangan ada permainan harga kerang hijau. Jika pasokan kerang hijau masih di bawah 60 drum ukuran besar, harga yang dipatok masih tinggi. Jika pasokannya lebih dari itu, dipastikan harga kerang hijau bakal jatuh.

Selama 12 tahun bergelut  di usaha itu, dua tahun terakhir ini adalah tahun yang terberat. Lantaran hasil tangkapan kerang hijau berkurang drastis sejak adanya proyek reklamasi 2016 lalu. "Tahun ini ada kapal besar datang, saya tidak itu kapal apa, dan paginya, air laut jadi hitam dan tangkapan kerang menurun drastis," kenangnya.

Akibat proyek reklamasi teluk Jakarta, nelayan kerang hijau harus rela kehilangan lebih dari setengah jumlah tangkapan kerang hijau, Jika dirinya bisa mendapat  1,3 - 1,5 ton kerang hijau per hari, kini tinggal 200 - 300 kuintal kerang hijau per hari.

Kondisi tersebut juga diamini Darmini, salah satu pengupas kerang di tempat milik Tandi. Ia mengungkapkan bila sudah satu tahun lebih, pengolahan kerang hijau di Muara Angke seret pasokan. "Sudah satu setengah tahun mungkin, tangkapan kerangnya sedikit. Baru sebulan belakangan ini, hasil tangkapan mulai banyak," ujarnya.

Darmini bilang jika hasil tangkapan sedang minim, dirinya harus rela berbagi kuota atau jatah dengan pekerja lainnya. Bahkan, bos-nya, yakni Tandi rela untuk mencari pasokan kerang hijau dari daerah lain seperti Surabaya, Madura dan Makassar.

Bagi Tandi, proyek reklamasi Teluk Jakarta membawa dampak negatif, tak hanya bagi dirinya, tapi juga bagi nelayan lain, seperti nelayan ikan. Ia bilang sejak proyek reklamasi menyerang, hasil tangkapan menurun drastis, otomatis pendapatan mereka juga menurun. Semua benih kerang hijau yang ditebar mati lebih dulu sebelum dipanen.

Bila ada pencemaran laut, kerang hijau langsung mati di tempat. Apalagi kerang hijau tidak bisa hidup di air yang tidak jernih. "Kalau ikan masih bisa pindah ke tempat lain. Kami juga kesusahan saat panen karena warna air laut hitam," keluhnya.

(Selesai)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Mastering Financial Analysis Training for First-Time Sales Supervisor/Manager 1-day Program

[X]
×