Reporter: Kornelis Pandu Wicaksono | Editor: Rizki Caturini
Sebagai makanan tradisional, soto memiliki penggemar setia di berbagai pelosok Nusantara. Penikmat kuliner pun makin dimanjakan dengan pilihan menu soto yang beraneka ragam. Sehingga, tidak salah jika Slamet Riyanto memilih meneruskan bisnis soto keluarga yang ia beri nama Soto Semarang Pak Slamet Ragil. Dia mulai menggunakan merek atas namanya sendiri sejak 2007.
Berbekal pengalaman menjalankan usaha soto keluarga yang telah dimulai oleh orangtuanya sejak tahun 1950-an, dan terbukti berkembang hingga kini, maka Slamet dengan percaya diri menawarkan kemitraan Soto Semarang Pak Slamet Ragil pada 2007.
Saat ini total cabang Soto Semarang Pak Slamet Ragil mencapai 49 outlet. Perinciannya, satu outlet milik sendiri, dan sisanya milik mitra yang tersebar di berba-gai kota, seperti Semarang, Salatiga, Yogyakarta, Bekasi, Jakarta, hingga Jambi.
Konsep makanan tradisional masih ia pertahankan hingga kini. Ada empat menu andalan yang ia tawarkan: soto ayam Semarang, kupat tahu magelang, tahu gimbal, dan es dawet hitam. Di restonya di Magelang, ia memasang harga sajiannya Rp 4.000–Rp 6.000 per porsi. Tapi, harga jual hidangan bisa disesuaikan dengan daerah masing-masing gerai tersebut beroperasi.
Slamet menawarkan paket kemitraan sebesar Rp 4 juta untuk mitra yang berada di Pulau Jawa. "Bagi mitra yang berada di luar Jawa, biaya kemitraan sebesar Rp 5 juta," ujar Slamet.
Dari situ mitra akan mendapatkan pelatihan koki masak di Magelang selama 7 hari–10 hari. Selain itu, mitra akan mendapatkan lisensi sebagai cabang resmi dari Soto Semarang Pak Slamet Ragil. Dan, mitra usaha dapat memegang kontrak penggunaan merek tersebut seumur hidup oleh mitra usaha. Selain itu, mitra tidak perlu membayar biaya royalti dalam kerjasama ini.
Untuk peralatan resto, Slamet mengatakan, mitra bebas membeli sendiri. Namun untuk mangkuk soto harus yang berciri mangkok soto semarang.
Untuk penyediaan mangkuk, Slamet dapat membantu mitra yang memerlukan. Untuk menyediakan perlengkapan resto, mitra biasanya memerlukan dana sebesar Rp 1,5 juta. Jadi, total investasi di Pulau Jawa sekitar Rp 5,5 juta.
Untuk survei lokasi, biaya dibebankan kepada mitra. Pusat akan melakukan pengawasan selama tiga hari pertama, untuk membantu operasional dan menjaga standar kualitas.
Mengenai hitung-hitungan usaha, mitra ditargetkan bisa memperoleh omzet minimum Rp 15 juta per bulan. Setelah dikurangi biaya pembelian bahan baku, pembayaran gaji pegawai, sewa tempat, dan biaya operasional lainnya, mitra bisa meraih laba bersih sekitar Rp 2 juta per bulan. Dengan begitu, balik modal bisnis ini sekitar tiga bulan.
Jika tertarik, ada baiknya Anda mempertimbangkan sebelum memutuskan. Lihat dan perhatikan dulu gerai yang sudah beroperasi. n
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News