Reporter: J. Ani Kristanti | Editor: Tri Adi
Bagi Melissa Sunjaya, Tulisan bukan sekadar bisnis untuk mengejar omzet besar. Lewat berbagai kreasinya, dia ingin karya tangan dari Indonesia bisa bersanding dengan produk sejenis dari merek terkenal luar negeri.
Penghargaan pada proses yang bersih dan jujur dalam sebuah karya seni tangan, jadi salah satu tujuan Melissa Sunjaya membangun Tulisan. Melalui goresan tangan nan cantik pada karya-karyanya, perempuan 39 tahun ini ingin produknya menjadi kebanggaan Indonesia dan bisa dikenang konsumen hingga ke anak cucu mereka.
Terlahir dari keluarga yang lekat bakat seni, sedari kecil Melissa sudah akrab dengan proses berkreasi. Kegemaran neneknya menjahit serta hobi sang ibu untuk mendekorasi rumah dengan pernak-pernik buatan sendiri, menginspirasi Melissa membuat produk bikinan tangan.
Sejurus dengan cita-citanya, Melissa pun banyak menempuh studi terkait seni. Hingga pada 2010, bersama ibunya, lulusan Art Center College of Design, Pasadena, California, Amerika Serikat (AS) ini mengawali Tulisan. Bermodal Rp 5 juta, dia membeli 100 yard katun kanvas murni di sebuah toko dekat Pelabuhan Sunda Kelapa.
Sejak awal, Melissa memang berusaha konsisten membuat produk berkualitas tinggi. “Kanvas itu kualitas ekspor nomor satu, yang harganya sangat mahal,” ujarnya. Tak heran, ia sangat efektif saat memotong pola dan tidak meninggalkan sisa kain sedikit pun.
Selain bahan berkualitas, produk Tulisan juga punya nilai seni tinggi. Ilustrasi tangan jadi keunikan dari produk bikinan Mellisa ini dan sekaligus kekuatannya. Tak sekadar menjadi hiasan, ilustrasi itu kaya makna dan merupakan rangkaian cerita, imajinasi Mellisa terhadap alam dan kehidupan sehari-hari.
Awalnya, Tulisan hanya membuat tiga produk, yakni tea towel, celemek (apron), dan sarung bantal. Dengan bantuan tiga karyawan, Melissa menyablon bahan secara manual dan menjahit sendiri semua produknya. Garasi rumah pun disulap menjadi workshop Tulisan.
Untuk memasarkan produk Tulisan, Melissa aktif mengikuti bazar, terutama yang membidik komunitas ekspatriat, karena tujuannya mewujudkan karya ini jadi kebanggaan Indonesia. “Dua kali sebulan, selalu ada bazar. Lalu, kami booking tempat untuk setahun ke depan,” tutur Melissa.
Rutin mengikuti bazar, Melissa pun giat mematangkan proses produksi. Setelah mendapat sejumlah pelanggan, tahun 2011, ia memutuskan hanya ikut bazar di Darmawangsa Square. “Sesudah berkeliling, kami fokus di satu tempat supaya orang tahu di mana mencari Tulisan,” jelasnya.
Pada tahun yang sama, Tulisan akhirnya menempati salah satu gerai di pusat belanja tersebut. Saat punya gerai sendiri itu, Melissa juga memperkuat usahanya dengan badan hukum Perseroan Terbatas (PT).
Tembus pabrik besar
Dengan menempati gerai sendiri dan berbadan hukum, bisnis perempuan kelahiran Jakarta, 21 Juli 1974 ini kian mantap. Selain terus meningkatkan kualitas produksi, Melissa juga menambah lini produknya setiap tahun. “Kami selalu memperbarui metode-metode dalam memproduksi barang,” kata dia.
Salah satunya adalah pemilihan bahan baku. Lantaran ingin produknya bisa bersanding dengan produk sejenis merek luar negeri, ia mengutamakan spesifikasi bahan baku yang berkualitas dan ramah lingkungan. “Tapi, bahan dan proses produksi semua harus 100% Indonesia,” katanya.
Proses pewarnaan pun dikembangkan sendiri oleh tim riset Melissa. Demikian pula kanvas. Melissa tak segan memakai kanvas mahal tanpa pemutih yang ramah lingkungan. “Di Indonesia, hanya kami yang pakai kanvas itu,” ujar dia.
Melissa teringat, perjuangannya saat menembus produsen kanvas dua tahun lalu. “Kami harus punya sejarah produksi yang terlihat oke bagi mereka,” kenang ibu dua anak ini. Maklum, mayoritas pembeli pabrik kanvas itu adalah perusahaan besar kelas dunia.
Melissa juga harus kerja keras saat meyakinkan YKK Indonesia, produsen resleting dan aksesori, waktu memesan resleting dengan warna atau potongan khusus. “Lumrah kalau mereka deg-degan karena kami adalah pemain baru. Mereka kan harus investasi,” ujar dia.
Selain itu, dari waktu ke waktu, Melissa tak berhenti menyempurnakan sistem produksi dan bisnisnya, untuk mengakali cash flow karena belum memperoleh pinjaman bank. Makanya, “Saya harus mempunyai infrastruktur yang solid, mulai dari tenaga kerja, produksi hingga pemasaran,” kata dia.
Namun, kini, Melissa mulai mencecap manis kerja kerasnya. Produk Tulisan makin dikenal. Selain dipasarkan di Indonesia, Tulisan juga dikirim ke luar negeri, baik melalui online shop, maupun toko-toko yang tersebar di AS, Swiss, Jerman, Hong Kong, Jepang, Taiwan dan Singapura.
Alhasil, pertumbuhan bisnis dan omzet pun terus melambung. Tahun lalu, Tulisan mencetak omzet Rp 5,85 miliar, naik hampir empat kali lipat dari hasil yang dibukukan selama 2011, yaitu Rp 1,2 miliar. Dengan 21 karyawan, produk Tulisan sudah berkembang hingga 70 item, yang terbagi dalam lima kategori.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News