kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,20   -16,32   -1.74%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Melongok kampung UKM terbesar di Jakarta (1)


Sabtu, 26 Mei 2018 / 15:05 WIB
Melongok kampung UKM terbesar di Jakarta (1)


Reporter: Tri Sulistiowati | Editor: Johana K.

KONTAN.CO.ID - Meski berjuluk kota metropolitan, DKI Jakarta juga menjadi gudang industri rumahan. Salah satunya di Pemukiman Industri Kecil Semanan, Kalideres, Jakarta Barat. Dengan luas sekitar 10 hektar, kawasan usaha kecil menengah (UKM) ini menjadi yang terluas di ibukota.  

Ada sekitar 1.000 pengusaha UKM di PIK Semanan. Awalnya, mereka terdiri dari perajin tempe dan tahu. Namun, seiring berjalannya waktu, banyak usaha baru bermunculan. Ambil contoh, kerupuk kulit, oncom hingga telur asin.  

Kawasan yang juga sering disebut Kampung Semanan ini resmi dibuka sebagai kawasan UKM 26 Februari1992. Saat itu, baru ada sekitar 679 perajin tempe di sana, yang terdiri dari orang-orang dari penggusuran pembangunan jembatan atau normalisasi sungai. Memang, sebelumnya mereka hidup di lokasi-lokasi kumuh pinggiran Jakarta. Sebagian besar berasal dari Pekalongan, Jawa Tengah.

Saat KONTAN berkunjung, terlihat rumah-rumah yang berderet rapat. Para pekerja yang didominasi laki-laki, nampak sibuk memasukkan oncom mentah kedalam plastik.

Bila berjalan hingga ke ujung kampung ini, terdapat tempat produksi tempe dan tahu yang luasnya hampir menyamai tiga ruko. Sore itu sekitar pukul 15.00 WIB, para pekerja laki-laki terlihat sibuk mengaduk kedelai, ada yang memindahkan kedelai ke dalam plastik.

Hawa rumah produksi tahun dan tempe cukup panas. Namun, tak hanya tempe dan tahu, Anda juga bisa melihat porduksi kerupuk kulit ikan yang lokasinya paling ujung.  

Handoko Mulya, Pengurus KOPTI sekaligus perajin tempe Kampung Semanan menceritakan, kawasan industri ini didirikan sebagai wadah untuk memberikan kehidupan layak bagi perajin tempe yang semula tinggal di wilayah terlarang. "Saya bicara dengan paman saya yang kebetulan pengurus dari Koperasi Tempe Tahu Jakarta Barat, mencari solusi agar perajin tempe direlokasi ke tempat yang layak," katanya pada KONTAN.

Setelah melalui perbincangan yang cukup lama, sang paman sepakat membantu. Saat itu, ada lahan kosong seluas 10 ha milik Pusat Koperasi Tahu Tempe Nasional (Puskopdinas) yang tidak digunakan. Lantas, Handoko dan sang paman pun menemui Gubernur DKI Jakarta saat itu untuk meminta ijin serta dukungan atas usulan tersebut.

Gayung bersambut. Impian Handoko untuk memiliki lokasi layak huni pun terwujud. Pemerintah juga  memberi izin penggunaan tanah kosong tersebut. Sebagai kompensasi, para perajin membeli tanah dengan harga Rp 10.500 per meter persegi.

Selain itu, lantaran akan dijadikan kawasan industri, perajin juga harus membangun  tempat pengolahan limbah, tempat pembuangan sambah, membuat saluran air dan tetep menyediakan lahan kosong untuk taman dan fasilitas pendukung lainnya.

Merasa tidak mempunyai keahlian dibidang konstruksi, mereka menggandeng REI (Real Estate Indonesia) sebagai pihak untuk membantu perencaan pembangunan rumah dengan PT Abadi Mukti sebagai developer.

Pada tahap pertama, terbangun 679 unit rumah. Handoko mengaku rumah tersebut di prioritaskan untuk perajin yang menjadi korban penggusuran.      

(Bersambung)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×