Reporter: Tri Sulistiowati | Editor: Johana K.
KONTAN.CO.ID - Anda pernah datang ke Umbul Ponggok? Salah satu desa di Kecamatan Polanharjo, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah ini sangat populer dan sukses menarik pelancong dari berbagai tempat.
Alhasil, kondisi desa pun berubah. Jika dulu termasuk dalam desa miskin dan tertinggal, kini Desa Umbul Ponggok tampil menjadi desa mandiri. Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes) mencapai Rp 4,2 miliar per tahun.
Pencapaian tersebut didapatkan dari pengolahan potensi alam yang disulap menjadi tempat wisata, yaitu kolam wisata Umbul Ponggok. Berbeda dengan wisata air lainnya, mereka menciptakan pengalaman snorkling, diving, dan berselfie di dalam air tawar.
Mempunyai debit air 800 liter kubik per detik, membuat air di Umbul Ponggok terasa sangat segar, dingin, dan tidak beraroma anyir, meskipun terdapat banyak ikan didalamnya. Fasilitas yang disediakan adalah peralatan snorkling dan diving, foto dalam air, dan paket prewedding.
Sensasi berswa foto dengan ditemani ikan-ikan air tawar membuat lokasi ini menjadi primadona. Jumlah pengunjung dalam sebulan mencapai 30.000-50.000 orang. Bila ingin menjajal berenang disana, Anda cukup menyiapkan duit Rp 15.000 per orang.
Tidak hanya mengandalkan wisata, Desa Ponggok juga menjadi pusat produksi ikan nila yang dibudidayakan dengan konsep minapolitan. Dalam sebulan, total panennya mencapai 4 ton hingga 5 ton. Panen nila ini biasanya didistribusikan ke pasar sekitar Klaten dan juga untuk memenuhi kebutuhan para pengusaha kuliner setempat.
Asal tahu saja, ibu-ibu juga mengolah daging nila ini menjadi makanan ringan. Camilan ini pun menjadi salah satu buah tangan khas dari Umbul Ponggok.
Tidak hanya memaksimalkan potensi alam yang ada, perangkat desa setempat juga mendirikan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Tirta Mandiri. Selain menjadi pengelola kawasan wisata, BUMDes menyediakan fasilitas simpan pinjam bagi warga desa.
Joko Winarno, Direktur BUMDes Tirta menjelaskan, bila mereka enggan membuka diri kepada toko modern ritel yang menyediakan sistem franchise. Alasannya, tidak ingin keuntungan didominasi oleh satu orang.
"Maka kami sengaja bangun toko ritel dengan konsep yang sama dengan modal yang ditanam oleh warga. Dengan begitu keuntungan dari transaksi akan dikembalikan kepada warga," katanya.
KONTAN berkesempatan mengunjungi desa yang terkenal akan wisata airnya ini. Sepintar, terlihat jajaran bus pariwisata terparkir rapi di di halaman kantor desa. Ternyata, tak hanya singgah ke Umbul Ponggok untuk berwisata, banyak pula rombongan yang datang ke desa ini sembari studi banding.
Jumadhi Mulyono, Kepala Desa Umbul Ponggok menceritakan memang banyak kunjungan dari perangkat pemerintahan daerah lain. Dia pun akan membagikan kisah para perangkat desa harus menghabiskan waktu selama lima tahun untuk mengubah Desa Umbul Ponggok.
Keberhasilan ini juga tak lepas dari peran bantuan tim ahli dari Universitas Gadjah Mada (UGM), Yogyakarta yang melakukan survei kondisi sosial dan ekonomi. "Kami mengirimkan surat permohonan kepada Rektor UGM pada 2007 untuk disurvei," jelasnya.
(Bersambung)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News