kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Memahat laba tipis dari patung kayu Tanimar


Kamis, 12 Agustus 2010 / 18:11 WIB


Reporter: Hendra Gunawan | Editor: Tri Adi

Empat buah patung kayu berdiri tegak, lengkap dengan baju yang seragam. Patung yang didesain menyerupai orang tersebut tertata rapi di sebuah meja, yang terletak di ruang tamu. Patung-patung itu terdiri dari pasangan suami istri dengan dua anak berukuran lebih kecil.

Satu set patung yang dipajang itu adalah buah karya rumah produksi Hasil Alam Art milik Ici Susilawati. Perempuan yang bermukim di Desa Cipacing, Bandung, Jawa Barat ini sudah memproduksi patung Tanimar sejak lima tahun silam.

Saat ini, tiap bulan Ici bisa memproduksi minimal 100 set patung Tanimar. "Itu baru produksi reguler kami. Soalnya kalau ada pesanan, jumlahnya jauh di atas itu," katanya. Dia pernah membuat hingga 1.000 set patung Tanimar dalm waktu sebulan.

Setiap bulan, Ici mengirimkan produknya ke sejumlah tempat wisata. Seperti ke Bali, ia selalu mengirimkan 100 set patung Tanimar saban bulan. "Ada yang ke Batam dan banyak pembeli yang langsung datang ke sini," katanya.

Harga jualnya menyesuaikan ukuran patung yang beragam. Misalnya, satu set yang terdiri dari dua patung berupa kakek-nenek setinggi 50 centimeter, harganya sekitar Rp 35.000. Kalau ukurannya lebih besar, tentu harganya pun lebih mahal. Patung Tanimar setinggi 120 centimeter seharga Rp 150.000. "Tiap bulan rata-rata omzet kami sekitar Rp 35 juta," kata Ici.

Yosep Wijaya, Kepala Produksi Hasil Alam Art, mengatakan setiap harinya ia mampu memproduksi hingga 40 patung atau 10 set dengan menggunakan pahat dan pisau raut. Bahan baku yang dipakai adalah kayu mahoni. Patung yang di produksi pun beraneka ragam, mulai dari patung asmat, wayang golek dan lain-lain.

Berdasar pengalaman menjalankan bisnis pembuatan patung Tanimar, Yosep bilang, bisnis ini tak mengenal musim yang bisa berdampak pada omzet penjualan. "Tak seperti penjual kue kering yang panen menjelang hari raya," imbuhnya.

Jadi, dia hanya bisa mengandalkan penjualan dari keramaian tempat wisata. Itu pun, lanjut Yosep, jika para wisatawan baik lokal maupun mancanegara memang sedang berminat membeli patung-patung itu.

Jika tidak, patung Tanimar hanya akan menjadi pajangan yang bertahan lama di etalase toko-toko penjual suvenir. Maklum, patung Tanimar hanyalah salah satu barang pajangan atau unsur dekorasi pemanis sebuah ruangan. Makanya, tidak heran jika minat konsumen untuk membeli patung ini tidak terlalu tinggi.

Namun, Yosep yakin bahwa produk buatannya itu masih cukup diminati. Apalagi, seiring tren desain rumah minimalis, patung Tanimar bisa jadi pajangan yang sesuai agar ruangan terlihat lebih berwarna dan enak dipandang.

Yosep terus berupaya membuat produknya menjadi lebih menarik. Salah satu upayanya adalah memakai warna yang lebih cerah dan corak pakaian patung yang lebih modern. Selain itu, desain patung ia buat lebih menarik dan artistik. Hasilnya, kini, dia sedang menerima pesanan 2.000 set patung Tanimar untuk dikirim ke Bali.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×