Reporter: Izzatul Mazidah, Jane Aprilyani | Editor: Tri Adi
Kendati kurang familiar di telinga masyarakat, tanaman gedi sangat menguntungkan untuk dibudidayakan. Selain bisa dimanfaatkan sebagai campuran bahan makanan, tanaman gedi bisa diolah menjadi bahan obat tradisional. Dalam sebulan, omzet budidaya gedi mencapai Rp 30 juta per bulan.
Di Indonesia, tanaman gedi mungkin belum familiar bagi masyarakat di Pulau Jawa. Tapi, bagi penduduk Sulawesi Utara, tanaman bernama latin Abelmoschus manihot ini sudah tidak asing lagi.
Ya, bagi masyarakat di tanah Minahasa, daun Gedi biasa diolah jadi sayur khas yang disebut sayur yondok. Makan bubur Manado juga tidak lengkap jika tidak ditambah daun gedi sebagai campurannya. Sebab, daun gedi mempunyai fungsi sebagai penambah rasa gurih serta mengentalkan bubur.
Selain lezat, daun gedi juga kaya akan vitamin A, zat besi dan serat yang baik untuk saluran pencernaan. Kolagen terkandung di dalam daun ini juga bermanfaat antioksidan dan menjaga kesehatan kulit.
Dengan berbagai kegunaannya itu, banyak petani kepincut membudidayakan tanaman gedi. Salah satunya Steve Stanley, pemilik kebun bibit di Batu, Malang, Jawa Timur. Steve membudidayakan gedi sejak tahun 2013 di atas lahan 50 meter persergi.
Menurut Steve, selain memiliki banyak manfaat, gedi mudah dibudidayakan. Dalam waktu tiga bulan setelah masa tanam, gedi bisa dipanen. Sekali panen, Steve bisa menghasilkan 5 kilogram (kg) daun gedi kering.
Steve membandrol daun gedi kering Rp 120.000 per kg. Sementara untuk pembeli yang ingin menanam daun gedi, Steve menjual bibitnya seharga Rp 16.000 per batang.
Dalam sehari, Steve bisa menjual 50 polybag atau 1.500 bibit per bulan. Dari penjualan bibit saja, Steve bisa meraup omzet Rp sekitar 24 juta per bulan. “Penjualan daun gedi banyak diambil untuk bahan obat tradisional. Karena itu, bibitnya sangat laris dibeli,” tutur Steve.
Pembudidaya gedi lainnya adalah Iswanto dari Bekasi, Jawa Barat. Ia tertarik membudidayakan gedi karena permintaannya cukup besar. Ini terutama, untuk bahan masakan restoran khas Manado. “Permintaannya banyak. Tapi, karena saat ini musim kemarau, kami tak bisa penuhi semua permintaan konsumen,” kata Iswanto.
Iswanto juga mengandalkan penjualan bibit dari budidaya gedi. Ia membanderol bibit gedi Rp 50.000 per pot. Dalam sebulan, Iswanto bisa menjual sekitar 200 pot bibit gedi. Sementara, daun gedi kering dibandrol Rp 150.000 per kg. Sekali panen Iswanto bisa memetik sekitar 20 kg daun gedi kering.
Bukan hanya pembudidaya yang keciprat rezeki dari penjualan bibit gedi. Calvin, pemilik toko online www.bibitonline.com yang merupakan distributor tanaman gedi, juga mereguk untuk dari bisnis tanaman ini.
Calvin mengaku sudah dua tahun menjual bibit gedi yang dipasok dari para petani di sekitar Bekasi, Jawa Barat. Satu polibag bibit gedi dijual Calvin Rp 20.000. Dalam sebulan, Calvin bisa menjual lebih 200 polibag bibit gedi. Dus, omzet yang bisa dipetik Calvin dari bisnis ini sekitar Rp 5 juta per bulan.
(Bersambung)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News