kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.172   20,00   0,12%
  • IDX 7.071   87,46   1,25%
  • KOMPAS100 1.057   17,05   1,64%
  • LQ45 831   14,47   1,77%
  • ISSI 214   1,62   0,76%
  • IDX30 424   7,96   1,91%
  • IDXHIDIV20 511   8,82   1,76%
  • IDX80 121   1,93   1,63%
  • IDXV30 125   0,91   0,73%
  • IDXQ30 141   2,27   1,63%

Memanfaatkan kendaraan sebagai papan iklan (2)


Selasa, 09 Mei 2017 / 11:30 WIB
Memanfaatkan kendaraan sebagai papan iklan (2)


Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: Johana K.

Peluang bisnis di dunia periklanan memang besar dan tak akan pernah mati. Setiap perusahaan pasti akan terus memasarkan produknya dengan beriklan di media manapun. Kini media iklan yang sedang populer adalah kendaraan pribadi. Media baru dalam beriklan ini lebih populer disebut dengan iklan berjalan.

Meski metode beriklan ini baru mulai muncul pada pertengahan 2016, perusahaan yang menawarkan jasa pemasangan iklan di mobil sudah banyak memiliki klien, baik perusahaan multinasional hingga usaha kecil dan menengah (UKM).

Andrew Tanyono, pemilik start up penyedia jasa iklan berjalan bernama Promogo mengatakan, pihaknya menerima permintaan beriklan dari berbagai perusahaan bahkan kampanye suatu acara. Tentu biaya beriklan di mobil berjalan lebih murah dibandingkan beriklan di billboard. "Mau hanya pesan satu mobil selama satu bulan beriklan juga kami layani," kata Andrew.

Lantaran murah dan fleksibel, banyak pelaku usaha tertarik dengan format iklan ini. Penyedia jasa iklan di mobil pun bisa menghasilkan omzet miliaran rupiah per bulannya.

Rata-rata start up penyedia jasa pemasangan iklan di mobil mematok harga minimal Rp 1 juta per mobil per bulan kepada pengiklan. Harga paling minim itu berlaku untuk stiker iklan yang hanya dipasang pada kaca belakang mobil. Biaya semakin mahal bila semakin banyak bodi mobil yang ditempeli stiker iklan.

Dari bisnis iklan di mobil ini, Promogo berhasil mengantongi omzet di atas Rp 1 miliar pada April lalu. Namun, omzet yang besar dalam bisnis ini hanya menghasilkan laba bersih kurang dari 50%.

Andrew menyatakan, kunci keberhasilan bisnis iklan di mobil ada pada volume transaksi dan mobil yang dipesan. "Kami mainnya di volume bukan main margin, karena laba bersih tidak terlalu tinggi," kata Andrew.

Hitungan kasarnya, pihaknya mendapat Rp 1 juta dari pengiklan, tetapi mereka harus menyisihkan biaya sebesar Rp 500.000 kepada mitra driver yang bersedia mobilnya ditempeli stiker iklan. "50% dari revenue saja sudah diberikan ke driver, belum lagi ada biaya produksi, instalasi, pemasangan GPS, jadi laba bersih memang tidak besar," kata Andrew.

Seiring dengan makin banyaknya mobil yang dipesan, maka pengiklan berkesempatan mendapat lebih banyak awareness dan menjangkau pasar lebih luas.

Segendang sepenarian dengan Promogo, aplikasi penyedia jasa iklan berjalan lainnya, yaitu Sticar juga mendapat omzet miliaran rupiah. Public Relation Sticar Teuku Hidayatul mengatakan, pada kuartal 1 2017 omzet yang diraih Sticar sebesar Rp 2 miliar. Sementara laba bersih Sticar berkisar 25% dari omzet. Labanya memang kecil karena terpotong biaya operasional yang cukup besar.

(Selesai)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×