kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.938.000   14.000   0,73%
  • USD/IDR 16.300   -5,00   -0,03%
  • IDX 7.113   44,39   0,63%
  • KOMPAS100 1.038   7,95   0,77%
  • LQ45 802   5,08   0,64%
  • ISSI 229   1,99   0,87%
  • IDX30 417   1,49   0,36%
  • IDXHIDIV20 489   1,52   0,31%
  • IDX80 117   0,66   0,57%
  • IDXV30 119   -0,75   -0,63%
  • IDXQ30 135   0,08   0,06%

Memata-matai peluang kacamata kayu


Senin, 14 September 2015 / 12:54 WIB
Memata-matai peluang kacamata kayu


Reporter: Izzatul Mazidah, Merlina M. Barbara, Rani Nossar | Editor: Tri Adi

Kacamata berbingkai kayu bagi kalangan anak muda dan publik figur mampu membawa kesan unik dan tidak pasaran. Sebab pembuatannya memang customized dan dibuat oleh tangan oleh produsennya. Harga jualnya menjadi tinggi, berkisar jutaan rupiah per unit.  

Tren fesyen tidak hanya berlaku pada pakaian atapun tas dan sepatu. Produk fesyen lain seperti kacamata pun tidak luput dari putaran tren. Belakangan ini kacamata dengan bingkai kayu semakin menggeliat dengan makin populernya digunakan di kalangan anak muda dan para figur publik. Ini membuat pebisnis kacamata kayu meraup berkah.

Salah satu merek kacamata kayu dari lokal yang cukup dikenal adalah Kallestory asal Yogyakarta. Si pemilik usaha, Cliff Yusron, mengatakan sudah sejak tiga tahun lalu membuat kacamata berbahan kayu. Ini berawal dari dirinya yang memang pengguna kacamata yang suka berganti-ganti model bingkai agar tidak bosan.

Cliff harus melakukan riset dari pemilihan bahan kayu yang cocok untuk kacamata, uji joba engsel, hingga eksplorasi model yang sesuai dengan anatomi orang Indonesia.

Bahan baku yang digunakan seperti kayu rosewood, mahagony, maple, kemuning, bambu, dan kayu nangka. Selain itu juga dia menggunakan kayu bedaru, glugu, zebrawood, bahkan dengan kombinasi tanduk kerbau maupun sapi.

Sofian Arjanggi, produsen kacamata bingkai kayu lainnya, bilang, kacamata ini banyak disukai oleh anak muda. Selain untuk menunjang gaya berbusana sehari-hari, kacamata kayu ini juga bisa digunakan untuk lensa minus atau plus. "Biasanya kacamata terbuat dari plastik atau metal. Dengan bahan kayu terlihat beda dan tidak pasaran," ujar pemilik merek kacamata bernama Kabau ini.  

Bahan baku kacamata Kabau diambil dari limbah kayu bekas skateboard yang tidak dipakai lagi. Kabau didirikan bersama dua rekan lainnya yakni Akhmad Reynanto dan Bonny Andrew yang semua berlatar belakang pendidikan desain grafis. Mulai dari tahap mendesain hingga tahap penyelesaian dibuat oleh mereka bertiga dengan bermodal keterampilan dan uang Rp 3 juta di awal usaha pada tahun 2011. "Dulu saya hanya iseng buka blog dan terinspirasi buat kacamata kayu, dan bahannya dari papan skate bekas yang hanya menumpuk di gudang," kata pria penggemar permainan skateboard ini.

Kabau kini bisa menjual lebih dari 10 model kacamata saban bulan dengan harga jual di kisaran antara Rp 1 juta-Rp 1,6 juta per unit. Dengan kapasitas produksi per bulan mencapai 20 pasang kacamata, omzet yang bisa diraup tidak kurang dari Rp 50 juta per bulan.


Pasar menengah atas
Pangsa pasar Kabau sudah hampir ke seluruh kota-kota besar di Indonesia. Meski belum genap berusia lima tahun, namun produk Kabau sudah mendapat tempat hingga ke mancanegara. "Kami paling sering kirim ke Australia, Jepang, dan Hawaii, AS," katanya.

Sementara harga kacamata di Kallestory mulai dari
Rp 1,1 juta per unit. Cliff mengaku bisa meraup omzet Rp 30 juta per bulan dari penjualan kacamata bingkai kayu ini.

Pasar yang disasar memang kalangan menengah atas, mengingat harga jual yang cukup mahal. Terang saja, pembuatan kacamata ini dari buatan tangan serta memerlukan kejelian serta kreativitas tinggi. Sebagian besar pembuatan berdasarkan pesanan pembeli alias customized.

Sofian menjelaskan, satu unit kacamata butuh waktu pembuatan tujuh hari hingga 10 hari. Dia membagi tugas dengan kedua rekannya untuk mendesain, memilih bahan baku, hingga tahap finishing. Menurutnya, bagian tersulit adalah pemasangan engsel.

Soal bahan baku, Sofian mendapat skateboard bekas dari pemain-pemain skateboard secara cuma-cuma. Biasanya Sofian membutuhkan lima papan hingga delapan papan untuk produksi dalam sebulan. Dia harus tetap menyaring kayu bekas yang diterima, karena tidak semua layak untuk dijadikan bahan baku kacamata.

Adapun, Cliff membuat Kallestory dengan menentukan tebal permukaan kacamata tidak akan lebih dari 8 mm. Dia harus menentukan secara tepat lokasi serat kayu agar tetap bisa terlihat dengan baik kemudian dipres dengan presisi sehingga melengkung menyesuaikan anatomi muka sehingga nyaman dipakai.

Proses pembuatan dimulai dari molding bentuk frame, menggergaji, menghaluskan hingga proses penyelesaian dengan menutup pori-pori kayu agar tidak kemasukan air dan keringat. Selain itu, Kallestory akan menggrafir gagang kacamata dengan nama atau inisial pemesan sehingga produk itu akan sangat personal ketika dipakai oleh pembelinya. "Proses pembuatan kurang lebih memakan waktu 15 hari," ujar Cliff.

Adapun Imam Khifni, lewat usaha Rewood Java Craft Shop menggunakan limbah kayu jati, sonokeling, dan kayu lurik untuk membuat bingkai kacamata kayu bernama Rewood. Awalnya, produk buatannya lebih diterima oleh pasar di luar negeri ketimbang di dalam negeri, seperti di Singapura, Vietnam, dan Malaysia.       

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004 Banking Your Bank

[X]
×