Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Dina Hutauruk
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah Indonesia mencanangkan target Indonesia Bersih Sampah 2025. Untuk mencapai itu, sekitar 30% ditargetkan dari langkah pengurangan sampah dan 70% penanganan sampah.
Berbagai inisiatif sudah dilakukan mencapai target tersebut, termasuk meningkatkan edukasi mengenai pentingnya pengelolaan sampah serta mendorong keterlibatan berbagai pihak dalam penanggulangan permasalahan sampah.
Terkait edukasi pengelolaan sampah, pemerintah telah mencanangkan Hari Peduli Sampah Nasional (HPSN) sejak tahun 2006. Tahun ini, perayaan HPSN berlangsung selama bulan Februari dan Maret 2024 disebut sebagai Bulan Peduli Sampah Nasional 2024.
Berdasarkan data dari Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN) KLHK, dari 17 juta ton timbulan sampah pada tahun 2023, Pemerintah Indonesia telah berhasil mengelola sekitar 66,47% sampah (11,5 juta ton sampah).
Dari total timbulan sampah tersebut, hampir 16% (2,78 juta ton) sampah berhasil dikurangi dan 50% (8,8 juta ton) sampah berhasil ditangani. Namun untuk mencapai target pengelolaan sampah 100%, masih dibutuhkan peran aktif berbagai pihak untuk menerapkan pengelolaan sampah yang strategis.
Baca Juga: Mengurangi Sampah Sembari Mencari Cuan
Berdasarkan studi The Economic, Social and Environmental Benefits of A Circular Economy in Indonesia, ekonomi sirkular merupakan salah satu solusi untuk menangani permasalahan sampah.
Berangkat dari potensi tersebut, AQUA sebagai salah satu mitra strategis pemerintah, menjalankan program #BijakBerplastik untuk mendukung penerapan ekonomi sirkular di Indonesia.
Dimulai sejak 2018, #BijakBerplastik memiliki tiga fokus utama yang menjadi pilar pendekatan ekonomi sirkular yaitu pengembangan infrastruktur pengumpulan sampah, edukasi kepada konsumen dan masyarakat, serta inovasi kemasan produk.
Dalam pilar pengembangan infrastruktur pengumpulan sampah pada inisiatif #BijakBerplastik, AQUA berkontribusi membangun unit bisnis daur ulang atau Recycling Business Unit (RBU), yakni model sosial bisnis daur ulang untuk mengolah kembali sampah botol plastik menjadi cacahan plastik yang merupakan bahan baku produk daur ulang.
Saat ini, pasokan bahan baku berupa recycled PET masih menjadi tantangan implementasi ekonomi sirkular dan daur ulang di Indonesia. Sehingga para pelapak serta infrastruktur pengumpulan sampah seperti RBU yang dilengkapi dengan perangkat pendukungnya memegang peranan penting. Hingga saat ini, AQUA telah mengembangkan dan mendampingi hingga 6 unit RBU, termasuk RBU Tangerang Selatan.
Baca Juga: IKM, Startup Rekosistem Bidik Pengelolaan Sampah di Area Publik
Juleha, Koordinator Operasional RBU AQUA Tangerang Selatan, menuturkan RBU Tangerang Selatan memiliki misi mengelola sampah sebanyak-banyaknya untuk mengurangi timbulan sampah, khususnya di daerah Jabodetabek.
“Dalam menjalankan misi tersebut, kami secara konsisten meningkatkan target pengumpulan sampah dan kemitraan kami. Per 2024, kami menargetkan 150 ton sampah terkumpul per bulan.” kata Juleha dalam keterangan resmi AQUA, Sabtu (24/2).
Untuk pengumpulan sampah, RBU Tangerang Selatan telah bermitra dengan 500 pengepul sampah, 20 bank sampah, serta bekerjasama dengan sejumlah outlet makanan dan minuman, instansi pemerintah, sekolah serta beberapa outlet industri lainnya untuk mencapai target tersebut. Juleha bilang, pihaknya menargetkan penambahan kemitraan hingga 20% di 2024.”
Ia menambahkan, dalam perjalanannya, kegiatan operasional RBU Tangerang Selatan terus bertumbuh. Untuk mengumpulkan lebih banyak sampah plastik dan menjangkau lebih banyak pengepul, RBU telah memiliki satelit atau cabang RBU di Bekasi, Sukabumi dan Gunung Sindur.
“Kami melihat RBU lebih dari sekedar inisiatif keberlanjutan perusahaan, tetapi sebagai sosial bisnis yang terus bertumbuh. Dengan demikian, kami berharap RBU tak sekedar memberikan kontribusi bagi pengelolaan sampah, tetapi juga dapat mendorong pemberdayaan masyarakat sekitar.” pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News