Reporter: Vendy Yhulia Susanto | Editor: Markus Sumartomjon
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kebutuhan daging ayam yang terus terjaga di pasar dalam negeri, membuat jumlah peternak ayam semakin bertambah banyak. Ini membuka peluang bagi Chickin, usaha rintisan bidang agriculture technology (agritech) yang menawarkan layanan manajemen terpadu ternak ayam hingga distribusi ke pembeli.
Hasilnya langsung terlihat. Startup yang baru beroperasi sejak 2020 ini di awal tahun sudah mendapat pinjaman dana dari Bank DBS Indonesia sebesar Rp 250 miliar.
Dengan pinjaman modal dari bank tersebut, Chief Executive Officer Chickin Tubagus Syailendra W. berharap, bisa meningkatkan market share Chickin. Upayanya adalah dengan menyeimbangkan pertumbuhan usaha dengan kesehatan bisnis perusahaan.
"Kami mengejar sustanaibility company sampai di level arus kas. Kami menginginkan pertumbuhan (bisnis) dua kali lipat," ujar Tubagus di kantor Bank DBS, Jakarta, Senin (20/1).
Baca Juga: Bank DBS Indonesia Salurkan Pinjaman Rp 250 Miliar untuk Chickin
Untuk bisa mencapai target tersebut, Tubagus sudah memberikan standar pelayanan yang ada di aplikasi Chickin, yang menjadi panduan bagi para mitra peternak ayam.
Misalnya, untuk standar feed conversion ratio (FCR) atau perbandingan pemberian pakan dengan hasil adalah 1,7 kilogram (kg) sampai 1,8 kg pakan dikonversi menjadi 1 kg daging. Nah, dengan teknologi yang Chickin miliki, peternak saat ini bisa mengonversi 1,4 kg pakan menjadi 1 kg daging.
Selain itu, Chickin berupaya melakukan efisiensi mortalitas atau kematian. Tubagus bilang, Chickin bisa mengurangi tingkat kematian hingga 50%. Adapun secara umum, tingkat kematian ayam broiler masih di angka 6% sampai 7%.
"Saat ini, bisa kami reduce (angka kematian ayam) sampai di angka 3%," ungkap Tubagus.
Baca Juga: Cuan Pitik dari Solusi Masalah Peternak
Alhasil, dengan layanan yang diberikan, Chickin, sudah menjaring hingga 12.000 kandang mitra peternak. Rata-rata, satu kandang dimiliki tiga sampai lima peternak. Kandang-kandang ini mayoritas berada di Jawa Tengah. Dari jumlah itu, baru sekitar 10% yang memiliki contract farming dengan Chickin.
Dengan keberadaan sistem tersebut, klaim Tubagus untuk sekali siklus panen ayam broiler, bisa mencapai 45 juta ekor.
Nah, lewat contract farming, menurut Tubagus, Chickin menyediakan aplikasi manajemen kandang hingga climate control berbasis internet of things (IoT). Aplikasi ini membantu peternak dalam meningkatkan produktivitas dan efisiensi budidaya.
Selain itu, Chickin melakukan offtake terhadap hasil panen ternak ayam. Yakni, mulai dari memasok ayam hidup hingga ayam potong ke berbagai perusahaan, termasuk ke pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM).
Catatan Tubagus, ada lebih dari 200 perusahaan berbagai sektor bisnis. Mulai dari hotel, restoran, jasa katering, hingga industri pengolahan makanan.
"Fokus kami di produksi dan distribusi," tukasnya.
Selanjutnya: KSSK Waspadai dan Antisipasi Risiko Global
Menarik Dibaca: 25 Twibbon Imlek 2025 Berdesain Ular Cocok untuk Foto Profil Jelang Imlek
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News