kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45927,64   6,18   0.67%
  • EMAS1.325.000 -1,34%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Membidik pasar online demi mengokang penjualan senapan


Sabtu, 07 April 2018 / 10:05 WIB
Membidik pasar online demi mengokang penjualan senapan


Reporter: Maizal Walfajri | Editor: Johana K.

KONTAN.CO.ID - Semenjak kasus penangkapan perajin senapan ilegal di sentra senapan angin Cipacing, Jatinangor, Bandung, Jawa Barat, sentra senapan angin tersebut semakin sepi dari pembeli. Kondisi ini sudah berlangsung nyaris satu bulan lamanya.

Ini diakui oleh salah satu perajin senapan, Ujang (52). Menurutnya, semenjak kejadian tersebut, omzet penjualan senapan anginnya langsung tergerus 30%. "Terutama untuk pembelian langsung," katanya ke KONTAN (24/3).

Namun, ia tidak tidak merinci nilai penjualan dari senapan rakitannya. Yang jelas, saban bulan biasanya ia memproduksi hingga 10 senapan angin yang dibantu oleh dua karyawan. Adapun biaya produksi dari satu senapan berkisar Rp 1,5 juta dan dibanderol dengan harga Rp 4,5 juta.

Beruntung, Ujang masih bisa mengandalkan dari jalur pemasaran lain, yakni lewat online. Justru saat ini pemasaran via online menjadi andalan para pengrajin senapan termasuk dirinya.

Pemilik kios senapan angin merek UST Collection yakni Haji Ao juga mengalami hal serupa dengan Ujang. Malah, nasib pria berusia 58 tahun ini lebih miris. "Sudah sejak 20 hari ini tidak ada pembeli ke kios saya karena takut. Diperparah cuaca musim hujan, makin sepi," tandasnya ke KONTAN.

Berbeda dengan Ujang, Hari Ao memasok senapan angin dari para pengrajin di sekitar Cipacing. Ia membanderol senapan angin dengan harga Rp 1,5 juta sampai Rp 3,5 juta. Ada juga aksesori lain yang ia jual seperti peluru dan sarung senapan angin.

Lain halnya dengan Hani (29) pemilik kios Gun’sport di areal yang sama.  Bila kios lain dan pengrajin senapan angin merasa dirugikan dengan kejadian penangkapan pengrajin senapan api ilegal di Cipacing. Hani mengaku tidak alami kerugian dari kejadian ini. "Masih sama seperti hari-hari biasa," tutur Hani.

Rupaya, ia punya cara lain untuk bisa terus menjaga para pelanggannya. Salah satu hal utama adalah promosi penjualan lewat media sosial Facebook. Tak hanya itu, ia juga mulai menjajakan senapan angin rakitannya ini di situs belanja Tokopedia. "Saya memang mengandalkan pelanggan dan sekitar 70% penjualan berasal dari online," tukasnya.

Hani mengklaim dalam satu bulan Ia mampu menjual 10 hingga 50 pucuk senapan angin ke seluruh penjuru Indonesia terutama Sumatera, Sulawesi, dan Kalimantan. Melihat hasil tersebut, dalam satu bulan, ia mengaku bisa meraup omzet paling sedikit Rp 12 juta per bulan.

Sebagian besar senapan angin di  Gun’sport dipasok dari Bengkel miliknya yang mempekerjakan enam orang pengrajin.  Sedangkan sisa senapan angin lainnya datang dari pengrajin yang ada di daerah Cipacing.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Trik & Tips yang Aman Menggunakan Pihak Ketiga (Agency, Debt Collector & Advokat) dalam Penagihan Kredit / Piutang Macet Managing Customer Expectations and Dealing with Complaints

[X]
×