Reporter: Elisabeth Adventa | Editor: Johana K.
KONTAN.CO.ID - Tren olahraga panahan yang berkembang sejak empat tahun terakhir mendatangkan peluang tersendiri bagi pelaku bisnis. Salah satunya, Fajar Martiono, pemilik klub Badr Archery asal Depok, Jawa Barat.
Fajar membuka klub panahan sejak 2014. Tahun lalu, ia menawarkan kemitraan Badr Archery. "Model kemitraannya ini kemitraan beli putus. Yang sudah kerjasama ada mitra di Banjarnegara, Kudus, Padang, dan Palembang," jelasnya. Mitra pun bebas memakai nama sendiri.
Paket kemitraan yang ditawarkan senilai Rp 50 juta. Fasilitasnya peralatan panahan lengkap, seperti 10 busur panah, 3 buah papan, 4 lusin anak panah, safety arm guard, dan buku manual. Selain itu, Fajar juga akan terlibat secara langsung untuk melatih calon pemilik klub dan calon pelatih.
Fajar tak mengutip biaya royalti bulanan maupun biaya perpanjangan kemitraan. Mitra juga tidak terikat pembelian peralatan dengan pusat. Selain itu, Fajar juga membebaskan mitra menyusun program kegiatan bisnisnya. Begitu juga dengan patokan tarif latihan. "Biasanya saya kasih rekomendasi beberapa paket program latihan panahan yang sudah kami jalankan," terang Fajar.
BADR Archery sendiri menawarkan tiga paket memanah, yakni paket trial, paket member, dan paket privat. Paket trial dibanderol Rp 75.000 per orang untuk sekali latihan, paket member dibanderol total Rp 450.000 per orang.
Omzet yang bisa Fajar kantongi berkisar Rp 15 juta–Rp 20 juta per bulan. Dengan perhitungan tersebut, mitra diperkirakan bisa balik modal sekitar enam bulan. Dengan catatan, ia tidak mengeluarkan biaya sewa tempat karena selama ini menggunakan fasilitas umum yang ada. Jika butuh sewa tempat, balik modalnya bisa lebih lama, 12–18 bulan.
Dalam penilaian Djoko Kurniawan, Pengamat Usaha, tawaran kemitraan ini bisa dikatakan hanya seperti menjual alat dan program latihan. Sebab, tak ada komitmen penggunaan brand.
Bagi calon mitra yang suka belajar dan mau menjalankan bisnis ini secara independen, mungkin model ini menarik. "Tetapi bagi mitra yang suka mendapatkan sistem support secara berkesinambungan, bisa jadi tawaran kurang menarik," kata Djoko.
Ia mengatakan model kemitraan yang ditawarkan hanya seperti training dan membantu mitra mencari peralatan yang tepat.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News