Reporter: J. Ani Kristanti, Marantina | Editor: Tri Adi
Buku merupakan jendela dunia. Tak heran, banyak orangtua berusaha mendekatkan buah hatinya dengan buku bacaan. Mereka ingin memupuk kegemaran membaca bisa diterapkan sedari kecil.
Tak hanya di rumah, aktivitas untuk membaca buku atau kegiatan lain yang melibatkan buku bisa dilakukan di perpustakaan. Selain bisa mendapatkan hiburan lewat membaca buku, dengan mengunjungi perpustakaan, orangtua juga berharap anak-anak bisa belajar bersosialisasi dan berbagi dengan anak-anak lain yang sebaya dengan mereka.
Semangat untuk memupuk kecintaan anak-anak akan buku dan membaca menjadi latar belakang Suziani Fitriyana membuka perpustakaan anak-anak, Rimba Baca di kawasan Cilandak, Jakarta Selatan, sejak 2011. “Kami ingin ada tempat yang nyaman untuk anak-anak membaca, sehingga banyak anak Indonesia yang cinta buku dan membaca,” jelas dia.
Tak tanggung-tanggung, Fitriayana mendirikan bangunan lengkap dengan interior yang memang direncanakan sebagai perpustakaan. “Tujuan utama kami adalah menciptakan lingkungan dan suasana yang nyaman sehingga pengunjung, terutama anak-anak betah untuk lama-lama membaca,” kata Fitriyana.
Meski Rimba Baca merupakan perpustakaan anak-anak, tapi Fitriyana mengatakan, yang menjadi target pasarnya adalah seluruh kalangan yang senang buku dan membaca. Oleh sebab itu, selain buku untuk anak-anak, dia juga melengkapi koleksinya dengan buku-buku untuk remaja dan orang tua.
Pembagian buku dan ruangan perpustakaan anak-anak berdasarkan umur. Yakni, untuk umur 0-3 tahun, 4-8 tahun dan 9-12 tahun. Sedangkan buku untuk remaja dan dewasa terdiri dari buku fiksi, non fiksi, sejarah, hobi, dan lainnya. Total buku yang disediakan Rimba Baca berjumlah lebih dari 5.000 eksemplar. “Tiap bulan, kami selalu mengusahakan koleksi buku baru,” kata Fitriyana.
Rimba Baca menerapkan dua sistem keanggotaan. Pertama, keanggotaan dengan iuran tahunan. Dengan keanggotaan jenis ini, anggota bisa meminjam buku untuk dibawa pulang.
Kedua, sistem per kedatangan pengunjung. Untuk pengunjung yang tak menjadi anggota ini, hanya bisa membaca buku di tempat.
Biaya keanggotaan sebesar Rp 350.000 per tahun. Sementara, pengunjung yang hanya datang sekali-sekali atau non member akan dikenakan biaya Rp 30.000 per kedatangan. Rimba Baca juga melengkapi fasilitasnya dengan jaringan wifi serta ruang menyusui.
Selain ruang buku dan ruang baca, Rimba Baca juga menyediakan ruangan art. Di ruangan ini anak-anak dapat menggambar, melukis dan berkreasi. Selain itu, setiap bulan, Rimba Baca bekerjasama dengan beberapa pihak mengadakan berbagai macam acara, seperti kelas memasak, yoga, kegiatan-kegiatan science, dongeng, dan lain sebagainya.
Meski tak menyebut angka pasti, Fitriyana menuturkan, jumlah pengunjung Rimba Baca setiap hari sangat bervariasi. Pengunjung paling banyak terlihat saat akhir pekan atau libur sekolah. “Saat ini total member sekitar 500 orang,” ungkap dia.
Setelah mengoperasikan Rimba Baca selama empat tahun, Fitriyana melihat minat pengunjung cukup besar. Dia bilang, anak-anak juga terlihat senang berkunjung ke Rimba Baca. “Bahkan, seringkali anak-anak susah diajak pulang oleh orangtua mereka,” kata dia.
Minat baca anak-anak yang cukup besar juga terlihat dari perpustakaan anak-anak milik Pemda DKI Jakarta yang berada di kawasan Cikini, Jakarta Pusat. Ketika KONTAN berkunjung ke perpustakaan ini Kamis (27/8) terlihat banyak anak beraktivitas di perpustakaan dengan luas 500 m2 itu. Kebetulan juga, saat itu, sedang berlangsung lomba bercerita.
Perpustakaan anak-anak milik Pemda ini menempati lantai dua Gedung Perpustakaan Daerah yang baru dibuka 30 Maret lalu. Perpustakaan anak ini dibagi menjadi tiga zona, yaitu zona membaca, zona permainan edukasi dan zona bermain.
Norma Tridiana, Fungsional Pustakawan Pemda DKI ini bercerita, perpustakaan daerah di Cikini dulunya merupakan gedung arsip. Lantas direnovasi menjadi perpustakaan empat lantai. Renovasi tempat, kata Norma, membutuhkan waktu sekitar setahun. Setelah gedung jadi pada medio 2014 barulah para pegawai mempersiapkan koleksi buku.
Perpustakaan ini bisa menampung sekitar 100 anak dalam waktu bersamaan. Walaupun tidak dikhususkan untuk anak, mayoritas pengunjung perpustakaan milik Pemda DKI Jakarta ini merupakan anak-anak.
Jumlah pengunjung tiap hari mencapai 150 orang per hari. “Dari jumlah itu, sekitar 70% merupakan pengunjung perpustakaan anak,” kata dia.
Jumlah koleksi buku di perpustakaan ini mencapai 55.000 eksemplar. Sementara, permainan edukasi mencapai 2.200 eksemplar. “Perpustakaan anak ditujukan untuk anak berusia 1,5 tahun hingga 12 tahun atau kelas enam SD,” tambahnya.
Untuk mendatangkan koleksi buku, menurut Norma, butuh waktu sampai enam bulan. Pasalnya, buku harus ditinjau terlebih dahulu oleh pustakawan lalu melewati tahap lelang hingga diseleksi. “Setelah itu, kami sampul dan letakkan sesuai kategori,” ucap Norma.
Norma mengaku, BPAD DKI Jakarta tak pernah mempromosikan perpustakaan ini. Namun, pengunjung yang datang gemar mempublikasikan kegiatan yang mereka lakukan di perpustakaan daerah ini. Dus, pengunjung selalu bertambah.
Setelah empat bulan beroperasi, perpustakaan ini dibuka bukan hanya pada hari kerja tapi juga pada akhir pekan. Kunjungan akhir pekan bisa membludak hingga 900 orang.
Pengunjung ini datang dari warga sekitar Cikini. Namun, Norma bilang, banyak juga murid dari sekolah internasional bahkan anak ekspatriat yang mengunjungi perpustakaan ini. “Lingkupnya luas karena kami juga menyediakan buku berbahasa asing,” tuturnya.
Setelah melihat minat baca yang besar dari anak-anak, apakah Anda tertarik membuka perpustakaan bagi mereka? Peluangnya cukup bagus, mengingat banyak orangtua yang menginginkan kegiatan yang positif bagi anak-anak mereka. Selain itu, meminjam buku bisa menjadi solusi terbaik, jika dibandingkan membeli buku yang kemudian butuh tempat penyimpanan.
Koleksi buku, nyaman
Seperti usaha jasa lainnya, dalam merencanakan usaha perpustakaan anak-anak ini, terlebih dulu Anda menentukan target pasar. Sebab, segmen pasar akan mempengaruhi tingkat kenyamanan yang ingin Anda hadirkan di perpustakaan sekaligus koleksi buku.
Selanjutnya, penentuan lokasi juga sangat penting. Fitriyana mengemukakan, alasannya memilih lokasi Rimba Baca di Jl. RSPP, Cilandak ini karena berada di kawasan pemukiman yang tidak terlalu ramai dan dekat dengan beberapa sekolah. “Kami memang ingin perpustakaan berada di lokasi yang tenang, tapi tetap tidak sulit untuk dijangkau,” jelas dia.
Selain itu, sebelum membuka perpustakaan anak-anak, sebaiknya Anda juga melakukan konsultasi dengan banyak pihak, seperti yang dilakukan Fitriyana. Konsultasi terutama dilakukan dengan anak-anak, para orangtua, psikolog, guru, ahli pendidikan dan lainnya. “Saya juga melakukan riset tentang perpustakaan dan buku-buku,” kata Fitriyana.
Di perpustakaan anak-anak ini kenyamanan juga menjadi syarat mutlak. Sebab, menurut pengalaman Fitriyana, dengan tempat yang nyaman timbul keinginan anak-anak untuk kembali berkunjung ke Rimba Baca. Tak heran, biaya untuk membangun perpustakaan ini cukup besar. Meski tak mau menyebutkan modalnya ketika memulai usaha ini, Fitriyana mengakui modalnya cukup besar untuk koleksi buku, furnitur, dan lain sebagainya.
Selain menyediakan ruang-ruang yang nyaman untuk membaca, koleksi buku menjadi perhatian. Norma mengatakan, koleksi buku menjadi kunci agar perpustakaan bisa bertahan lama. “Sebab, koleksi buku itu akan menjadi daya tarik pengunjung,” terang dia.
Untuk menentukan buku-buku yang menjadi koleksinya, Rimba Baca memilihnya berdasarkan berbagai referensi. Oleh sebab itu, pemilik perpustakaan sebaiknya adalah orang yang memang memiliki ketertarikan dengan buku. Selain dari referensi, Fitriyana juga memilih buku berdasarkan masukan dan permintaan anggota.
Menyesuaikan lokasi perpustakaan di Jakarta Selatan, Rimba Baca lebih banyak mengoleksi buku-buku dalam berbahasa Inggris yang menarik dan bagus untuk anak-anak. “Tapi, kami juga masih terus menambah koleksi buku berbahasa Indonesia,” terang Fitriyana. Selain membeli buku-buku dari dalam dan luar negeri, Fitriyana menambahkan juga beberapa kali mendapat sumbangan dari para anggotanya.
Setelah semuanya terpenuhi, jangan lupa untuk melakukan promosi. Tujuannya, supaya masyarakat mengetahui keberadaan perpustakaan Anda. Fitriyana bilang, Rimba Baca banyak melakukan promosi melalui sosial media, perteman-an. “Awalnya pengunjung tidak terlalu banyak, tapi setelah melakukan promosi dari mulut ke mulut dan juga social media, alhamdulillah, sudah semakin banyak pengunjung,” kata dia.
Soal biaya, pengeluaran operasional usaha ini ada pada gaji pegawai, listrik, air, internet, telepon, peralatan art. Namun, Fitriyana mencatat, biaya terbesar untuk menambah dan memperbaharui koleksi bukunya.
Anda tertarik membuka jendela dunia ini?
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News