Reporter: Jane Aprilyani | Editor: Tri Adi
Kuliner khas daerah menjadi salah satu daya tarik pengunjung ketika berwisata ke suatu daerah. Ketika mampir ke Banten, Anda akan disuguhkan kuliner khas setempat yakni sate bandeng. Banyak pengusaha dari masyarakat setempat yang menjajakan menu ini di daerah Serang. Mereka bisa meraup omzet hingga puluhan juta rupiah sebulan dari bisnis ini.
Setiap daerah di Indonesia memiliki makanan khas masing-masing. Ini menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan yang berkunjung ke daerah tersebut. Tidak terkecuali Banten, Jawa Barat. Wilayah ini memiliki kuliner khas yakni sate bandeng. Makanan ini banyak ditemui di daerah Serang. Sesuai dengan namanya, makanan ini berbahan baku daging ikan bandeng yang dihaluskan dengan berbagai bumbu kemudian dimampatkan pada bambu kemudian dibakar.
Sesekali jika sedang berwisata ke daerah Banten, jangan lupa membeli sate bandeng untuk oleh-oleh. Banyak masyarakat setempat menjalankan usaha sate bandeng di tapal batas antara kota Serang dan Tangerang. Salah satu pengusaha sate bandeng ini adalah Ratu Toety Machfudoh dengan mengusung merek Sate Bandeng Ratu. Dia bilang, dulu bandeng merupakan kudapan khas yang dikonsumsi oleh para sultan di daerah Banten. “Jadi produk olahan bandeng merupakan makanan unggulan masyarakat di Serang” ucap Ratu Toety kepada KONTAN.
Konsumen yang membeli sate bandeng buatannya tidak hanya perorangan. Dia juga memasok ke distributor dan toko oleh-oleh di Cilegon dan area sekitar Serang, Banten. Selain itu, dia juga menjual lewat toko online.
Ratu Toety mengemas sate bandeng dalam kotak dengan dominasi warna hijau. Harga jual ke distributor sekitar Rp 30.000 per kotak. Darisitu, distributor bisa menjual ke konsumen sekitar Rp 35.000−Rp 36.000 per kotak.
Dalam sehari rata-rata dia membutuhkan 30 kg atau sekitar 100 ekor bandeng untuk produksi. Ratu Toetu mengaku bisa meraup omzet Rp 3 juta per hari atau sekitar Rp 90 juta per bulan. "Laba bersih bisa sekitar 50% dari omzet per bulan," kata dia.
Pelaku usaha lainnya adalah Putri Apriyanti yang mengusung merek Sate Bandeng Ibu Aliyah. Usaha ini didirikan oleh orangtuanya yakni Aliyah dan Rudi Radjiman sejak tahun 1989. Putri mengklaim, keunggulan produknya terletak pada rasa pedas sate tanpa mengurangi cita rasa daging bandeng itu sendiri.
Dengan kemasan kotak berwarna merah, Sate Bandeng Ibu Aliyah dijual seharga Rp 35.000 per kotak. Usaha yang berlokasi di Jalan Lopang Gede No. 7, Kecamatan Serang ini dalam sehari bisa menjual 60 hingga 70 bungkus sate bandeng. Jadi omzet rata-rata Rp 2,1 juta atau sekitar Rp 2,4 juta per hari. Jika dihitung sebulan, omzetnya bisa mencapai Rp 63 juta−Rp 73 juta. "Laba bersih sekitar 30−40% dari omzet per bulan," ujar Putri.
Pemasaran Sate Bandeng Ibu Aliyah selain dari gerai offline, juga dilakukan via online, ataupun melalui distributor untuk memasok ke minimarket di Jakarta, seperti Tip Top, atau pasar swalayan Gelael. Sementara pesanan perorangan sebagaian besar dari Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Padang, dan tentu dari daerah-daerah di sekitar Kota Serang.
(Bersambung)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News