CLOSE [X]
kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.348.000   -16.000   -0,68%
  • USD/IDR 16.725   -32,00   -0,19%
  • IDX 8.414   -5,56   -0,07%
  • KOMPAS100 1.163   -1,38   -0,12%
  • LQ45 846   -2,34   -0,28%
  • ISSI 294   -0,29   -0,10%
  • IDX30 440   -1,80   -0,41%
  • IDXHIDIV20 510   -4,13   -0,80%
  • IDX80 131   -0,28   -0,21%
  • IDXV30 135   -0,09   -0,06%
  • IDXQ30 141   -1,39   -0,98%

Memburu barang lawas di Surabaya (1)


Minggu, 08 Juni 2014 / 13:55 WIB
Memburu barang lawas di Surabaya (1)
ILUSTRASI. PT Apexindo Pratama Duta Tbk (APEX) menargetkan peningkatan utilisasi rig untuk tahun ini. Foto: DOK Apexindo


Reporter: Tri Sulistiowati | Editor: Rizki Caturini

Surabaya sudah menjadi salah satu tempat wisata dan bisnis yang banyak dikunjungi oleh pengunjung lokal maupun internasional. Selain memiliki banyak tempat wisata sejarah dan kuliner, kota yang mendapat julukan Kota Pahlawan ini juga memiliki pusat penjualan barang-barang antik.

Lokasi tepatnya berada di sepanjang Jalan Bodri, di samping Gelora Pancasila, Surabaya, Jawa Timur. Butuh waktu sekitar 45 menit mencapai tempat ini dari Bandara Juanda, Surabaya. Sentra tersebut tidak mempunyai nama khusus. Umumnya warga sekitar menyebutnya dengan pasar barang antik Bodri.

Terlihat ada sekitar sepuluh kios yang berjajar di sepanjang jalan Bodri. Luas tiap-tiap kios tidak terlalu luas, hanya berukuran sekitar 4 meter (m) x 4 m.

Harun Herdian, salah satu pemilik kios di sentra ini bercerita, sentra tersebut sudah ada sejak tahun 2000-an. Kini pasar barang antik Bodri merupakan satu-satunya lokasi sentra barang antik yang berlokasi di pinggir jalan yang bisa ditemui di Surabaya. Sebab, kebanyakan para pengusaha barang antik lainnya sudah beralih lokasi usaha ke dalam galeri-galeri barang antik.

Meski usia pusat penjualan barang antik ini masih berusia belasan tahun, tetapi kebanyakan kios-kios di sentra itu sudah dijalankan oleh para penerus si empunya kios, seperti anak atau cucu mereka.

Barang antik yang dijual di sini terbilang cukup lengkap. Anda bisa menemukan berbagai barang lawas seperti lampu antik, radio, kursi, almari, meja rias dan lainnya. Namun, para pedangang disini ternyata tidak hanya mempunyai barang-barang yang sudah berusia puluhan tahun, tetapi juga barang yang masih terbilang cukup baru.

Ini untuk memenuhi permintaan konsumen yang juga mencari barang-barang baru. “Tidak jarang konsumen ke sini mencari barang-barang yang relatif baru,” jelas Mudi, salah satu penjaga kios barang antik di sentra tersebut.

Bila Anda tidak menemukan barang yang dicari, tidak perlu sungkan untuk bertanya dengan sang penjaga atau pemilik kios. Karena, mereka biasanya masih menyimpan koleksi antik lainnya di rumah atau gudang pribadi mereka.

Karena lokasinya yang ada di pinggir jalan, para pelanggan dapat dengan mudah memarkirkan kendaraannya tepat di depan salah satu kios. Di sana, para pemilik kios rata-rata membanderol harga barang antiknya relatif sama. Harun misalnya, membanderol harga barang antik koleksinya mulai Rp 50.000 hingga Rp 40 juta tiap barang, tergantung usia dan keunikan barang.

Tidak jauh berbeda, Mudi membanderol harga koleksinya mulai Rp 100.000 sampai Rp 25 juta per produk. Meski harga barangnya terbilang tinggi, omzet yang mereka dapatkan terlalu tidak besar. Maklum, karena barang koleksi, transaksi penjualan tidak selalu terjadi setiap hari.

Harun mengaku yang hanya mengantongi omzet sekitar Rp 5 juta tiap bulan. Keuntungannya sekitar 30% dari omzet per bulan. Sedangkan Mudi rata-rata meraup omzet sekitar Rp 3 juta−Rp 4 juta per bulan.     n

(Bersambung)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004 Pre-IPO : Explained

[X]
×