kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Memburu untung dari budidaya burung hantu (1)


Rabu, 31 Oktober 2012 / 20:21 WIB
Memburu untung dari budidaya burung hantu (1)
ILUSTRASI. JAKARTA,17/07-BERMASKER DI HALTE TRANSJAKARTA. KONTAN/Fransiskus Simbolon


Sumber: Kontan 31/10/2012 | Editor: Havid Vebri

Sekilas, burung hantu sekilas terlihat sangar. Bagi sebagian orang, suara burung hantu bisa membuat merinding. Maklum, ada  mitos  yang mengatakan bunyi predator malam ini sebagai penanda datangnya hantu.

Burung hantu memiliki dua suku utama yakni tytonidae dan strigidae.  Marga yang beredar di Indonesia sebagian besar adalah tyto, otus, dan ninox. Burung ini masuk golongan binatang buas karena pemakan daging atau karnivora.

Dengan sifat ini, burung hantu membantu manusia dalam memangsa hewan pengganggu, seperti tikus atau ular. Fungsi ini pula yangmembuat budidaya hewan unik ini menjanjikan laba. Salah satu orang yang membudidayakan nya adalah Anto Srianto. Pria asal Surabaya ini memiliki usaha Tekno Tani.

Bekerjasama dengan Paguyuban Pusat Pelayanan Agen Hayati (BPAH Mojopahit Mojokerto) Jawa Timur,  Anto membudidayakan burung hantu jenis tyto alba. Ia melatih burung ini untuk memburu tikus. Ia hanya menjual burung hantu dewasa usia delapan bulan.

Harga jual burung jenis  tyto alba per pasang sebesar Rp 3,5 juta, khusus untuk pembeli di pulau Jawa. Untuk pembelian luar Jawa, Anto mematok harga Rp 7,5 juta per pasang telah termasuk ongkos kirim dan pelatihan untuk pemeliharaan burung hantu tersebut.

Satu pasang burung hantu tyto alba beserta anak-anaknya bisa memakan 10 ekor tikus per hari. Namun, burung ini mempunyai insting untuk membunuh hingga 30 ekor tikus per hari.

Anto mengaku telah mengirimkan burung hantu ke Kendal, Gorontalo, Lampung dan Kalimantan. "Saya baru saja mengirimkan tujuh pasang ke Kalimantan untuk pengendalian tikus di kawasan kebun kelapa sawit," tutur Anto.  Omzetnya usaha Anto per bulan sekitar Rp 20 juta - Rp 50 juta.

Agus Suwarto, pemilik Roemah Satwa juga menjual burung hantu jenis tyto alba atau dikenal juga dengan istilah barn owl. Namun, Agus menjual burung hantu sebagai burung hias. Makanya, ketika masih berusia dua bulan sudah ia jual dengan harga Rp 250.000 per ekor. Omzet Agus baru Rp 3 juta sebulan.  

(Bersambung)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×