kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Memetik untung indigofera, sumber protein bagi hewan


Sabtu, 12 Mei 2018 / 17:10 WIB
Memetik untung indigofera, sumber protein bagi hewan


Reporter: Tri Sulistiowati | Editor: Johana K.

KONTAN.CO.ID - Indigofera alias tarum awalnya hanya dianggap sebagai tanaman liar. Namun, kini, tarum menjadi buruan. Para perajin batik menggunakan indigofera sebagai pewarna alami.   

Selain itu, tanaman ini juga mengandung protein tinggi, yang banyak dimanfaatkan sebagai pakan ternak, seperti kambing. Tapi, belakangan, banyak peternak unggas, khususnya bebek, yang memberi makan peliharaannya dengan indigofera.  

Lantaran kian tersohor, tarum pun mulai banyak dibudidayakan. Salah satunya oleh Christian Priangga Bayu. Dia sudah membudidayakan tarum sejak 15 bulan lalu di Yogyakarta.  

Awalnya, Christian menanam tarum untuk kebutuhan pakan ternaknya. Dia memelihara 200 kambing. Lantaran, permintaan terus mengalir, dia lantas menjual bibit indigofera.

Saat ini, tersedia ratusan pohon indukan indigofera di lahannya. Sedangkan, bibit yang siap jual ada lebih dari 200 polybag.

Christian membanderol bibit tarum mulai dari Rp 3.500 untuk bibit setinggi 35 cm dan Rp 6.000 untuk tanaman yang sudah mencapai tinggi semeter. Dalam satu bulan, penjualan rata-rata mencapai 500 pohon sampai 1.000 pohon.  

Selain di sekitar Yogyakarta dan Jawa Tengah, pemburu bibit indigofera datang dari luar Jawa. Sebut saja, Sulawesi, Sumatra hingga Kalimantan. Selama ini, dia mengirimkan pesanan bibit tarum menggunakan jasa kargo. "Tidak perlu takut tanaman stres, karena indigofera ini tergolong tanaman bandel," katanya pada KONTAN, Senin (30/4).

Pembudidaya lainnya adalah Nur Sigit Satoto asal Semarang, Jawa Tengah. Dia mengaku sudah membudidayakan tanaman pewarna ini sejak 2015 lalu. Lahan perkebunannya ada di Desa Candirejo, Kecamatan Tuntang, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah.

Tidak sebanyak Christian, di lahannya, Sigit hanya memiliki sekitar 100 pohon indukan indigofera. Bibit yang siap dia pasarkan juga berjumlah sekitar seratusan pohon dengan rata-rata ketinggian tanaman 50 cm.

Sigit membanderol harga jual bibitnya Rp 2.500 per polybag. Dalam sebulan, dia bisa mendistribusikan sekitar 100 pohon. Konsumennya pun beragam, tidak hanya perserorangan tapi juga kelompok tani dan ternak yang berada di Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Jawa Barat.

"Tanaman ini memang banyak dimanfaatkan sebagai pakan ternak karena mempunyai kandungan protein yang tinggi," katanya pada KONTAN. Dengan memanfaatkannya indigofera sebagai pakan ternak dapat membuat biaya operasional lebih efisien, karena peternak tidak perlu lagi membeli pakan pabrikan dengan kandungan protein tinggi.  

Lantaran penjualan masih terbatas di Pulau Jawa, Sigit cukup menggunakan truk untuk mengirimkan bibit tarum. Untuk pemesanan dalam jumlah banyak, polybag dapat disusun rapi dalam kardus. Bila waktu perjalanan terlalu lama, tanaman akan disiram untuk menjaga kesegaraannya.     

Mudah beradaptasi, tanaman nebas serangan hama

Budidaya indigofera cukup mudah. Tanaman ini juga tergolong mudah beradaptasi dalam kondisi kering dan basah.

Christian Priangga Bayu, pembudidaya asal Yogyakarta mengatakan penyiraman indigofera tak harus rutin. "Tanaman ini bisa tumbuh di tanah yang kering atau terlalu basah," terangnya.  

Hanya, pemupukan harus rutin dilakukan, yaitu setiap enam bulan sekali. Sebaiknya menggunakan pupuk organik yang berasal dari kotoran kambing. Agar pertumbuhan maksimal, tanaman harus terpapar sinar matahari langsung untuk mendukung proses foto sintesis.

Salah satu kelebihannya, indigofera tak disukai hama kutu atau serangga lainnya. Selain itu, juga tahan terhadap penyakit. Supaya pohon tak terlalu tinggi, tanaman harus dipangkas.

Budidaya indigofera bisa dilakukan dengan dua cara. Pertama, melalui stek batang. Anda bisa memilih dahan dengan diameter sebesar sedotan dari tanaman yang berumur setahun.  Potong sekitar 15-20 cm, lalu tancapkan kedalam media tanam yang berisi campuran tanah, sekam, dan pupuk organik dari kotoran kambing dengan perbandingan 1:1:1.

Kedua, melalui biji. Keluarkan biji dari buah yang sudah kering. Kemudian siram dengan air panas anagar mudah pecah dan mengembang.  Biji juga  harus direndam selama tiga hari dengan air hangat hingga normal. Setelah itu, disemai di atas kapas basah dengan penutup.  

Saat mulai tumbuh akar dan tunas, pindahkan bibit ke media tanam dengan campuran tanah, sekam dan pupuk dari kotoran kambing. Siram secara teratur sehari sekali dan berikan cukup sinar matahari agar pertumbuhan tanaman dapat maksimal. "Tanaman ini lebih cepat tumbuh jika bibit berasal dari biji," kata Christian.  

Nur Sigit Satoto, pembudidaya asal Semarang, Jawa Tengah mempunyai cara yang sedikit berbeda untuk perawatan indigofera. Ia menyiram tanamannya dua kali sehari. Pemupukan dilakukan setiap bulan dengan pupuk kandang.  

Sinar matahari harus menerpa tanaman. Tak perlu ada naungan di atas agar pertumbuhan daun dapat maksimal dan lebih cepat.

Untuk pembudidayaan, Sigit juga menempuh cara seperti Christian. Yakni, melalui stek batang dan biji. Untuk bibit yang sudah mulai mengeluarkan tunas baru dan tumbuh dapat dipindahkan kedalam polybag yang berisikan campuran tanah dengan pupuk kandang dengan perbandingan 1:1.

Setelah dua bulan, pemupukan bisa ditambah sedikit urea untuk merangsang pertumbuhan tanaman lebih cepat. Bibit tanaman baru sebaiknya dipindahkan ke area perkebunan atau tanah lapang saat berumur tiga bulan.   

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Mastering Financial Analysis Training for First-Time Sales Supervisor/Manager 1-day Program

[X]
×