Reporter: Pratama Guitarra | Editor: Rizki Caturini
BUKAN hanya ingin memacu bisnis untuk mendulang keuntungan sendiri, alasan I Made Dwija Nurjaya mendirikan industri pembuatan dupa adalah juga untuk memberdayakan masyarakat Bali khususnya wanita. Atas dasar keprihatinan dan semangat untuk merubah kondisi warga disekitar tempat tinggalnya, pria yang akrab disapa Dwijaya ini mantap menjalankan bisnis ini.
Dwijaya menilai, kriminalitas cukup tinggi berkembang di daerah Bali serta praktek prostitusi dari pendatang Bali. "Itu juga yang membuat saya memiliki ide untuk kemudian memberdayakan wanita agar tidak terjerumus kedalam ajang prostitusi di Bali," tutur Dwija.
Ia memulai pemberdayaannya kepada wanita dengan melakukan pendekatan spiritual dan ekonomi sosial. "Kalo ekonomi nya terpenuhi maka spiritual nya akan mudah untuk diperbaiki," katanya.
Kenapa lebih memberdayakan wanita? Dwijaya mengatakan, karena pada dasarnya terkait produksi, wanita lebih teliti dalam bekerja dibandingkan laki-laki. Selain itu, wanita akan lebih mudah terpengaruh terhadap budaya Barat yang tidak bisa dibendung di Bali. Dia melihat, jika wanita diberdayakan, setidaknya akan lebih mengurangi tingkat prostitusi yang ada di Bali.
Selain menampung kreativitas masyarakat di Bali, dia juga ingin merubah pemikiran warga agar apa yang dilakukannya lebih produktif serta menanamkan etos kerja yang baik. Dalam produktivitas pembuatan dupa, Dwijaya mengajarkan cara kerja tradisional. Karena, pembuatan dupa ini identik dengan budaya yang telah dilestarikan dari jaman dulu. "Jika diubah dengan cara pembuatan modern, maka akan semangat dan nilai kejujurannya akan menghilang," ujar dia.
Namun, niat baik untuk memberdayakan warga sekitar nyatanya tidak berjalan mulus. Dwija mengaku banyak merugi di awal pendirian Dupa Ayur. Masalahnya, ia belum bisa menemukan komposisi yang tepat agar bisa untung. Kemudian, seringkali, harga dupa yang ia patok untuk dijual ternyata tidak menutupi biaya produksi. “Baru pada 2005 saya menemukan equlibrium, kira-kira untuk bisa untung, komposisinya seperti apa,” kenang pria yang memiliki tiga orang anak ini.
Kemudian, sejak mendapat bantuan pendanaan dari perusahaan modal ventura PT Sarana Bali Ventura, usahanya semakin berkembang. Usaha pembuatan dupa yang semula hanya dikerjakan delapan tenaga kerja kini melibatkan 50 tenaga kerja wanita yang berasal dari masyarakat sekitar.
Dalam perjalanan bisnisnya, ia juga pernah mengalami kejadian pahit. Suatu ketika dupa produknya dicuri dalam jumlah yang banyak oleh pekerjanya hingga senilai Rp 15 juta. Tetapi, hal itu biasanya terjadi dalam bekerja. Ia menilai, tak semua orang bekerja dengan jujur.
Saat ini, untuk lebih mengembangkan usahanya, ia sudah memesan mesin manual dari Vietnam untuk dapat memproduksi dupa lebih banyak lagi. "Dengan adanya mesin itu, setiap orang bisa memproduksi sebanyak 2.000 dupa dalam sehari," kata Dwijaya. n
(Selesai)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News