Reporter: Rani Nossar | Editor: Johana K.
BANJARMASIN. Banjarmasin sebagai ibukota Kalimantan Selatan memang terkenal sebagai kota seribu sungai. Tidak heran pasar terapung merupakan ikon wisata yang sangat terkenal dan tidak pernah bisa lepas dari Kalimantan Selatan.
Di Kalimantan Sendiri terdapat 2 pasar terapung yang cukup terkenal yang melewati dua jalur sungai, yaitu Pasar Muara Kuin yang berada di sepanjang jalur Sungai Barito dan pasar ini yang paling tua usianya sebab sudah ada sejak masih ada Kerajaan Banjar. Pasar Muara Kuin berada di wilayah Kelurahan Alalak Selatan, Kecamatan Banjarmasin Utara, Banjarmasin. Sedangkan pasar terapung lainnya bernaman ada Pasar Terapung Lok Baintan yang berada di jalur Sungai Martapura dan masuk ke wilayah Kabupaten Banjar.
Jika Anda berminat berkunjung, harus menyewa jukung (sampan kecil) untuk bisa berkeliling pasar. Para pedagang pasar terapung mulai berdatangan dari setelah waktu solat subuh yakni pukul 05.00 pagi dan mulai bubar sekitar pukul 8 pagi. Bubar cepat sebab aktivitas pasar terapung mengikuti arus air sungai, makin siang pasarnya akan makin ke hilir, sulit untuk beraktivitas di siang hari. Mereka datang untuk berjualan, dan bubar dengan sendirinya ketika matahari pagi mulai terik.
Kedua pasar ini memang cukup terkenal sejak dulu, namun keberadaan penjual yang berdagang di pasar itu semakin sepi, terutama Pasar Terapung Muara Kuin. Saat KONTAN berkunjung ke Pasar Terapung Muara Kuin pukul 06.00 pagi penjual yang datang memang tidak sesuai ekspektasi. Pasar yang identik dengan kesan sesak, penuh, dan ramai, tidak terlalu terlihat.
Pasar terapung tidak memiliki organisasi seperti pada pasar pada umumnya, sehingga tidak tercatat berapa jumlah pedagang. Saat tim KONTAN menyambangi lokasi dan menghitung jumlah pedagang, tidak lebih dari 30 pedagang yang berdagang sayur, buah, makanan untuk sarapan, hingga oleh-oleh seperti miniatur perahu. Seiring berjalannya waktu, sistem barter tidak berlaku lagi di sini. Semua transaksi antara pembeli dan penjual maupun turis yang berkunjung menggunakan uang.
Menurut pedagang-pedagang yang berada di sana, para pedagang banyak yang pindah dan tidak mau kembali lagi ke Muara Kuin disebabkan karena adanya pasar terapung baru yang menjadi objek wisata baru, yang bernama Pasar Terapung Siring Piere Tendean.
Pasar Terapung Siring Piere Tendean ini merupakan pasar terapung dibuat pemerintah kabupaten Banjar akhir 2013 lalu. Lokasinya berada di Sungai Martapura dan tepat bersebrangan dengan Masjid Sabilal Muhtadin. Uniknya pasar terapung yang bisa dibilang baru ini masih satu jalur dengan Pasar Terapung Lok Baintan yang juga melewati jalur sungai Martapura.
Pasar Siring Piere Tendean ini memang dibuat untuk tempat wisata sehingga pedagang yang berjualan disini dibayar oleh pemerintah kabupaten.
Rusli Asrul (55), pedagang yang menjual bumbu-bumbu
"Jelas mereka banyak yang pindah ke sana, sebab laku tidak laku, mereka tetap dibayar. Karena itu tempat wisata. Kalau pasar ini kan bukan tempat wisata dan sudah ada sejak dulu, " kata Rusli.
Siti Nurjanah (40), salah satu pedagang buah-buahan yang KONTAN tanyakan juga bilang pedagang yang muda-muda tidak berminat lagi berjualan di Pasar Muara Kuin.
Sebab jika berdagang di Muara Kuin atau Lok Baintan harus menggunakan perahu dan mereka harus tambah modal lagi untuk perawatan perahu.
"Perahu peninggalan orangtua dulu sudah rusak dan banyak tidak mau meneruskan dan memilih ke darat. Kalau di Pasar Siring jualannya meski di sungai tapi lokasinya di pinggir sungai dan tidak perlu pakai perahu, " kata Rusli.
Rusli, Nurjanah, dan pedagang lainnya yang masih bertahan di Muara Kuin disebabkan lokasi rumah mereka yang dekat dengan Sungai Barito. Dan mereka tidak berminat pindah ke Pasar Siring karena memerlukan waktu lama untuk mengangkut barang ke sana.
Perlu diakui juga, mereka mengaku generasi sekarang merasa gengsi untuk berjualan di Pasar Terapung. Mereka memilih berdagang di bidang lain di darat. "Setiap setahun sekali juga perahu perlu diperbaiki supaya awet, biaya perbaikan juga butuh modal besar, " kata Rusli.
Para pedagang di Muara Kuin sangat khawatir popularitas pasar Muara Kuin dan Lok Baintan tidak sepopuler dulu. Ia mengenang dulu bukan hanya turis lokal yang kesini bahkan turis asing sering berkunjung menyewa klotok (perahu kecil). Bahkan popularitas pasar terapung di Kalimantan pernah melebihi pasar terapung di Vietnam dan Thailand.
Nurjanah menyayangkan gagasan pemerintah membangun pasar terapung buatan seharusnya tidak membuat pasar terapung yang ratusan tahun berdiri menjadi sepi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News