Reporter: Syamsul Ashar | Editor: Syamsul Azhar
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Budidaya ikan dengan sistem bioflok menjadi salah satu alternatif peluang usaha yang menarik untuk dikembangkan pada masa pandemi virus korona Covid-19.
Sebab saat ini konsumsi ikan di Indonesia cenderung mengalami kenaikan, baik ikan tangkap air laut, maupun ikan budidaya air tawar, terutama budidaya ikan dengan cara bioflok.
Gambaran peluang budidaya ikan dengan kolam terpal sistem bioflok ini terungkap dalam program pelatihan entrepreneurship bertema Pelatihan dan Usaha Ikan Nila yang mengusung tagline #AyoBangkit yang digelar Komunitas Jurnalis Mancing Indonesia di desa Mekar Wangi, Kecamatan Sereal, Bogor, Minggu (25/4/2021).
"Melalui pelatihan budidaya ikan dengan kolam terpal sistem bioflok ini kami harapkan anggota JMI bisa turut serta menjaga ketahanan pangan dan gizi masyarakat Indonesia sebagai salah satu pemasok ikan nila," ujar Firman Wibowo, Ketua Umum JMI.
Pada kesempatan yang sama Edy Sabni Rosa, Wakil Pimpinan Cabang BNI cabang Bogor menyampaikan bahwa pembudidaya ikan dengan sistem bioflok ini bisa mendapatkan akses pembiayaan dari perbankan khususnya Kredit Usaha Rakyat.
Edy yang juga memiliki pengalaman dalam budidaya ikan nila merah ini mengungkapkan, prospek budidaya ikan nila merah ini sangat cerah sehingga pelaku usahanya bisa mendapatkan kredit dari perbankan.
"Saya minggu lalu baru jual hasil panen, pembelinya rebutan," kata Edy.
Ia pun memberikan saran-saran agar pembudidaya ikan nila merah dengan sistem bioflok ini melengkapi usahanya dengan Izin Usaha Mikro Kecil (IUMK) dari kelurahan atau kecamatan setempat.
Selain itu pembudidaya ikan dengan sistem bioflok ini minimal harus melakukan usahanya selama enam bulan, agar pihak bank bisa menganalisa kelayakan dalam penyaluran kredit.
Pembudidaya ikan dengan sistem bioflok juga harus memiliki laporan keuangan sederhana yang menggambarkan arus kas dan omzet usaha dari budidaya ikan dengan sistem bioflok ini.
Sebagai informasi budidaya ikan menggunakan sistem bioflok ini merupakan teknik budidaya ikan dengan bantuan bakteri pengurai yang baik atau sering disebut dengan pro biotik.
Bakteri yang berupa gumpalan -gumpalan di kolam ini yang ini sering disebut dengan bioflok. Bakteri inilah yang mampu mengurai limbah sisa pakan ikan yang ada di dasar kolam maupun kotoran ikan atau feses.
Bakteri bioflok inilah yang menjadi makanan tambahan bagi ikan yang ada di kolam dengan sistem bioflok tersebut.
Dengan adanya tambahan makanan dari bakteri bioflok ini, maka pertumbuhan ikan di kolam dengan sistem bioflok menjadi lebih cepat.
Rata-rata budidaya ikan seperti nila dengan sistem bioflok, untuk benih ukuran 7 centimeter (cm) - 9 cm bisa dipanen dalam jangka waktu tiga hingga empat bulan dengan rerata ukuran ikan sekilo 6 ekor - 8 ekor.
Setiap meter kubik air di kolam bioflok bisa 150-200 ekor ikan. Dengan diameter 4 meter artinya 7-8 kubik air, artinya bisa menampung sebanyak
1000-1400 ikan.
Namun yang perlu diperhatikan dalam menyiapkan kolam bioflok ini adalah aerasi atau suplai oksigen dalam air kolam bioflok dengan dengan cara menyemprotkan air ke udara atau dengan memberikan gelembung-gelembung halus udara dan membiarkannya naik melalui air.
Aerasi dalam budidaya ikan di kolam dengan sistem bioflok ini sangat penting, karena suplai oksigen ini selain dibutuhkan untuk ikan yang padat tebar, juga dibutuhkan bagi bakteri yang hidup di kolam tersebut.
Karena itu, apabila suplai oksigen terhenti akibat aerator mati karena rusak atau mati listrik, maka perlu perlakuan khusus kepada ikan di kolam bioflok.
Bisa dilakukan dengan menurunkan volume air, agar ikan lebih mudah mendapatkan oksigen, sebaiknya aerator yang mati jangan lebih dari dua jam, karena bisa menyebabkan ikan di kolam bioflok mati akibat kurang oksigen.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News