Reporter: Tri Sulistiowati | Editor: Johana K.
KONTAN.CO.ID - Ayam asal China yang bernama golden pheasant ini kembali naik daun. Kilau warna emas pada bulunya memukau para pehobi atau peternak ayam hias.
Tak hanya itu, saat memasuk masa birahi, bulu pejantan akan mekar bak bulu burung merak. Ekor pejantan dan betinanya pun dapat tumbuh panjang hingga mencapai satu meter.
Sejatinya, ayam bulu emas ini sudah masuk ke Indonesia sekitar tahun 1980'an. Sempat pasang-surut, pada tahun 2010 lalu, peminat ayam golden pheasant ini kembali naik. Kondisi ini pun bertahan hingga kini.
Harga jualnya yang tinggi menarik para pembudidaya untuk mengembangbiakkannya. Salah satunya, Saiful Aziz asal Yogyakarta. Dia mulai beternak ayam emas ini sejak tahun 2014 lalu, setelah mendapatkan bibit indukan dari temannya.
Saat ini, di peternakan Saiful tersedia 30 ekor yang siap jual. Ia menjual ayam golden pheasant ini mulai Rp 7,5 juta ekor untuk anakan berumur enam sampai tujuh bulan. Sedangkan, untuk indukan dengan kualitas bagus, dia jual mulai dari Rp 9 juta-Rp 11 juta per ekor.
Dalam sebulan, dia dapat menjual sampai 10 ekor ayam. Untuk pengirimannya menggunakan cargo pesawat dan darat disesuaikan lokasi konsumen.
Selama ini, Saiful lebih banyak berjualan melalui media digital. Tak heran, konsumennya datang dari berbagai kota, baik dari Jawa maupun Sumtara. "Ayam ini aman untuk dikirim ke lokasi yang jauh karena dia mudah beradaptasi," katanya pada KONTAN, Senin (22/1).
Peternak lainnya adalah Raden Abdurohman asal Pekanbaru. Raden baru menjajal peruntungan budidaya ayam emas pada Mei 2017 lalu.
Sampai sekarang, dia sudah punya empat pasang indukan dan lima anakan yang siap untuk dipasarkan. Sama seperti Saiful, Raden juga menggunakan jasa pengiriman kargo pesawat.
Kebanyakan konsumennya berasal dari sekitar Sumatra dan Jawa. "Pembelinya lebih ramai dari Jawa karena orang sana masih percaya bila punya hewan unik itu dapat menjadi perlambang tingginya tingkat ekonomi," katanya pada KONTAN.
Untuk mengembalikan kondisi ayam yang menurun setelah menempuh perjalanan jauh, ada baiknya pemilik tidak langsung memberikan minum tapi digantikan dengan buah pepaya.
Bila si ayam menghabiskan pepaya artinya tidak stres dan dapat diberikan minum dan pakan. Tapi, kalau buah pepaya tidak dimakan sama sekali tandanya si ayam stres dan harus diberikan perawatan khusus agar mau makan.
Untuk harganya, Raden membanderol Rp Rp 5 juta sampai Rp 6 juta per ekor untuk anakan berumur enam bulan dan Rp 8 juta sampai Rp 9 juta per ekor untuk indukan.
Ayam cepat beradaptasi, perhatikan kebersihan kandang
Ayam golden pheasant yang berasal dari negeri tirai bambu termasuk hewan yang aktif bergerak. Untuk mengakomodasi aktifitasnya, para peternak pun harus menyediakan kandang khusus bagi ayam ini.
Raden Abdurohman, peternak ayam golden pheasant asal Pekanbaru memberi saran untuk pemelihara ayam emas ini harus sebaiknya membuat kandang polier atau kandang yang tidak menyentuh tanah.,
Selain itu, di dalam kandang juga harus disediakan dahan-dahan untuk tempat bertengger. "Ayam ini sangat atif dan suka loncat-loncat sehingga harus ada tempat untuk bertengger," katanya pada KONTAN, Senin (22/1).
Tinggi kandang ideal untuk ayam ini berkisar tiga hingga empat meter dengan ukuran luas 2x4 meter persegi. Kandang ada baiknya juga diberi alas pasir kering untuk menghindari kebecekan. Dalam satu kandang dapat diisi satu ayam penjantan dan dua ayam betina.
Karena ayam ini mempunyai kelebihan pada bentuk dan warna bulu-bulu yang indah, maka kandang harus dijaga agar tetap kering serta bersih dari kotoran. Agar terhindar dari penyakit penyemprotan bakteri dilakukan setiap sekali setahun.
Untuk pakannya sama dengan pakan ayam lainnya yaitu voer. Pakan ini dapat diberikan pada pagi dan sore hari. Sebagai tambahannya, ayam boleh diberi buah-buahan, seperti pepaya. Pemberian makanan tambahan ini sehari sekali.
Laki-laki yang lebih akrab disapa Oman ini juga mengingatkan bila ayam emas tidak perlu dimandikan dengan air karena mereka lebih suka mandi pasir. Dengan mandi pasir ini pula, ia beranggapan bulu si ayam tampak lebih mengkilap.
Namun, Saiful Azis, peternak ayam golden pheasant dari Yogyakarta, justru punya pendapat berbeda. Dia justru memandikan ayamnya dengan air dan sabun. Setiap dua minggu sekali, Saiful memandikan ayam peliharaannya. Setelah mandi, ayam harus dijemur sampai bulu-bulunya benar kering, sehingga tetap cantik dan tumbuh sehat.
Sedangkan, untuk menjaga daya tahan tubuh, ayam bisa diberi madu seminggu sekali. Saiful memberi pakan berupa campuran voer dengan beras merah atau jagung dengan komposisi 2:1.
Ayam emas ini bakal siap dibuahi saat masuk umur sembilan bulan untuk betina dan 1,2 tahun untuk pejantan. Saat musim kawin, sebaiknya ayam-ayam yang birahi harus dipisahkan dengan ayam lainnya.
Sebagai penanda ayam birahi adalah bulu pejantan pada leher akan mengembang bak burung merak. Setelah melewati masa kawin, bulu penjantan dan betina bakal rontok dan berganti bulu baru. "Biasanya tiga bulan bulunya akan kembali bagus, tidak perlu diberikan pakan khusus untuk perangsang bulu," katanya pada KONTAN.
Lainnya, ayam ini tergolong tahan penyakit dan mudah beradaptasi dengan lingkungan baru. Sehingga pemilik pun tidak perlu takut ayam stres.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News