Reporter: Marantina | Editor: Tri Adi
Bagi sebagian orang, musim hujan mungkin bukan jadi musim favorit. Pasalnya, musim hujan identik dengan kerepotan. Hujan bisa mendatangkan banjir hingga terjadi kemacetan di mana-mana. Bagi pengendara motor, musim hujan berarti mereka harus menyiapkan perlengkapan ekstra.
Namun, tak demikian halnya bagi orang-orang yang pandai melihat celah bisnis. Bagi mereka, musim hujan mendatangkan berkah tersendiri
Salah satu produk yang kebanjiran pesanan saat hujan turun ialah jas sepatu. Selama ini, mayoritas orang hanya mengenal jas hujan. Namun, beberapa tahun belakangan, produk jas sepatu mulai dikenal. Maklumlah, produk ini berfungsi melindungi sepatu agar tak basah selama hujan.
Adalah Mochammad Afif yang mempelopori produk jas sepatu di Indonesia. Sebagai pengendara motor, dia kerap kelimpungan ketika hujan turun. Kalau badannya bisa ditutupi dengan jas hujan, tidak dengan sepatunya yang pasti basah jika diterpa hujan.
Dari pengalaman pribadi itu, Afif pun menciptakan produk yang bisa melindungi sepatunya dari hujan, pada 2008 lalu. Ia menamai produknya jas sepatu hujan dengan merek Funcover. Awalnya, pria yang berdomisili di Surabaya, Jawa Timur ini hanya memproduksi jas sepatu untuk orang dewasa. Namun, seiring perkembangan, ia terus memperbaharui lini produk Funcover.
Banderol jas sepatu tersebut berkisar Rp 35.000 – Rp 90.000 per pasang. Kapasitas produksinya 200 pasang jas sepatu per hari. Afif bilang, margin keuntungan usaha ini sekitar 15%.
Afif mengakui, saat ini ia tak lagi jadi pemain tunggal di produk jas sepatu hujan. Namun, munculnya kompetitor membuat bisnisnya semakin moncer. “Jangan dikira produksi menurun karena ada pesaing, justru kapasitas produksi saya terus meningkat,” tutur Afif.
Kehadiran pemain baru malah membuat masyarakat penasaran dengan produk jas sepatu. Dus, pesanan pun terus bertambah karena masyarakat ingin mencoba produk ini. Afif bilang ia tak takut kalah bersaing saat merek jas sepatu hujan bertambah. “Masyarakat akan tahu produk mana yang kualitasnya paling bagus, dan mereka akan pilih produk itu,” kata dia.
Bahkan, dua tahun terakhir, orderan jas sepatu makin membludak. Pasalnya, sejak 2012, Afif mengatakan merek baru bukan saja berasal dari dalam negeri tapi juga luar negeri. ”Sejak saat itu, dari segi kuantitas, pesanan jas sepatu Funcover bertambah hampir dua kali lipat,” tandas dia. Namun, jika dirata-rata, pemesanan jas sepatu miliknya bertambah 20% saban tahun.
Pemain lain adalah Yuzar Mohammad Riza yang juga berasal dari Surabaya, Jawa Timur. Pada akhir 2009, ia juga mencari-cari pelindung untuk sepatunya saat hujan. Ia pun mulai membuat jas sepatu dengan desain dan bahan yang berbeda dari produk yang sudah ada.
Namun saat itu, Yuzar tidak memproduksi sendiri. Urusan produksi ia serahkan ke penjahit. “Saya pesan pada penjahit untuk membuatkan jas sepatu yang saya desain,” ujarnya.
Awalnya, ia membuat sekitar 100 pasang jas sepatu. Lebih dari sebulan, jas sepatu itu baru terjual. Menurut Yuzar, penjualan lambat karena ia hanya menjual lewat internet.
Selanjutnya, Yuzar membuat 100 pasang jas sepatu lagi. Lantaran menjual lewat berbagai forum jual beli di internet, penjualan jas sepatu lebih cepat. “Kurang dari dua minggu, jas sepatu yang saya jual sudah ludes,” ujarnya.
Penjualan jas sepatu yang diberi merek Cosh pun terus meningkat. Dus, sejak 2012, Yuzar mengganti sistem produksi dan penjualan. Ia merogoh kocek Rp 8 juta untuk membeli mesin jahit, mesin sablon, dan mesin potong. “Kalau dihitung-hitung, ongkos produksi sendiri lebih murah dibandingkan membayar penjahit dengan sistem maklon,” ucap dia.
Selain itu, strategi penjualan pun berubah. Tadinya, Yuzar menjual jas sepatu secara langsung pada konsumen. Sejak 2012, ia menggunakan jalur distributor untuk pemasaran. ”Sejak produksi sendiri dan jual lewat agen, margin keuntungan lebih tinggi dan cashflow lebih cepat,” tandas Yuzar.
Yuzar bilang, produksinya kian meningkat dari tahun ke tahun. Peningkatan bisa mencapai 30% per tahun. Sebagai perbandingan, pada 2012, Yuzar menjual 2.000 pasang jas sepatu dalam setahun. Sedang selama 2014, ia bisa menjual hingga 18.000 pasang jas sepatu.
Bahan Impor
Anda tertarik untuk menjajal peruntungan di usaha ini? Afif berujar, untuk merintis usaha pembuatan jas hujan sepatu, modal yang dibutuhkan tidak lebih dari Rp 50 juta. Itu nilai yang dibutuhkan untuk berbelanja mesin berikut bahan baku. Mesin yang dibutuhkan berupa mesin potong, mesin sablon, dan mesin jahit.
Adapun bahan yang digunakan untuk membuat jas sepatu adalah parasit tempel. Afif mengatakan, bahan parasit tempel ini diimpor dari Tiongkok.
Demikian juga diutarakan Yuzar. Selain parasit, Yuzar juga menggunakan kain taslan untuk membuat jas sepatu. Namun, kain taslan digunakan untuk jas sepatu premium yang harganya lebih mahal. Bila jas sepatu biasa dibanderol Rp 40.000 per pasang, jas sepatu premium dijual seharga Rp 110.000 per pasang.
Dus, Yuzar bilang, usaha ini juga sangat dipengaruhi oleh fluktuasi nilai tukar rupiah terhadap dollar AS. Untuk menyiasati naik turunnya kurs, Yuzar menyetok bahan baku sebanyak mungkin saat rupiah menguat. Namun, ia juga tengah mengusahakan agar bahan baku tersebut bisa diproduksi di dalam negeri. “Ada pabrik kain yang saya ajak kerja sama untuk bikin kain taslan,” ujar dia.
Proses pembuatan jas sepatu cukup sederhana. Bahan baku berupa lembaran dipotong dengan mesin sesuai dengan model. Selanjutnya, bahan tersebut disablon dan dijahit sesuai pola. Jas sepatu pun siap dikemas. Afif bilang, untuk membuat satu pasang jas sepatu diperlukan waktu sekitar 10 menit.
Untuk menentukan harga, Afif memperhatikan ongkos produksi dan pembagian keuntungan untuk distributor dan reseller. Afif bilang, distributor jas sepatu bisa mendapatkan potongan harga hingga 50%.
Sementara, pada reseller, potongan harga bermacam-macam sesuai kebijakan distributor. Hingga kini, Afif punya 25 distributor di Jawa, Makassar, Lampung, Medan, Pontianak, dan Samarinda.
Nah, pengeluaran wajib dalam usaha ini ialah belanja bahan baku dan membayar upah karyawan. Afif bilang, belanja bahan bisa mencapai 60% dari total biaya per bulan. Sisanya untuk membayar upah karyawan dan biaya operasional, seperti listrik, telepon, dan bahan bakar minyak.
Apabila ingin menggeluti usaha ini juga, Afif punya saran untuk Anda. Sebelum memulai produksi, ada baiknya pemain baru mengidentifikasi pasar dan kompetitor dahulu. Setelah itu, ciptakan kelebihan di produk masing-masing. “Kalau memang bisa diberi modifikasi tertentu, terapkan itu pada produk baru agar ada pembeda dari produk yang sudah ada,” tandasnya
Menyiasati musim kemarau
Jas sepatu hujan tergolong produk yang laris selama musim hujan. Namun, bagaimana nasib bisnis ini di masa kemarau? Apakah mati suri? Ternyata tidak. Para produsen jas sepatu punya banyak trik agar produksi tetap berjalan sepanjang tahun.
Trik yang diakui paling jitu adalah menambah produk selain jas sepatu. Mochammad Afif, pemilik Funcover misalnya. Sejak 2014, menambah produknya, yaitu cover atau pelindung untuk tas, motor, dan mobil. “Jadi ketika pesanan untuk jas sepatu berhenti, kami masih bisa menjual produk lain,” kata dia.
Afif menambahkan, sejatinya pesanan selalu ada, baik di musim hujan maupun di musim kemarau. Namun, kuantitasnya saja yang berbeda. “Saat kemarau, kami produksi untuk stok yang akan dijual waktu musim hujan atau kalau ada order pada musim kemarau,” cetus dia.
Adapun Yuzar M. Riza, pemilik Cosh berujar, dulu produksi jas sepatu hanya terjadi empat atau lima bulan sebelum Desember. Namun, sejak 2014, produksi terus dilakukan sepanjang tahun. Peningkatan ini terjadi karena ia mengedukasi masyarakat bahwa jas sepatu tak hanya bisa digunakan saat hujan.
Beberapa profesi memerlukan jas sepatu, meskipun hujan tidak turun. Ia mencontohkan karyawan laboratorium, juru masak restoran hingga pengurus taman. Jas sepatu bisa digunakan sebagai pengganti sepatu boot. Selain itu, jas sepatu perlu untuk melindungi alas kaki dari bahan kimia yang berbahaya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News